Fly with your imajination

Wednesday, August 19, 2015

Sleeping Beauty

Sebelumnya : Bagian 2

─Hei, aku bahkan beberapa kali mendapati dia berbicara sendirian.”

“Benarkah? Aku masih tidak percaya. mana mungkin bos kita seperti itu.

Ku dengar suara samar-samar beberapa karyawan perempuan tengah bercengkrama di dalam toilet. Aku pun menghampiri mereka. Well, lumayan untuk menghibur diri. Barangkali bisa ku jadikan sebagai senjata untuk melawan Sasuke.

“─bahkan tadi sebelum memasuki lift dia sempat berucap ‘tidak usah pedulikan’. Awalnya ku kira dia memakai headshet untuk berkomunikasi, tetapi nyatanya tidak. Aku tidak melihat apapun terpasang di telinganya. Aku benar-benar tidak habis pikir bos kita yang tampan itu mengidap penyakit aneh.” Kata seseorang wanita. Wanita yang sama pagi ini kutemui tapi kemana suara aneh yang dia pakai tadi tadi?

“Jangan bercanda Yuki. Kau bisa kena masalah jika berita ini sampai terdengar di telinganya.” Seseorang menyahuti perkataan wanita tadi. wanita dengan pakaian tak kalah dari temannya itu. kenapa Sasuke tak menegus mereka? Atau Sasuke sendiri yang menyuruh mereka berpakaian seperti itua?

“Aku tidak mungkin bercanda.” Bantah wanita yang bernama Yuki, melirik tak suka temannya melalui cermin. Memakai riasan yang berlebih. Padahal jika dia tampil alami, dia terlihat manis.

“Kau mungkin salah mendengar. Kau tahukan bos kita seperti apa. bahkan dengan manager saja tak pernah ku lihat dia berbicara banyak.”

“Ta─”

“Sudahlah. Kau ingin kita kena masalah karena hal ini?”

Well, itu benar gadis-gadis. Jika ucapan kalian sampai terdengar di telinganya, kalian akan kena masalah. Kalian pasti sudah pernah melihat bagaimana singa jika marah? Sasuke bahkan melebihi itu. Tapi kalau dipikir-pikir, bukankah yang salah adalah aku. Aku selalu mengajak dia bicara, bahkan tak peduli jika tempat itu sangat ramai. Astaga, jadi semua itu karena aku? Aku benar-benar harus meminta maaf pada Sasuke.

Tubuhku kembali melayang, kali ini tujuanku jelas, yaitu kembali di ruangan Sasuke dan meminta maaf padanya. Walau banyak benda menghalangi jalanku tetap saja tubuhku dengan mudah menembusnya. Inilah salah satu kelebihan dari roh.

Aku melihatnya masih memainkan jari-jarinya di atas keyboard, “Sasuke, apa kau masih sibuk?”

“Hn”

Entah itu artinya apa, tetapi melihat kegiatannya ku pikir dia sedang sangat sibuk. “Aku minta maaf karena aku kau jadi bahan gossip para bawahanmu.” Kataku sambil menunduk di sampingnya. Cahaya mentari pagi hangat menerpa tubuh kami.

Dia menghentikan aktivitasnya lantas mendongak menatapku heran, “Maksudmu?”

“Gara-gara aku, kau dikira orang gila karena menyahutiku.” Aku menunduk benar-benar menyesal telah membuatnya menjadi bahan gossip.

Aku mendengar helaan nafas pelan yang keluar dari hidungnya. “Kau baru sadar?” Aku mendongak menatap wajahnya. “Itulah kenapa aku jarang menyahutimu jika banyak orang dan kau malah menambah rasa kesalku dengan semakin banyak bicara.” Lanjutnya semakin membuatku merasa menyesal.

“Aku tidak akan melakukannya lagi.” Kataku menatapnya bersungguh-sungguh.

“Tidak usah dipaksakan. Aku tahu walau kau berkata seperti itu, nantinya akan lain yang kau buktikan.” Dia menyahuti perkataanku sambil menatap kembali komputernya. Aku beralih menuju depan mejanya, menatapnya jengah. Yah, ku akui aku tepat seperti apa yang dia katakan. Spontan. Aku akan berucap jika melihat hal aneh atau memikirkan sesuatu. Sadar atau tidak.

Aku pernah mencoba menghentikan kelakuanku itu, namun sayang tidak pernah berhasil. Teman-temanku malah mengkhawatirkanku ada juga yang menganggapku aneh.

“Ah, Sasuke. Kapan kita mulai mencari tahu cara megembalikan tubuhku?” Tanyaku penuh harap. Sangat berharap jika kami melakukannya dalam waktu yang cepat. Aku sudah tidak sabar untuk kembali ke dalam tubuhku dan melakukan aktivitas seperti biasa. Makan, tidur, olahraga, cari kerja, mendengar kembali ocehan orang tua dan teman-teman, dan banyak hal yang kurindukan. Membayangkannya saja sudah membuat tubuhku tak bisa berhenti bersorak. Rasanya ada sesuatu yang ingin keluar dari dalam tubuhku dan itu sangat menyenangkan.

“Tunggulah, hingga proyek ini selesai. Mungkin lusa kita sudah bisa melakukannya.” Jawabnya tak mengindahkan perhatiannya pada komputer di depannya. Dan itu membuatku semakin berjingkrat kesenangan.

“Thank you Sasuke, you are the best. Hehehe...”

“Hn”

Tapi, kenapa aku malah merasa dia seperti menahan sesuatu, seolah berat membantuku. Tatapannya... Tidak nampak seperti biasa, dia... Terlihat sendu. Apa yang membuatnya seperti itu? Apakah karena permintaanku? Ataukah hal itu yang akan membuat kami akan berpisah? Ah.. Kurasa yang terakhir tidak mungkin, karena semalam dia─

Tidak mungkin.

Apa yang ku pikirkan. Tidak mungkin dia bersedih berpisah denganku. Tapi tatapannya itu─

Aku menggelengkan kepala kuat-kuat. mengenyahkan segala pemikiran yang merasuk dalam benak. Walau kembali ke dalam tubuhku, aku tidak mungkin melupakannya.

Tunggu, apa dia mengingat kenangan buruknya?

Aku tidak mungkin meninggalkan dia apalagi melupakan dia. Dia terlalu baik untuk dilupakan─walau arogan dan memiliki pride yang terlampau tinggi, bahkan terlihat tidak acuh pada keadaan sekitar.

Apa dia mengira, aku akan melakukan hal yang sama seperti sahabatnya? Menghianatinya dengan kebaikan palsu yang mereka perlihatkan. Berperan sebagai orang terbaik namun pada akhirnya membuangnya seperti sampah yang tak ada gunanya lagi?

Tidak, aku bukanlah orang yang akan melakukan hal itu. Walau aku hanyalah sebuah roh, namun hatiku masih ada.

Aku mengerti bagaimana perasaannya saat itu, melihat sahabat dan orang yang dicintainya menjalin kasih tepat di depan matanya membuat dia merasa kecewa, sedih, bahkan marah yang tak lagi bisa dia sembunyikan dan berkat itu dia hampir bunuh diri─ walau aku tahu bukan hanya itu yang membuatnya hampir memilih jalan pintas untuk menghilangkan emosi itu. Masalah kantor yang semakin buruk juga orang tuanya yang tak pernah akur, belum lagi kakaknya yang menghilang, dan adiknya yang hampir depresi karena ulah orang tuanya. Sungguh siapapun akan terlihat gila karenanya.

Dan untunglah masalah itu sudah berangsur membaik. Adiknya sudah membaik dan bisa menjalankan kegiatannya juga masalah kantor yang perlahan mulai stabil akibat kerja keras yang dia dan bawahannya lakukan─walau masalah orang tuanya hingga saat ini masih belum terpecahkan dan kakaknya yang depresi entah karena apa.

“Oh ya Sasuke. Apa nanti kita masih akan seperti ini jika aku sudah kembali pada tubuhku? Apa aku masih mengenalmu?” Tanyaku tiba-tiba hingga membuat dia menghentikan kegiatan mengetiknya. Aku sendiri pun bingung dengan kata-kata yang kuucapkan. Bukan itu yang ingin ku tanyakan.

Dia manatapku dengan pandangan yang lagi-lagi tak bisa ku artikan. Sejenak dia memejamkan mata sembari menghela nafas dan kembali menatapku. “Entahlah. Dan kau tidak perlu memikirkan masalah itu. Kau akan mengenalku atau tidak, itu bukanlah masalah penting untuk saat ini. Lebih baik kau cari tahu dulu mengapa tubuh dan rohmu tiba-tiba terpisah. Itu akan lebih membantu.” Sahutnya.

Aku diam. Kata-katanya terus terngiang di kepalaku. Apakah aku adalah makhluk yang tak diinginkannya hingga dia mengatakan itu? Tidakkah dia tahu bahwa kata-katanya itu begitu menusuk hingga rohku merasa sesak dan sulit untuk bergerak?

“Baiklah.” Jawabku sulit. Rasanya begitu menyakitkan saat tahu jika orang yang selalu bersamamu ternyata tak menginginkan dirimu.


.
oOo
.

Dua hari berselang pergi, saatnya dimulai pencarian untuk mengembalikan rohku ke tubuhku. Aku benar-benar tak bisa berhenti bergerak-gerak melayang memutari tubuh Sasuke, hingga membuatnya jenuh. “Berhenti melakukan hal itu!”

Gerakanku terhenti saat mendengar geraman tertahannya itu. Dia seperti menahan untuk membuang ha**tnya. Aku tertawa memikirkan itu, sungguh lucu membayangkan Sasuke, laki-laki tampan nan dingin yang digilai banyak kaum hawa melakukan hal konyol seperti dalam bayanganku.

“Berhenti membayangkan diriku seperti itu!” Ucapnya menatapku tak suka dan kembali meneruskan langkah kakinya.
Aku menyengir menampakkan deretan gigi-gigiku, “Apa kau juga membayangkannya?” Partanyaanku semakin membuatnya mendelik tak suka. Aku menyingkir tanda aku mengalah dari pada dia membatalkan niatnya karena terus ku goda.

“Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang?”

“Ke rumah sakit.”


.
oOo
.

Saat ini kami sudah berada di koridor rumah sakit menuju ruang rawatku. Aku kembali teringat dengan roh-roh penasaran yang biasa menemaniku. Pak Dan, Pak Asma, dan nenek Chiyo. Kira-kira mereka sudah kembali ke nirwana tidak, yah?

Beberapa meter lagi hingga kami tiba di ruang rawatku. Sasuke benar-benar memiliki kaki yang panjang dan untungnya aku melayang jadi lebih mudah menyesuaikan gerakannya.

“Eh, Sasuke tunggu.” Aku menghentikan langkah Sasuke dengan berada di depannya tiba-tiba. “Kau akan langsung masuk ke sana?” Tanyaku berharap dia mengatakan tidak. Bukan karena aku tidak ingin dia melihatku sedang tertidur tetapi aku takut orang tuaku melihatnya dan memikirkan hal yang tidak-tidak.

“Ada apa? Aku tidak akan mengejek wajahmu.” Sahutnya pelan tak ingin orang lain mendengar kata-katanya.
“Bu... Bukan itu.” Aku diam memikirkan kata-kata yang cocok untuk menjelaskan. “Se... Sebenarnya, orang tuaku tidak pernah melihatku bersama dengan laki-laki. Kau tahukan maksudku? Nanti orang tuaku berpikir macam-macam.” Jelasku menunduk malu.

“Tenanglah. Kau tidak usah khawatir.” Katanya lantas masuk ke dalam ruang rawatku.

Aku melihat hanya ada ibu di sana menungguku. Ayah dan adik-adikku tak ada, kemungkinan mereka berada di rumah. Ibu tampak kurusan terakhir kali ku lihat. Pipinya yang gembul agak tirus dengan raut kelelahan yang menghiasi wajahnya. matanya sayu sambil menatap tubuhku yang makin terlihat kurus. Aku jadi semakin merasa bersalah padanya. Ketika masih sehat, aku selalu membuatnya marah dan kesusahan, sekarang malah semakin parah. Aku benar-benar anak yang merepotkan.

“Maaf, saya mengganggu.” Kata Sasuke dan membuat ibuku menoleh padanya.

Ibu mengalihkan tatapannya pada Sasuke. “Ada apa? Apa kau teman anakku?” Tanya ibuku. Matanya sayu syarat akan kelelahan dan itu sukses membuat mataku berair. Aku sedih melihat ibuku seperti itu, kelelahan demi menjagaku. Ku pikir cara makannya pun tak teratur gara-gara memikirkan aku.

“Bukan. Saya hanya kebetulan mendengar penyakit anak ibu dan itu persis dengan apa yang dialami oleh adikku. Kalau boleh tahu apa yang menyebabkan anak ibu seperti itu?”

“Tak ada yang tahu, Nak. Bahkan para dokter yang mengangani putriku juga sulit mendeteksi penyakitnya. Mereka hanya memberitahu bahwa otak anakku mengalami kelumpuhan dan itu hanya sementara. Namun sampai sekarang anakku belum bangun-bangun. Terakhir kali aku mendengar dari teman-temannya, jika anakku seperti ini saat sedang beristirahat dan tak ada yang tahu apa yang terjadi saat itu, karena mereka meninggalkan Sakura sendirian saat mereka membeli minuman.” Jelas ibuku dan itu membuatku membayangkan sesuatu yang samar-samar tampak abstrak dan belum jelas.

Sasuke tampak diam sejenak memikirkan yang dikatakan oleh ibuku. “Baiklah. Kalau begitu saya permisi. Semoga anak ibu lekas sembuh.” Ucapnya sebelum pergi meninggalkan ibuku yang mulai mengeluarkan air mata.

“Apa yang terjadi saat itu?” Tanya Sasuke kepadaku. Dia menggunakan headset agar tak ketahuan sedang berbicara padaku.

“Aku tidak tahu.” Jawabku. Tiba-tiba tubuhku merasa merinding. Rasa tidak enak mulai menggerogoti tubuhku. Seolah ada sesuatu yang mencoba menarikku ke dalam gelap. “Sa... Sasuke...!” Panggilku dan membuat langkahnya terhenti. Padangannya mulai meneliti tubuhku. “Kau... Ada apa? Tubuhmu terlihat makin transparan.” Dia terlihat panik melihatku dan itu membuatku juga ikut-ikutan panik.

Tiba-tiba sebuah bayangan melintas dalam benakku. Hinata, adik Sasuke tampak sedang di hadang oleh tiga pria dewasa dan dia tampak ketakutan.

“Sasuke, adikmu dalam bahaya.” Kataku dan itu membuatnya semakin terlihat panik. Topeng stoiknya hilang entah kemana. Tanpa memikirkan apa-apa lagi dia lari, menerobos orang-orang dalam koridor rumah sakit itu. Tak peduli dengan orang-orang yang dia tabrak bahkan perawat yang jatuh tak sekalipun dia pandangi ataupun berucap maaf.

“Dimana?”

“Sekitar gang menuju bar Cidori.”

Selanjutnya : Bagian 4
Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com