Fly with your imajination

Showing posts with label Tentang Hati. Show all posts
Showing posts with label Tentang Hati. Show all posts

Sunday, January 28, 2024

SENYAP

 



Main : -
Rate: T
Type : Poetry
WARNING: AU, OOC, OC, typo, alur GaJe cerita se-mau-gue.
By
MICKEY139

SENYAP

Dalam keheningan
Aku termangu
Dua tangan menengadah
Meratap lara

Air mata berguguran
Aliri curahan hati
Meski senyap
Harap terus membubung

Seringkali ragu menyusup
Ketika tiada jawaban
Atau sesak kian menghantam
Tuhan
Kuatkan aku


Kendari, 29 Januari 2024

Mickey139




Share:

Sunday, November 1, 2020

RINDU


R.i.n.d.u

Ketika rasa seperti rintik hujan
Menetes perlahan menguarkan aroma
Saat itu, sesakku bersaut dengan kenangan
Indah tapi menyesakkan

Perih disulami rindu
Temu tak kunjung hadir
Ada apa dengan kita?
Tidakkah dulu kita berasa sama?

Ternyata waktu lebih kejam
Dari apa yang aku kirakan
Juga jauh dari apa yang kamu bayangkan
Ataukah ini memang takdir kita?

Kendari, 01.01.20
Minarti
Share:

Friday, October 16, 2020

Untukmu Si Penghianat


sumber gambar : Pinterest
 
Untuk mantanku yang sedang membaca ini,

Hai, apa kabar? Apa di sana kamu baik-baik saja dengan pilihanmu? Sesama penghianat harusnya baik-baik saja, yah? Ah, apa kata-kataku seperti menyinggung? Maaf, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin menyapa. Jadi jangan tersinggung, oke. 

Ngomong-ngomong, kemarin aku tidak sengaja lihat salah satu gambar posting-an teman kita di Insgram. Gambar undangan. Di sana tertera nama kamu dan Si Mantan Sahabat. Selamat yah. Hubungan kalian rupanya sangat baik sampai melangkah ke jenjang serius.

Sebenarnya, aku tidak tahu motivasi teman kita memposting gambar itu. Entah dia ingin memamerkan kalau kalian sekarang hidup bahagia atau berharap aku semakin terpuruk. Yang jelas, aku tahu bahwa dia adalah salah satu pendukung garis keras kalian. Orang yang selalu membantu menutupi kecurangan kalian di belakangku.

Tapi, tenang saja. Aku tidak terlalu memikirkannya, kok. Sekarang aku sudah sadar, aku terlalu berharga untuk meratapi hal itu. Orang-orang yang menyayangiku akan kecewa bila memikirkan penghianat seperti kalian. Lagipula, daripada terpaku pada masa lalu lebih baik membayar waktu berhargaku yang dulu saat bersamamu. Aku sadar, rupanya banyak sekali kesenanganku yang sudah kusia-siakan karena memperioritaskan kamu dulu. 

Oh ya, aku sedikit penasaran. Kata teman kita yang lain, kamu terlihat sangat berbeda dari terakhir kita bertemu. Kamu kelihatan tak terurus. Badanmu kurus, seperti sudah berpuasa berbulan-bulan. Bukan cuma itu, mukamu kusam, berjerawat, dan bakal janggut tumbuh tak terawat. Dia bilang, kamu seperti tidak ada kehidupan. Padahal, seingatku kamu itu tipe orang yang mementingkan penampilan. Kenapa berubah? Atau mungkinkah karena karma?

Yah, terlepas apakah itu benar atau tidak karena aku tidak pernah mencari tahu, kamu memang pantas mendapatkan itu.

Kamu ingat ucapanku sebelum berpisah?

"Aku melepasmu."

Tentu saja aku melepasmu. Aku tidak begitu bodoh untuk mempertahankan penghianat sepertimu. Aku juga tidak mungkin memaafkanmu begitu mudah setelah perlakuan kejam yang sudah kamu berikan. Waktu itu aku benar-benar sakit hati dan ingin sekali berteriak sambil mengutuk kalian, tapi aku sadar hal itu hanya akan membuatku semakin terlihat menyedihkan.

Aku benar-benar tidak mengerti, dulu itu salahku apa sampai kalian berbuat demikian? Kamu hanya bilang aku terlalu kasar dan banyak menuntut. Tapi, selama kita bersama aku selalu menjaga ucapan dan tindakanku. Aku tidak pernah menuntut minta dijemput atau diantar, malah sebaliknya akulah yang selalu menjemput atau mengantar kamu kalau motor kamu sementara diservis. Aku juga tidak pernah merengek dan minta dibelikan sesuatu, justru akulah yang sering membelikanmu hadiah. Aku hanya cerewet jika kamu sakit karena kesalahanmu sendiri.

Sampai beberapa waktu lalu, aku selalu memikirkan kesalahan lain yang mungkin saja kuperbuat. Namun, aku sadar. Penghianat ada, bukan karena kesalahan yang dilakukan pasangannya, tetapi karena Penghianat tidak bisa menjaga komitmennya. 

Yah, tapi kuakui dulu itu memang salahku. Aku terlalu bodoh untuk merelakan dan hanya menangis dalam diam melihat kalian melenggang santai lalu menjauh sambil bergandengan. Aku terlalu bodoh karena hanya bisa diam melihat kalian bermesraan setelah meninggalkan luka menyayat menyakitkan tanpa membalas ... Tapi, aku bahkan tidak bisa berpikir apa yang harus kulakukan waktu itu.

Kalian sengaja memilih tempat yang sering kita datangi, kafe kecil yang penghuni dan pelanggannya sudah mengenal kita. Kalian tahu, aku tidak mungkin berteriak di sana, karena pemiliknya adalah tetangga rumahku. Tidak mungkin juga aku bertindak kasar, dengan melempari kalian berdua kursi, sementara kafe itu bukan milikku. Kalian tentu tahu aku bukan tipe anarkis yang ekspresif, yang langsung mengekpresikan emosinya saat itu juga. Jadi, kalian memilih tempat itu. Tempat yang bisa mengekang emosiku.

Yah, tapi itu sudah berlalu. Meski sampai beberapa waktu yang lalu, aku masih mengutuk kalian dalam diam. Meminta pada Sang Pencipta agar menghukum kalian.

Dan untungnya aku sadar. Caraku itu hanya memperburuk keadaan hatiku. Maka dari itu aku ikhlas. Benar-benar ikhlas.

Aku melepaskan ikatan yang menjerat hatiku. Sakit yang terus bersarang karena sedih dan kekecewaan, semuanya sudah kuikhlaskan.

Dan aku berharap, kamu benar-benar baik-baik saja dengan dia.
Mickey139



Share:

Monday, August 24, 2020

Di Antara Kita (Kamu, Aku, dia)


Puisi dua
Kamu, aku, dia

Bersama, berdua, bertanya
Dahulu tidak saling mengetahui ada
Sekat lepas melekat baru saja
Aku tersenyum pada dia

Pada siapa kamu berlabu?
Pernahkah aku bilang kalau
Dermaga itu masih jauh untuk kamu
Apa yang kamu buru
Sampai terlalu cepat kamu lepas jangkar itu

Sayang, bolehkah?
Kenapa tidak kita gulung saja ombak ini
Sebelum senja itu menggulung aku juga dia terlalu jauh
Tidakkah itu yang kamu inginkan juga

Oleh Minarti
Kendati, 25 Agustus 2020
Share:

L U K A


Puisi 1
L U K A

Ada pekat yang sulit kugambari
Bisa, hanya kuresapi
Tidak ingin membuatmu menanyai
Kupeluk saja erati

Aduhai kau yang sekedar ingin tahu
Simpan saja dulu
Luka itu biar berlalu
Sejenak aku ingini

Bukankah tidak ada yang betahan
Tidak jadi soal untukku
Menunggu lebih lama
Untuk kamu?

Minarti
Kendari, 25 Agustus 2020
Share:

Saturday, June 15, 2019

Menunggu


Menunggu

Kau mungkin lupa,
Atau tak sadar
Ada seseorang yang menunggumu
Meski berjuta waktu berlalu
Hatinya tetap teguh

Apakah kau menantiku di sana?
Ataukah kau berusaha memantapkan hati?
Akankah ada kita di antara kau dan aku?
Aku sering berpikir demikian
Sebelum terlelap
Atau saat pertama kali membuka mata

Sering terlintas untuk berhenti
Ketika tak sedikit pun kutemukan titik terang
Ketika para penggoda datang menghampiri
Atau ketika lelah menusuk untuk beristirahat
Tetapi, aku tetap kekeh

Salahkah?
Pada asa yang kian membubung
Menanti saat semesta mengijinkan kita bertemu
Kala mata kita saling bersinggungan sambil tersenyum
Lalu saling bergandengan
Menghabiskan sisa waktu dengan damai.

Ini memang rindu
Pada apa yang belum tentu digenggam
Rasanya sesak
Seperti tenggelam dalam gelapnya dasar laut
Mungkinkah, hari indah itu akan tiba?

Mickey139

Share:

Wednesday, March 6, 2019

PINK LETTER - SURAT

 Sangat dianjurkan memberi saran dan kritik.

Terima kasih 😊.

SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA


TITTLE : PINK LETTER
BY
MICKEY139
SHORT STORY

PLEASE ENJOY

**************
.
.
.
BAGIAN 7 : Surat

Teruntuk kamu yang membacanya,

Katanya langit biru itu menunjukkan kalau langit sedang senang. Warna birunya selalu menenangkan. Akan ada awan-awan kecil yang menari. Burung-burung yang senang akan bernyanyi. Lalu angin berhembus mendamaikan. Sayangnya, aku tidak terlalu menghiraukan itu semua. Sebab, melihatmu yang tengah tersenyum saja sudah cukup menyenangkan.

Ada lagi yang bilang, senja akan selalu terlihat menawan. Dilihat dari sudut mana pun senja selalu menghangatkan. Warna lembayung yang dihasilkan selalu berhasil meredupkan lara. Bahkan dengan sebait puisi saja tak akan cukup untuk mendefinisikan. Tapi, kau tahu? Senja akan semakin menawan dengan kamu yang diguyur oleh warna lembayungnya.

Teruntuk kamu yang sedang tersenyum,

Tahukah kamu?

Saat di mana aku jatuh pada sosokmu, adalah ketika melihatmu tersenyum. Saat itu, kau tampak begitu cantik. Lengkungan bibirmu begitu manis menghias wajah, sangat pas dengan matamu yang bulat.

Kamu seperti lukisan realis yang hidup. Memaku tiap mata yang memandang. Tidak sedikit yang mengagumi, namun hanya sedikit saja yang mengerti keindahan itu.

Teruntuk kamu yang sedang bersemu,

Aku bukan seorang pujangga yang pandai merangkai kata-kata indah. Bukan pula seorang penyair yang menciptakan barisan bait bermakna. Aku hanya seorang pencinta yang jatuh pada kedalaman rasa. Pada senyum yang saat ini tengah terbingkai di wajahmu. Pada teduhnya tatap matamu ketika memandang. Aku jatuh pada sosokmu.

Jadi, maukah kau mengenalku lebih lagi?

Salam,

Ur SA

 

Mickey139


SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA

Share:

Sunday, March 3, 2019

Tanpa Alasan


Sering mereka bertanya padaku,

"Apa yang membuat kamu menyukai dia?"

"Mengapa kamu memilih dia di antara banyaknya teman lelakimu?"

"Sebenarnya apa alasanmu? Apa yang ada di dirinya hingga kamu menyukai dia sampai seperti itu?"

Namun aku hanya diam tak menjawab. Aku juga tidak tahu apa yang membuatku begitu menyukaimu. Yang aku tahu, rasa ini tiba-tiba mendatangiku begitu saja tanpa undangan. Tak bisa kutolak pun kuhilangkan begitu saja.

Mereka tanya, mungkinkah pada fisikmu?

Meskipun banyak yang bilang jika kamu memang pantas untuk dikagumi. Kamu menarik dengan wajahmu yang memang enak dipandang. Dari matamu yang memandang orang dengan lembut, dari senyummu yang selalu menenangkan, Dari gerakanmu yang selalu menempatkan diri. Namun, bukan karena itu. Aku juga tidak tahu, apa yang sudah memengaruhi pikiranku hingga yang terlihat di mataku hanyalah sosokmu. Bahkan sering kali aku tanpa sadar memperhatikan wajahmu lekat-lekat.

Tetapi, bukan pula pada kepribadianmu.

Aku akui, kamu memang memiliki kepribadian yang menyenangkan. Kamu sering melucu, meski guyonan yang sering kamu keluarkan begitu garing di telinga. Tapi, entahlah. Aku menyukainya.

Kamu juga tidak seperti kebanyakan lelaki yang kukenal. Kamu lembut namun tidak seperti laki-laki KW yang sering nongkrong di perempatan lampu merah sambil melambai-lambai pada pengendara. Tidak. Kelembutanmu tidak mengandung hal menyimpang seperti itu. Kamu lembut, dari caramu berbicara. Kamu lembut, dari caramu memperhatikan. Kamu lembut, dari caramu memberi saran. Dan kamu lembut, dari caramu memandang orang.

Lalu, apakah dari kepandaian yang kamu miliki?

Setidaknya satu-satunya hal yang kutahu dari kemampuan yang kamu miliki adalah kemampuan bahasa inggrismu berada di atasku. Kamu lebih fasih, kamu lebih aktif dan tidak pasif sepertiku. Kamu mampu memahami kata-kata sulit yang sulit kupahami. Dan selebihnya, aku tidak tahu.


Dan karena latar belakang?


Aku bahkan tidak terlalu mengenal dirimu hingga tahu seluk beluk dari yang kamu miliki. Yang kuingat kamu hanya memiliki sebuah motor yang biasa kamu gunakan untuk berpergian.

Namun, bagaimana pun kamu. Apa yang aku rasakan saat ini memang tanpa alasan. Aku jatuh begitu saja. Dan saat sadar, tiba-tiba saja apa yang kamu miliki begitu istimewa di mataku. Hari ke hari intensitasnya semakin bertambah bahkan rasanya meski dibandingkan dengan opa-opa Korea, mereka tidak ada apa-apanya dibanding kamu. Kamu terlalu istimewa.

Dan aku benar-benar sudah jatuh pada kedalaman rasa yang sulit terjangkau. Lalu dengan angan-angan yang semu terus bertahan dalam penantian.

Hingga aku lupa pada kenyataan.

Bahwa meski aku terus bertahan, kamu tidak punya alasan untuk tinggal. Kamu bisa pergi kapan saja.

...

Mickey139 03.03.19
Share:

Saturday, March 2, 2019

DIA YANG SEMU


Dia seperti fatamorgana
Telihat tanpa bisa diraih.
Terasa nyata,
Namun keberadaannya hanya sebatas ilusi.

Dia tak lebih dari misteri
Sebuah teka teki
Yang sulit ditebak
Manakah jawaban pasti

Dia adalah rahasia
Pada senja yang memudar
Kemudian terkikis oleh waktu
Hingga menghilang di balik sunyi

Dia adalah semu
Sebuah ketidakpastian
Yang tak bisa ditebak
Dimana keberadaannya.



Kendari, 02 Maret 2019

Diperbarui, 28 Juli 2023

Mickey139

Share:

Monday, November 12, 2018

Tentang Dia dan Masa Laluku





Masa lalu.
Siapa yang gak punya masa lalu?
Semua orang pasti punya.
Entah manis atau pun pahit.

Masa lalu adalah memori yang tidak akan bisa digantikan oleh apapun atau siapapun dan masa lalu akan selalu menjadi kenangan abadi yang tidak akan pernah bisa dilenyapkan.

Termasuk dirimu.

Meski pun kau pernah melakukan kesalahan, aku tetap bangga bisa bertemu dengan kamu. Mengenalmu adalah hal terbaik yang pernah kualami.

Iya, memang kita tidak ditakdirkan bersama, namun semua yang pernah kita lakukan bukanlah sebuah kesalahan. Aku tidak pernah menyesal sudah dipertemukan denganmu.

Kamu adalah lelaki terbaik. Pengertian dan penuh perhatian. Lembut dan tidak memaksa. Kamu selalu ada mau bagaimana pun kondisiku. Kamu selalu memberikan semangat ketika aku tertimpa masalah, memberikan nasehat tentang yang baik dan buruk. Dan, menarik diriku dari keterpurukan oleh rasa sesak dan sepi yang selalu menggerogoti hatiku. Jadi, mana mungkin aku menganggap pertemuan kita adalah musibah?

Kalau ada yang tanya, apakah aku sudah berhasil melupakanmu? Jawabanku, adalah belum. Mengapa? Karena aku hanya membiarkan waktu mengikis semuanya. Tentang kita. Tentang harapan yang pupus sebelum terwujud. Aku tidak ingin memaksa hatiku untuk melupakan pria sebaik kamu, karena sekali lagi aku katakan, kamu adalah lelaki terbaik yang pernah kukenal dan hadir menemani lembaran dari hidupku.

Jangan khawatir. Aku tidak akan menuntutmu. Melihatmu bahagia dengan pilihan hatimu sudah cukup membuatku sadar jika kamu juga butuh perempuan yang bisa mengerti kamu dan bukan seperti perempuan sepertiku yang hanya bisa menuntut.

Jangan khawatir. Meski hatiku belum sepenuhnya bisa melepaskanmu, tetapi aku juga tidak akan bisa merusak jalinan kasih antara kamu dan dia. Tenang saja.

Dan aku percaya seiring berjalanannya waktu, secara perlahan rasa yang masih hadir ini, aku yakin bisa terkikis dan membawa bahagia baru untukku.

Terima kasih karena kamu sudah pernah hadir dalam hidupku. Bahagialan di sana dengan dirinya sebagai penggantiku.
Share:

Thursday, August 20, 2015

My Memori


Bahkan ketika kau sudah tak ada lagi
Kau masih tetap hadir di tiap pikiranku
Padahal kau tidak pernah melakukan sesuatu yang bisa ku kenang
Aku bodoh?
Yah, aku memang bodoh
Bodoh, karena masih memikirkanmu
Ternyata cinta sepihak tidak hanya bisa membuat seseorang terlihat bodoh bahkan ... menyedihkan.
Share:

Ingatkah Kawan?

🖤🖤🖤

Kawan ingatkan saat kita pertama kali bertemu?

Hari itu hari pertama kali kita bergabung dalam sistem perkuliahan. Hari dimana kita dipertemukan namun tak saling mengenal. Siapapun pasti merasakan rasa enggan tuk saling membaur. Kalau bukan karena kita satu jurusan dan satu tempat didik, aku pun tak mau memaksakan diriku melakukannya dan akan tetap berada di zona nyamanku sendiri.

Aku ingat saat itu, hari pertama saat kita melaksanankan ospek oleh senior. Tunduk dan patuh walau itu tak nyaman buat kita. Mencari aman dengan melakukan sesuatu yang diminta oleh senior. Aku ingat saat itu, salah satu di antara kita harus kena hukuman karena mencoba berontak dengan permintaan senior yang terlampau berlebih dan berakhir dengan siraman rohani yang membuat kuping jadi panas. Namun saat-saat itulah yang buat kebersamaan kita jadi menarik.

..

Dalam system kita ada yang namanya 'bina akrab', itulah saat dimana hari pembalasan. Namun alih-alih membalas yang ada kita malah bersenang-senang melupakan dendam pada senior saat masa ospek dan malah menghabiskan waktu dengan mengakrabkan diri pada mereka.

.
.

Inagtkah kawan hari itu?

.
.

Hari berlalu, namun waktu tak bisa ku lupakan begitu saja. Saat dimana kita berjuang bersama, dari pagi hingga matahari tak memiliki cukup sinar untuk menerangi, menjual bazaar demi tambahan dana untuk menggantikan peralatan laboratorium yang rusak. Aku ingat hari itu, walau terdapat perdebatan namun akhirya kita tetap menyelesaikannya.

.
.

Ingatkah kawan hari itu?

.
.

Saat awal-awal semester kita banyak mengalami hari-hari yang menyusahkan. Mengerjakan tugas dari dosen juga laporan yang tak pernah absen. Sampai beberapa dari kita pergi karena tak sanggup.

Walau begitu, kita yang bertahan selalu menampakkan senyum. Tawa tak pernah luput dari keseharian kita. Selalu ada saja sesuatu yang membuat kita merasa lucu, melihat seseorang dengan penampilan yang unik atau mendengar dialeg bahasa yang aneh. Seperti ketika seseorang lewat di depan kita dengan penampilan yang terbilang wah... bagi seorang yang memasuki sebuah fakultas. Pakaian yang mencolok atau ketika melihat seseorang dengan penampilan ala boy band korea. Walau tanpa kata, kita bisa saling mengerti apa yang ada dalam benak...

Namun dari segala kebersamaan yang membahagiakan itu, jauh dari lubuh hati aku merasa sedih. Aku tahu saat itu akan tiba, saat dimana satu per satu dari kita akan pergi. Pergi dengan kehidupan yang barunya.

Dan sampai saat itu tiba, biarlah kebersamaan singkat ini tetap kita jalani.
Share:

Thursday, May 28, 2015

Cinta dalam Diam III - Melepasmu

Hai kembali lagi dengan mickey ^_^...
Kali ini mickey kembali dengan cerita dengan tema cinta diam-diam. sebetulnya cerita ini masih berhubungan dengan cinta diam-diam yang lain dan mungkin ini adalah endingnya.
Hehehe... ^.^
baca Four Years of Waiting dan Cinta dalam Diam II




*.*
Curhatan sang secret lover
Ending

Orang yang sukses dengan kisah asmaranya sering sekali bilang, jika mencintai seseorang haruslah diperjuangkan. Berikan usaha terbaikmu dalam mendapatkannya, dan jangan pernah menyerah. Usaha tidak akan menghianati hasil. Memang, itu mungkin akan terjadi jika orang yang kamu usahakan bisa melihat usahamu, namun bagaimana jika laki-laki itu tidak melihatnya sama sekali? Bahkan abai terhadap apa yang sudah kamu lakukan selama ini untuknya?

Tidak semua orang bisa berhasil mendapatkan cinta mereka. Tidak semua orang bisa disambut baik cintanya. Seperti, mungkin seperti diriku. Bertahun-tahun memperjuangkan, namun tak sekalipun bisa terjangkau. Yah, mungkin usaha yang kulakukan selama ini masih kurang. Tidak cukup hanya perhatian-perhatian kecil. Tidak cukup hanya dengan mengobrol ringan dan bercanda tawa dengannya. Tidak juga cukup dengan memberikan yang terbaik untuknya. Semua itu tak terlihat di matanya.

Jadi, apalagi yang harus kulakukan jika dia sendiri memang tak mau? Memaksanya? Tentu tidak mungkin, kan?

Sebesar apapun usaha yang aku berikan, tidak mungkin terjangkau jika dia memang tak menginginkannya. Jadi, aku memilih untuk menyerah.

Maaf!

Hatiku tak selapang Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang bisa mengabaikan sikapnya selama ini. Aku juga memiliki ambang batas kesabaran untuk mentolerir semua sikap tak acuhnya, yang berpura-pura tak tahu bagaimana perasaanku. Aku tidak bisa lagi terus membohongi diriku dan mengharapkan sesuatu yang semu dan selalu menahan rasa sakit karena dia lebih memperioritaskan orang lain daripada memberikan kepastian padaku.

Yah, meskipun aku tahu perasaan ini tak akan mudah memudar dengan cepat. Terlebih pada kebaikannya. Dia selalu ada saat aku membutuhkan sebuah sandaran. Dia selalu ada saat aku butuh telinga. Dia tidak pernah mengeluh dengan tindakan kekanakanku, dan tetap di sisiku saat aku terpuruk.

Kenangan-kenangan yang sudah kami lewati bersama juga sangat indah. Aku ingat ketika aku tidak tahu mau menghabiskan liburan semester dimana, dia mengajakku di pulau Tomia. Meski di sana tidak banyak terdapat tempat nongkrong seperti di kota, tetapi di sanalah kali pertama aku merasakan bagaimana asiknya diving dan menikmati pemandangan bawah laut yang luar biasa. Juga pemandangan langit jingga yang begitu menakjubkan.

Aku tidak pernah menyesal sudah mencintai dia, karena dia aku banyak belajar. Aku bisa belajar bagaimana kuatnya menahan sakit karena perasaannya tak dihiraukan. Aku juga belajar tentang ikhlas untuk merelakan.

Meskipun berat, merelakan dirinya memilih orang lain, aku yakin rasa sedih dan kecewa yang menggerogoti hati ini pasti akan berangsur membaik. Memang akan membutuhkan waktu yang lama, namun itulah resikonya. Aku harus mengambil ketegasan demi hatiku.

Aku percaya Tuhan sudah menuliskan skenario jalan hidupku dan aku percaya pada akhir kisahku nanti aku akan mendapatkan akhir yang indah. Cintaku tak terbalaskan oleh dia, tetapi aku yakin Tuhan pasti sudah menyiapkan orang lain yang lebih baik dan akan mempertemukan kami di waktu yang tepat.

Dan aku berharap Semoga dia bahagia dengan pilihannyya.




baca Four Years of Waiting dan Cinta dalam Diam II

Mickey139




Share:

Sunday, May 17, 2015

Cinta Dalam Diam II

hai... kembali lagi dengan mickey.
moga cerita ini bisa menghibur.


CINTA DALAM DIAM
.
.
.
.
^,^ ~ Happy Reading ~ ^,^
.
.
.

Tau bagaimana perasaan saat orang yang selama ini kamu kagumi menyatakan perasaannya padamu? Yap, hanya satu kata yang bisa menggambarkan itu semua. Bahagia, tentu saja. Tetapi rasa bahagia itu mungkin tidak akan terasa ketika dia menyatakannya dengan kebohongan ataupun penuh ragu.

“Aku suka kamu dan jadilah kekasihku!?” Ucapnya sambil memegang kedua tanganku. Pernyataan yang telah lama ku tunggu-tunggu, pernyataan yang hanya dalam angan-anganku selama empat tahun ini akhirnya ku dengarkan dari bibirnya. Tentu saja aku bahagia namun... “Maaf, aku tidak bisa.” Hanya kalimat itu yang bisa ku lontarkan sebagai jawaban atas pernyataan atau mungkin permintaannya.

Kamu bisa mengatakan kalau aku bodoh, tolol, atau apapun, karena sudah menolak orang yang selama ini ku cintai diam-diam. Kamu pasti kecewa jika melihat aku yang dengan bodohnya pergi setelah mengucapkan kalimat itu, tanpa alasan sebagai tambahannya.

Tetapi aku tidak menyesal. Entahlah. Aku hanya merasa kalimat yang dia ucapkan terasa hambar, tidak ada debaran gila yang menyerangku, tidak ada desiran aneh yang merambat di dadaku bahkan di matanya pun tidak bisa ku lihat adanya kesungguhan ketika mengucapkan kalimat itu malah terkesan datar.

Dia hanya terdiam mendengar ucapanku, mungkin tidak menyangka aku akan menjawabnya seperti itu. Ku lepaskan genggaman tangannya dan beranjak pergi. Tak ada sepatah kata yang terlontar dari mulutnya ketika aku sudah menjauh darinya. Tak ada genggaman tangan untuk kedua kalinya untuk mencegahku pergi. Dia hanya terdiam, tak beranjak sedikitpun dari tempatnya.

Ku rasakan ada perasaan aneh yang muncul di dadaku menjalar ke seluruh tubuhku. Perasaan tidak nyaman dan terasa sesak. Aku tidak tahu ternyata rasanya seperti ini ketika menolak orang yang sudah lama dikagumi bahkan dicintai. Dan terlebih lagi ketika dia tak sedikitpun mengejarku yang sudah menjauh darinya, tak memberiku alasan kenapa dia menyatakan perasaannya padaku dan lebih memilih berdiam diri di sana.

Dan itu rasanya sakit seakan sedang dipermainkan olehnya.

Siapapun akan merasa sakit bila berada pada posisiku. Aku merasa seperti pungguk yang merindukan sang bulan, namun bulan itu seakan sedang mempermainkanku. Menyuruhku mendekatinya walau dia tahu aku tidak bisa bergerak. Dia menyatakan perasaannya dan menyuruhku menjadi kekasihnya namun tak menunjukkan kesungguhannya.

Dan aku merasa sangat bodoh karena mengharapkan dia untuk segera menyusulku dan kembali mengucapkan kalimat itu, padahal aku tahu dia tidak mungkin melakukan itu, karena semua perkataannya itu hanyalah sebuah kebohongan...

Dan itu sangat menyesakkan.

Aku tidak tahu kenapa dia malah memilihku dan mengucapkan kalimat itu padaku. Selama ini kami berinteraksi seperti biasa, tidak ada kesan apapun, pendekatan apalagi. Terlalu datar sebagai alasan atas pernyataannya itu. Aku tidak tahu aku yang bodoh atau dia yang terlalu peka terhadap tingkahku yang mungkin tanpa ku sadari menunjukkan tanda-tanda kesukaan terhadapnya dan mengungkapkan itu sebagai balasannya.

Memikirkannya membuatku semakin sesak. Aku bodoh, aku tolol, aku...

Aku tidak tahu kenapa aku memilih dia sebagai pengisi kekosongan dalam hatiku. Aku tidak tahu bagian mana dari dirinya yang sudah membutku menyukainya bahkan rela menunggunya selama bertahun-tahun dalam diam. Dia hanya seorang laki-laki biasa, walau manis namun tak semanis actor dalam drama korea, tidak keren bahkan terkesan lembut namun tidak seperti perempuan.

Aku bodoh karena menyukainya bahkan mencintainya. Menunggunya selama bertahun-tahun dalam kebisuan bahkan teman dekatku pun tak ada yang tahu.

Tak terasa langkah kakiku telah jauh meninggalkan dia dan tak ada tanda-tanda dia akan menyusulku. Ku eratkan jaket tebalku untuk mengurangi udara dingin yang berhembus. Entah kenapa udara malam ini terasa sangat dingin bahkan dengan jaket pun masih terasa dingin. Ah... Atau mungkin karena pengaruh kalimat penolakanku tadi. Tanpa sadar setetes cairan bening jatuh dari sudut mataku.

Apakah ini adalah akhir dari kisahku yang mencintai seseorang dalam diam?


Baca juga :baca Four Years of Waiting dan Melepasmu
Share:

Monday, March 16, 2015

PENANTIAN

Baca juga : Cinta dalam diam dan Melepasmu


Hai... hai readers, saya balik lagi dengan cerita baru. Ku harap kalian menyukainya. ^_^...

Four Years Of Waiting



Empat tahun ku habiskan hanya untuk menunggumu. Menunggu dengan kesia-siaan belaka.
Kau tahu? Rasa duka saat menunggumu?
Menunggu mu tanpa kau tahu bahwa aku menunggumu, di sini.
Memang aku yang bodoh, karena tidak memberitahumu.
Salahkan pada tubuhku yang selalu bertindak berbeda bila berhadapan denganmu.
Salahkan pada lidahku yang selalu kelu, saat ada kesempatan untuk mengutarakan.
Aku juga tidak mengerti mengapa demikian.
Semuanya serba tertahan. Gerakan tubuhku, pikiranku, bahkan lidahku pun tak bisa berbuat apa-apa bila di dekatmu.
Kau seperti obat bius yang membuat tubuhku lemas, sehingga baik otak maupun tubuhku pun tak bisa sejalan.

Teman-teman mengatakan aku adalah orang yang spontanitas, ekspresif, dan blak-blakan, jadi terdiam, tak berkutik. Semua kata-kata yang ingin ku utarakan, tertahan di ujung lidah, dan kata yang lainlah terucap.

Aku kuat, namun lemah secara bersamaan.
Aku selalu tersenyum, memberikan lawakan agar semua orang ikut tertawa, namun ketika sendiri air mata tak bisa lagi ku tahan dan terus saja keluar.
Aku memang kuat. Kuat dalam pengendalian perasaan juga ekpresi. Tidak ada yang tau dibalik senyumku ini ada sejuta luka yang ku sembunyikan.
Hampir sepenuhnya senyuman yang baiasa ku tebarkan adalah seperti perban. Hanya menutupi luka, tapi sakitnya masih terasa
Aku memang kuat. Kuat di mata mereka, maka dari itu aku tidak mau mereka melihatku seperti ini.
Lemah dan menyedihkan.
Terpuruk karena cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Sangat menyedihkan bukan?

Apalagi ketika kita bersama, namun tak sedikit pun perhatianmu tercurahkan padaku.
Ketika kau tersenyum saat bersamaku, namun tidak dengan hatimu.
Matamu selalu menunjukkan itu, walau tidak dengan gerak-gerikmu.
Aku tahu.
Tentu saja.

Empat tahun bukanlah waktu yang sedikit untuk mengetahui semua tentang dirimu.
Aku tahu, lebih dari orang lain.
Bahkan aku tahu dirimu lebih baik dari kau sendiri.
Kebiasaan yang kau lakukan tanpa kau sadari sendiri, aku tahu.
Apa yang kau suka, benci, bahkan sesuatu yang bisa membuatmu bersedih.
Aku tahu.

Karena aku mencintaimu.

Kau tahu? Saat kau bersedih tempo hari, aku juga merasakannya.
Sakit dan perih.
Dadaku terasa sesak, saat aku melihatmu sakit karena orang lain dan aku hanya bisa melihatmu, tanpa bisa melakukan apapun yang bisa membuatmu kembali memajang senyum.
Aku ingin membantumu menghilangkan kesedihanmu, tetapi aku sadar siapa diriku. Siapa diriku bagimu? Kau─mungkin─hanya menganggapku ─hanya─seorang yang mungkin bagai angin lewat, tanpa bisa dilihat wujudnya.
Datang tanpa disadari. Begitu pun jika sudah pergi.

Sangat menyedihkan.

Meski begitu, walau angin tak bisa dilihat, namun sangat dibutuhkan.
Angin bisa membuatmu kembali tenang dan kembali menjadi dirimu yang selalu mengumbar senyum pada orang lain, tanpa dibarengi dengan ekpresi getir.
Angin yang selalu membantumu tanpa kau sadari.
Kau tahu? Aku sangat bahagia bisa berguna untukmu.
Walau kau tak melihatku.

Aku hanya berharap, jika suatu saat nanti kau bisa melihatku dan sadar bahwa aku selalu di sini. Tetap menunggumu. Tetap dengan rasa cintaku yang bahkan semakin besar.

Empat tahun bukanlah waktu yang singkat untuk selalu menunggumu.
Ku harap kau bisa segera menyadarinya, tentangku, tentang perasaanku.

PS : Saya gak tahu sebenarnya ini cerita atau puisi. Kesannya seperti puisi, namun seperti cerita.
Saya berharap semoga cerita ini dapat memuaskan dan semoga kalian tidak bosan-bosan berkunjung di blog ini.
See U
Share:

Tuesday, September 9, 2014

Cinta Dalam Diam




***

Salam kenal, perkenalkan namaku adalah Sonia. Aku seorang mahasiswi jurusan teknik Arsitek. Aku ingin menceritakan kisah hidupku yang mungkin menurut kalian sangat biasa, namun mungkin juga kalian bisa mendapatkan pelajaran dari kisahku itu.

Cerita dimulai saat aku masih menduduki semester dua. Aku bertemu dengannya ketika dia kebingungan mencari pinjaman alat-alat lukis untuk praktek. Aku heran, selain karena merasa aneh dia tidak membawa perlengkapan lukisnya, dia juga terlihat asing. Mungkin karena waktu ospek dia tidak ikut.

Merasa kasihan sekaligus segan, karena dia ditemani senior aku meminjam perlengkapan lukisku yang telah selesai kupakai. Keesokan hari setelah dia mengembalikannya, aku baru sadar rupanya dia sangat ganteng, cara bicaranya pun sangat sopan dan lembut.

Hari-hari berlalu begitu saja, aku mulai merasa aneh terhadap diriku sendiri. Tiap kali aku melihat atau tak sengaja berpapasan dengannya, ada sesuatu yang menggelitik di dadaku. Rasanya aneh, tapi tidak menyakitkan. Lalu saat tersadar rupanya aku sudah menyukainya. Aku mulai mencari cara untuk bisa melihatnya. Sering kali, aku sengaja duduk-duduk di lobi atau duduk-duduk di depan kelas hanya supaya berpapasan dengan dia.

Dan, rupanya bukan hanya aku yang merasa kagum dengan sosoknya, kebanyakan MABA pun merasakan hal itu. Dia baik, lembut, peduli akan orang di sekitarnya, dan yang lebih membuatnya menarik adalah caranya memperlakukan perempuan yang sangat sopan.

Dia benar-benar tahu apa yang membuat perempuan nyaman. Dia tidak pernah meninggikan suaranya sekali pun dia kesal terhadap perempuan. Meski banyak mahasiswi yang menggerubungi dia, dia tidak pernah sekali pun memanfaatkan itu. Dia menghargai mereka, menolak mereka secara halus. Dan meski pun dia tampak lembut, tetapi tidak begitu ketika dia melakukan sparing saat latihan beladiri. Dia benar-benar laki-laki idaman.

Jujur saja awalnya aku hanya penasaran dengannya. Aku benar-benar pesimis dengan sifat yang dia miliki itu. Terlalu hampir mendekati sempurna. Bagiku, laki-laki rupawan dengan sifat lembut yang menjaga martabat perampuan hanya ada di dalam bacaan romantis saja.

Sejak kecil aku selalu dipertemukan dan besar di lingkungan dengan laki-laki kasar yang sering membully perempuan. Laki-laki yang senang membuat perempuan menangis. Laki-laki yang tidak tahu bagaimana memperlakukan perempuan dengan baik. Dan ketika melihat dia, rasanya dadaku tersentil. Kenapa aku tidak pernah dipertemukan laki-laki sebaik dia dulu? Kenapa aku harus menghabiskan masa kecilku dengan dikelilingi laki-laki buruk hati?

Namun, itu semua sudah terlewat. Untungnya, aku diberkahi hati baja oleh Tuhan hingga tidak mudah putus asa, dan tidak gampang terlarut dengan kisah sedih. Aku jadi perempuan kuat yang tidak gampang terpengaruh. Tetapi, anehnya ketika bertemu dengan dia, aku menjadi sosok yang tidak seperti diriku. Aku gampang terhanyut oleh perasaan sendiri. Perasaan-perasaan yang hanya kubaca di buku seolah tertular ke diriku. Ada euforia yang meledak-ledak ketika berbicara sepatah kata dengan dia, ada gelenyar aneh yang mengalir ke dada ketika bercanda gurau dengan dia. Bahkan ketika hanya duduk berdekatan dengan dia, rasanya seperti berada di awan.

Yah, kuakui perasaanku memang agak berlebihan, tetapi percayalah aku sendiri pun tidak bisa mengendalikannya. Aku tidak bisa menghentikan diriku merasa senang atau sedih jika menyangkut tentang dirinya. Bahkan ketika aku tahu bahwa dia sedang dekat dengan perempuan, aku merasa seolah ada sengatan luar biasa di dadaku.

Tidak pernah kubayangkan, di balik diamnya dia selama ini, bagaimana sopannya dia menghindari perempuan yang mengejarnya dan dengan tegas menolak perempuan itu, rupanya dia sedang berupaya untuk tetap mempertahankan kesetiaannya. Tetapi, meski sudah merasakan kesedihan aku tetap tidak bisa berhenti mengaguminya. Diam-diam aku sering berdoa untuk diberi kesempatan merasakan bahagianya menjadi perempuan yang bisa bersamanya.

Beberapa bulan selanjutnya, baru kuketahui bahwa dirinya dan pujaannya sudah tidak lagi berhubungan. Perasaan gembira tiba-tiba menghantam. Aku merasa bahwa Tuhan sudah menjawab doaku dan memberikan sebuah kesempatan.

Sayangnya, aku ditampar dengan kenyataan. Bahkan ketika dirinya sudah tak bersama pujaannya, dia masihlah memiliki banyak pengagum. Banyak perempuan yang lebih menarik dan lebih baik yang selalu mengelilinginya. Aku hampir tidak memiliki kesempatan untuk dekat dengannya. Alhasil, aku hanya bisa diam ketika tak sengaja berpapasan atau ketika duduk di dekatnya.

Ada satu waktu ketika aku sedang meratapi nilaiku, dia tiba-tiba duduk di dekatku. Mengajakku ngobrol receh, yang kutanggapi dengan rasa gugup. Nilai rendah sudah tak ada lagi bayangannya di kepala. Aku justru sibuk menata degupan jantungku yang tiba-tiba menggila.

Dan, entah datang dari mana pemikiranku, aku merasa bahwa dirinya juga memiliki perasaan yang sama kepadaku. Tiba-tiba saja aku mulai mencocokkan semua kejadian yang pernah terjadi menjadi bukti-bukti kecil dan merangkainya hingga mendapatkan kesimpulan kalau dia juga menyukaiku.

Aku benar-benar terlena dengan pemikiran itu sampai-sampai aku lupa bahwa laki-laki itu juga bisa saja melakukan hal yang sama pada perempuan lain. Aku lupa bahwa para pengagum laki-laki itu pasti memiliki pemikiran yang sama sepertiku. Dan, pada akhirnya aku kembali merasakan kekecewaan. Lagi-lagi aku mendengar kabar kedekatan dirinya dengan perempuan lain.

Rupanya dalam euforia semuku, dia telah dekat dengan teman seangkatanku. Tidak kupungkiri bahwa perasaan sedih itu ada, tetapi entah kenapa ada rasa kecewa yang menemani.

Bukan karena aku kecewa yang mendapatkan kesempatan itu adalah orang yang kukenal, lebih tepatnya aku kecewa pada diriku sendiri yang tidak bisa bergerak maju dan berusaha. Yang kulakukan hanya berharap dan berdoa. Aku hanya berharap pada Tuhan untuk memberikan kesempatan, tetapi lupa bahwa Tuhan pun tidak serta merta memberikan kesempatan tanpa usaha.

Lalu setelah bertahun terlewat, aku memberanikan diriku untuk menyatakan kekaguman terhadapnya. Itu pun setelah berhasil menata perasaanku dan benar-benar yakin jika dirinya tak sedang dekat dengan perempuan lain.

Waktu itu, entah kenapa aku merasa semesta sedang merestui diriku, tidak ada keraguan yang muncul tiba-tiba, hanya ada ketetapan hati. Meski, merasa gugup dan jantung yang berdebar kencang, aku akhirnya berhasil mengetik 'aku mencintaimu' pada pesan di medsos-nya. Iya, aku tidak secara langsung mengutarakan hal itu. Bukan hanya karena aku berada jauh dengannya, pun ketika berbicara dengannya secara langsung membuat otakku jadi tidak sinkron dengan mulutku. Jadi, pilihan terbaik adalah mengungkapkan melalui tulisan.

Waktu itu aku tidak berharap banyak. Bahkan menuntut jawaban pun tidak kulakukan. Aku hanya berharap setelah melakukan itu aku bisa merasa legah. Aku bisa percaya pada diriku untuk berusaha mencapai sesuatu nantinya. Dan aku bisa maju dengan percaya diri.

Meskipun rasa itu masih tertinggal dan perasaan terbiasa saat dulu menyukainya belum lenyap betul. Aku terus berusaha untuk menguatkan diri. Hingga akhirnya, satu tahun terlewat saat kami bertemu kembali, aku tidak lagi merasakan perasaan canggung atau malu seperti dulu. Aku jadi lebih berani berbicara dengannya, lebih bisa mengeluarkan ekspresi, dan bisa menjadi diriku yang sebenarnya. Perasaan mengagumi yang begitu menggebu-gebu tidak lagi kurasakan. Dan aku bebas tersenyum ketika menggodanya.

Mickey139





Share:

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com