Fly with your imajination

Tuesday, October 3, 2017

DRUNK 3/3

Sebelumnya......... Chapter 2

Pair: Naruto dan Hinata
Rate: M
Genre: Romance & drama
Disclaimer : NARUTO © MASASHI KISHIMOTO dan semua character yang ada di dalam cerita ini
WARNING: AU,OOC, typo, alur kecepatan, ga⎯je dan lain-lain (suka-suka Mickey),
Story by
Mickey_Miki
.
.
SUMMARY

Bagaimana jika apa yang kau lihat tidak sesuai dengan aslinya. Hanya cover yang menutupi sifat asli dari seseorang. Tapi bagusnya, karena hal itulah dia bisa mendapatkan orang yang dia sukai.
.
.
.
20++
NOT FOR CHILD
BAGI YANG MASIH DI BAWAH UMUR, SILAHKAN DI CLOSE DAN JANGAN COBA-COBA DI BUKA.

Naruhina

OoO

Mereka tiba di apartement milik Naruto dalam beberapa menit. Hinata semakin menggeliat ketika tangan Naruto terus memegang tangannya hingga ke depan pintu kamar laki-laki itu.

Ponsel Naruto berbunyi ketika mendudukkan Hinata di sofa ruang tamu apartemennya.

Selamat bersenang-senang.

Kiba

Dan, SMS itu membuat Naruto menyadari sesuatu. Dia melirik Hinata yang makin gelisah di tempatnya duduk dan sedikit mendesah.

Gadis itu membuka blazernya hingga menampakkan kemeja putih press body transparan yang membuat bra gadis itu tercetak jelas. Ukuran payudara yang memang besar menggoda Naruto untuk mencicipinya, merasakan kekenyalan dari benda yang selalu dibanggakan oleh kaum wanita itu.

“Astaga, apa yang kupikirkan.”

Naruto menggeleng ketika pemikiran itu memenuhi kepalanya. Dia tidak ingin memiliki gadis itu dengan cara tidak jantan, memanfaatken kesempatan saat gadis itu tidak tahu dengan apa yang dia lakukan bukanlah caranya. Lagipula, ini adalah kerjaan teman penyuka anjingnya. Dasar Kiba, sialan. umpatnya dalam hati ketika membayangkan seringai manusia itu.

Namun ketika pimikiran gila Naruto sudah memudar, Hinata kembali berulah dengan menggeliatkan tubuhnya. Naruto harus menelan ludahnya susah payah karena melihat pemandangan itu. Di kepalanya, gadis itu sedang menari dan mengajaknya dengan gerakan yang sangat erotis. Hinata benar-benar sedang mengujinya saat ini.

“Tolong aku, Sir.”

“Hei ... Hi, Hinata, apa yang kau katakan?”

“Panas. Aku ... kumohon bantu aku. Aku tidak tahan.”

Naruto menggeram saat pikirannya telah sepenuhnya dikuasai nafsu. Mengabaikan sisi moralnya Naruto menghampiri Hinata duduk di sampingnya dan mulai menjalankan kedua tangannya untuk menjelajah.

“Arrrrgghhhh... Maafkan aku Hinata.”

Naruto meraih Hinata dan mendudukkannya di atas pangkuannya. Mengecup bibir seksi dan menggoda milik gadis itu dengan sensual. Naruto menyeringai dan mulai menggerakkan tangannya untuk meremas payudara milik Hinata.

Hinata melenguh pelan dan semakin membuat Naruto tergoda. Tangan laki-laki itu mulai merambat turun menuju satu per satu kancing kemeja Hinata. Melepasnya dengan kasar hingga membuat kancing-kancing itu sedikit terlepas dan menyisakan bra hitam menggoda yang tak bisa menampung seluruh gundukan payudara Hinata.



Naruto tidak tahan untuk melepas bra itu dan dengan gerakan cepat laki-laki itu menyingkirkannya. Naruto menggesekkan hidungnya ke salah satunya lalu menghirup aroma yang keluar dari dua gundukan itu.

Mulut Naruto mulai bekerja, bertepatan dengan salah satu tangannya yang sedari tadi sudah gatal untuk merasakan kekenyalan salah satu surga dunia milik pria itu. Sementara tangannya yang lain turun dan menaikkan rok span Hinata hingga ke pinggang. Jarinya langsung memainkan milik Hinata, bergerak maju-mundur dengan cepat, membuat cairan gadis itu keluar semakin banyak.

Naruto kemudian membaringkan Hinata ke sofa dengan jari-jarinya yang masih terus bekerja di bawah sana. Tonjolan di celananya pun kian membuatnya sesak, ingin segera dikeluarkan.

“Mmmm, Narutoh ....”

Sekali lagi lenguhan Hinata membuat Naruto semakin tergoda. Dia semakin bersemangat memainkan dada Hinata, menghisap, menjilat, bahkan menggigitnya pelan. Jari-jarinya pun masih terus bergerak menggoda Hinata.

“Katakan apa yang kau inginkan Hinata. Katakan!” Naruto berbisik dengan penuh sensual di telinga Hinata kemudian mengulumnya, memberikan kenikmatan lain pada gadis itu. Naruto kembali memangut bibir menggoda Hinata, mengulum dan bermain dengan lidah gadis itu.

Kepala Naruto turun di dada gadis itu dan memposisikan puting Hinata di antara giginya sebelum kembali menggigitnya. Hinata menahan nafas untuk sesaat.

“Ooh! Naruto! Ahhhn!”

Naruto menambah kecepatan jari-jarinya, membuat Hinata menahan nafas. Kedua mata Hinata tertutup karena tidak kuasa menahan rasa nikmat yang menyerang dirinya. Naruto menaikkan kepalanya dan mulai mencumbu leher Hinata, meninggalkan beberapa tanda di sana.

“Narutoh ....”

Dinding kewanitaan Hinata berkontraksi. Gerakan tangan Naruto semakin cepat. Dan pada akhirnya, Hinata berhasil mencapai puncak dengan hebat yang diiringain dengan teriakan penuh nikmat.

Mulutnya terbuka, matanya tertutup, wajahnya memerah dan penuh nikmat meski berkeringat.Naruto mencium bibir Hinata.

“Sampai di sini saja Hinata.” ucap Naruto. Setelah itu, dia membawa Hinata ke dalam kamarnya, melepaskan sisa pakaian gadis itu hingga tak menyisakan apapun.

Naruto kemudian membaringkan Hinata di atas kasurnya. Menyelimutinya hingga leher lalu mengecup kening gadis itu. Dia menatapnya sebentar dan berjanji dalam dirinya jika dia akan benar-benar memiliki gadis ini, apapun caranya tapi tidak dengan cara tidak jantan.

“Kau membuatku frustasi Hinata.” setelahnya dia melepas seluruh pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi.

Beberapa menit kemudian terdengar suara desahan dari kamar mandi itu.

naruhina

.
.
.
.

Pagi hari menjelang, sinar matahari mulai nampak perlahan dan menyinari sisi kamar yang tidak tertutupi.

Nggghhhh...

Lenguhan kas baru bangun terdengar di dalam sebuah kamar. Hinata terbangun dengan rasa pusing di kepalanya. Sedikit menyerngit ketika melihat suasana ruangan tempatnya berada berbeda dengan kamar di apartementnya. Ada aroma citrus bercampur kayu manis yang menguar dalam ruangan itu. Bola mata Hinata melebar ketika sudah sadar sepenuhnya. Dia bangkit dan duduk secara tiba-tiba, “Shit.” Umpatan kasar keluar dari mulut Hinata saat rasa sakit tiba-tiba dia rasakan dikepalanya. “Sial. Apa yang terjadi.”

Dan ketika ingat kejadian semalam menubruk kepalanya, Hinata berubah pucat. “Sialan. Apa aku─”

Hinata melihat tubuhnya di balik selimut, “Tidak mungkin. Brengsek. Sialan.” Dan semua jenis umpatan keluar dari mulut gadis itu ketika melihat tubuhnya tak tertutupi selembar pakaian.

“Kau sudah bangun?”



Jantung Hinata berdetak cepat seolah habis lari selama tiga hari tiga malam ketika suara yang sangat dia kenal dan menyebalkan itu terdengar. Dia berbalik dan tiba-tiba terpaku ditempatnya saat wajah tampan sang bos berdiri di depan kamar mandinya.



Bola mata Hinata seperti mau keluar dari tempatnya ketika melihat pemandangan yang sangat indah di depannya. Naruto, sang atasan yang terkenal dengan wajah tampan dan tubuh bak model celana dalam tengah shirtless di depannya, rambutnya masih basah dan ketika Naruto menyisirnya, Hinata bersumpah demi apapun di dunia ini, ketampanan sang bos jadi berkali lipat. Dan, dia ingin sekali menjadi jalang agar bisa berlari dan menubruk tubuh itu, mencicipinya dan.....

Hinata menggeleng dengan keras ketika pikiran jalangnya mulai menguasai tubuhnya, bahkan bagian bawahnya basah hanya karena membayangkan sesuatu terjadi antara mereka berdua. Well, sepertinya memang sudah terjadi sesuatu di antara mereka, pikir Hinata.

“Sudah puas memandangiku, Nona? Atau kau masih belum puas dengan semalam?” Hinata bersumpah demi dewa Neptunus yang berada di dalam lautan, dia ingin membunuh atasannya itu yang tidak bisa menyaring perkataannya.

Hell, tidak tahukah dia jika itu adalah pengalaman pertama Hinata, bahkan dia saja tidak sadar ketika mereka melakukannya.

"Please ulangi kejadian semalam!"

Shit, lagi-lagi pikiran jalangnya berulah.

“Apa yang sudah terjadi semalam, Sir? Dan kenapa aku bisa berda di sini?”

“Kau tidak ingat? Sayang sekali kalau begitu. Apa kau ingin kita mengulangnya?”

Iya! Hinata ingin menyahut dengan lantang. Sayangnya, gadis itu kembali menggeleng. Gila!

Naruto berjalan ke depan, menatap Hinata dengan penuh godaan. Dia sengaja semakin memamerkan tubuh atletisnya agar Hinata tergoda.

Hinata merasa jika di hadapannya saat ini bukanlah atasannya. Atasannya adalah orang kaku dan dingin, bukan perwujudan dewa Eros, ah maksud Hinata orang mesum seperti dia.

“Ah ... baiklah. Sepertinya memang kau ingin kita mengulangnya.” Kata Naruto kemudian memegang tepian handuknya bersiap menanggalkannya.

“Tidak. Sialan, kau siapa? Dan jangan lakukan itu, brengsek!” Hinata tidak peduli jika di depannya adalah atasannya atau orang terdekat atasannya atau siapapun. Orang mesum brengsek yang sudah mengambil kesempatan saat dirinya tidak berdaya adalah orang sialan yang benar-benar sangat brengsek.

“Aku? Kau bertanya padahal jelas-jelas kau tahu siapa aku?” Hinata bersumpah melihat seringai sialan itu. Seringai yang sama dengan atasannya saat sesuatu yang dia inginkan berhasil dia dapatkan.

“Bukan, brengsek. Kau bukan atasanku. Kau hanya orang yang sedang menyamar sebagai atasanku. Dasar mesum brengsek. Dan apa yang sudah kau lakukan padaku semalam?” Hinata benar-benar emosi. Jantungnya berdetak gila-gilaan. Dia memang pernah berharap untuk bisa tidur dengan atasnnya itu, tapi itu dulu. Dulu sebelum hari ini. Sebelum dia tahu sifat asli dari atasannya itu..

Naruto yang mendengar makian itu hanya menyeringai, terkekeh dan menampakkan tatapan menggodanya padahal seharusnya marah, tapi dia benar-benar tidak menyangka kata-kata seperti tiu bisa keluar dari mulut polos seperti Hinata. Ah, mungkin pengaruh buruk dari para sahabatnya itu. Naruto akan benar-benar menjauhkan Hinata dari mereka setelah dia memiliki gadis itu sepernuhnya.

“Apa maksdumu aku yang melakukannya. Jelas-jelas kau yang menyerangku.”

"Tidak. Kau pasti bohong. Sialan. Cepat katakan yang sebenarnya, brengsek!!!”

“Tetapi, itulah kenyataannya.” Naruto berjalan mendekati ranjang Hinata dan menatapnya sensual. Duduk di depan Hinata dan mengelus kaki Hinata yang terbungkus selimut. "Kau menggodaku dan mengatakan kau ingin tidur denganku."

Hinata merasa risih namun tak dipungkiri jika libidonya perlahan meningkat karena elusan sensual Naruto.

“Semalam benar-benar sangat menggairahkan. Kau tahu, desahanmu sangat indah bahkan lebih merdu dibanding suara musik dari permainan Bethoven atau Mozart. Kau tidak pernah puas walau sudah berkali-kali mencapai klimaks, kau bahkan bilang jika penisku adalah hal terindah yang pernah kau rasakan. Kau─”

Wajah Hinata memerah, malu. “Stop. Sialan. Aku tidak mungkin mengatakan itu. Kau jangan berbohong,” Hinata menarik kakinya agar kakinya bisa terbebas dari elusan menggoda Naruto. “Dan berhenti melakukan itu.”

“Kenapa? Apa karena kau terangsang kembali? Ayolah, akui saja. Sebenarnya kau mengingat apa yang kita lakukan semalam dan kau ingin mengulangnya, bukan?”

Hilang sudah semua kesan keren dan tampan yang diberikan Hinata kepada atasannya itu. Naruto tidak lebih dari seorang pria mesum brengsek yang mengambil kesempatan saat dirinya tidak sadar dengan apa yang dia lakukan.

“Aku tidak akan percaya perkataanmu, brengsek.”

Naruto semakin duduk merapat dengan Hinata, mengelus dan merasakan kulit halus gadis itu. “Tapi itu adalah kenyataannya, Sayang. Semua sudah terjadi dan kau harus menerimanya.”

Hinata merasa perasaan semalam kembali lagi. Dia terangsang hanya dengan elusan tangan laki-laki itu, “Aku tidak akan percaya.” Hinata menepis tangan Naruto. Dia tidak ingin perasaan itu semakin menguat dan membuat dirinya lupa diri. Mau ditaruh dimana mukanya, jika sampai itu terjadi.

“Yakin? Padahal aku yakin hampir seluruh wanita di dunia ini menginginkanku.”

“Tapi aku tidak.”

“Tapi semalam malah kau yang tidak pernah puas.”

“Sialan. Hentikan!!”

“Begini saja. Aku memberimu penawaran. Ini juga akan sangat menguntungkan untukmu.”

“Tidak ada penawaran yang menguntungkan untukku jika semua itu berasal dari mulutmu, Brengsek.”

“Oh, kalau begitu mungkin aku akan menyebarkan video rekaman kita semalam ke Hyuga. Mungkin mereka akan semakin bangga dengan anak mereka.”

“Apa? Kau bercanda, kan?"

Naruto bergerak mengambil ponselnya dan memperlihatkan rekaman Hinata yang dia ambil ketika Hinata tertidur tanpa baju di atas kasurnya"

Wajah Hinata memerah. Jika rekaman itu sampai ke tangan Hyuga, maka tamat riwayatnya. Dia menatap Naruto dengan mata yang menyala. "Sebutkan penawaranmu, Brengsek?”

“Oke. Tapi sebelumnya berhenti mengumpat atau mengataiku brengsek, sayang atau aku akan memberimu hukuman.”

“Jangan main-main brengsek. Cepat katakan!”

“Sudah ku katakan, bukan. Jika kau mengumpat atau mengataiku brengsek kau akan mendapatkan hukuman.” Naruto memegang tengkuk Hinata cepat dan dengan tiba-tiba menempelkan bibirnya pada bibir Hinata. Melumat dan menggunakan lidahnya untuk bermain di mulut Hinata.

“Mmmmhh, Ber...ber, hen, tihh...” kata Hinata susah payah. Andai ciuman itu tidak dari hasil paksaan, Hinata pasti akan membalasnya. Ciuman itu benar-benar sudah berhasil meningkatkan gairahnya. Dasar brengsek, bosnya benar-benar adalah pencium ulung. Sial. Rutuknya, namun tidak ingin mengakuinya.

“Cepat katakan apa maumu?”

“Baiklah. Bagaimana kalau kita menikah? Kau tahu, kita akan sama-sama untung. Kau akan merasakan sex hebat dariku setiap hari, megingat kau tidak puas jika hanya sekali klimaks lagipula kau memang sangat penginginkan aku berada di dalammu, bukan mengingat kegiatan kita semalam? Ah...” Naruto menempelkan jari telunjuknya di bibir Hinata agar gadis itu tak menyela “Dan, kemungkinan kau akan hamil mengingat aku tidak memakai pengaman semalam.” lanjutnya dengan seringainya yang semakin lebar.

“A, apa?” Hinata tak bisa mengatakan apapun. Matanya melebar. Kata-kata seolah tersangkut dilehernya. Seperti ada kelat yang menyumbat tenggorokannya. Gadis itu terlalu kaget dengan penawaran gila dari Naruto. Tapi tentu saja jauh dalam dirinya dia menyukai itu. Membayangkan malam panas yang ditawarkan pria itu terlalu menggoda. Dan, lagipula seperti katanya, kemungkinan besar dia akan hamil. Dan dia tidak ingin hamil tanpa suami yang mendampinginya. Apa kata orang-orang nanti. Terlebih pada ayahnya. Mungkin saja dia akan dibunuh dan juga dia tidak mau para leluhur Hyuga mengutuk dirinya.

“Baiklah. Kuanggap kau menyetujuinya.”

“A─apa?”

“Lusa orang tuaku akan kerumahmu. Jadi bersiaplah!”

“A─apa?”

Dan Naruto tampak bahagia menatap Hinata yang seperti orang bodoh yang hanya bisa diam mendengar penawaran gila Naruto tanpa ada niat menolak sedikit pun. Nampaknya dia akan benar-benar menjalankan rencananya yang baru tadi dia susun di kepala kuningnya itu.


.
.
.
.
.
.
END/TBC
...
Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:
Comments
Comments

1 comment:

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com