Fly with your imajination

Wednesday, September 13, 2017

DRUNK 2/3

Sebelumnya......... Chapter 1

Pair: Naruto dan Hinata
Rate: M
Genre: Romance & drama
Disclaimer : NARUTO © MASASHI KISHIMOTO dan semua character yang ada di dalam cerita ini
WARNING: AU,OOC, typo, alur kecepatan, ga⎯je dan lain-lain (suka-suka Mickey),
Story by
Mickey_Miki
.
.
SUMMARY

Bagaimana jika apa yang kau lihat tidak sesuai dengan aslinya. Hanya cover yang menutupi sifat asli dari seseorang. Tapi bagusnya, karena hal itulah dia bisa mendapatkan orang yang dia sukai.
.
.
.
20++
NOT FOR CHILD
BAGI YANG MASIH DI BAWAH UMUR, SILAHKAN DI CLOSE DAN JANGAN COBA-COBA DI BUKA.




BAGIAN 2

Hal pertama yang Hinata rasakan setelah memasuki bar itu adalah bising dengan suara musik yang dimainkan DJ berdentum-dentum keras hingga menghasilkan getaran.

Hinata mengedarkan pandangannya untuk mencari teman pinknya. Dan dia mendapatinya sedang duduk dengan beberapa gadis yang juga Hinata kenal. Mereka berempat sedang menikmati minuman yang disuguhkan oleh waitress dengan warna dan gelas yang berbeda. Sedangkan Ino tengah asik berdansa dengan laki-laki yang juga Hinata kenal. Itu adalah Sai, dari devisi Mecanical Electronic tepatnya bagian IT. Tapi jika Sai berada di sana seharusnya teman-temannya juga. Hinata kembali mengedarkan padangannya mencari teman-teman laki-laki itu dan benar saja tidak jauh dari tempat teman-temannya, mereka duduk di sana dan untungnya Naruto tidak bergabung bersama mereka, karena dia kesini adalah karena alasan atasannya itu.

Hinata menghampiri dan ikut bergabung dengan mereka, duduk di tempat kosong dan langsung meminum minuman yang tidak dia ketahui siapa yang punya.

“Ada apa? Kau terlihat... er, mengerikan. Apa Uzumaki itu berulah lagi?” Sakura bertanya setelah Hinata menegak habis minumannya.

“Yah. Dia sangat menyebalkan. Aku tidak tahu apa yang ada di otaknya ketika menyuruhku mengambil laporan di ruang marketing lama. Bayangkan marketing lama yang bahkan tidak ada seorangpun yang mau menginjakkan kakinya di sana.” Kata Hinata. Emosi masih nampak jelas di wajahnya.

“Lalu apa masalahnya? Kau, kan tinggal mengambilkannya saja.”

“Itu dia masalahnya.” Sakura tidak mengerti masalah yang dikatakan Hinata itu apa. Padahal tinggal mengambilkannya saja dan urusannya selesai. “Masalah?”

“Yah, masalah. Aku tidak akan seperti ini jika dia tidak memberiku waktu yang sangat sedikit dan terpaksa menggunakan tangga darurat karena hampir semua lift penuh dengan karyawan lain yang ingin segera pulang, dan karena aku tidak ingin mendengar ocehannya lagi karena terlalu lama menunggu lift, aku berlari yang membuat kedua kakiku sakit agar bisa sampai tepat waktu. Yang sialnya bahkan dengan usaha kerasku itu, dia tidak menghiraukannya dan malah memarahiku karena keterlambatanku” Jawabnya dengan emosi ketika mengingat apa yang baru saja dia alami. “Dan ngomong-ngomong Sakura, aku kesini bukan untuk mengingat kejadian tadi, jadi berhenti bertanya tentang apa yang ku alami hari ini karena itu benar-benar sangat menyebalkan. Dan satu lagi, minuman apa yang baru saja ku minum. Rasanya enak, walau sedikit membakar.” Lanjutnya.

“Itu red wine pesanan Ino. Minuman itu memang sangat cocok untukmu, tapi jangan terlalu banyak. Kau bisa sangat menyebalkan jika mabuk.” Kata Tenten sambil menyesap minuman berwarna biru muda-nya. Dan warna itu sukses mengingatkannya pada seseorang yang membuat beberapa harinya jadi sangat berat.

“Bisakah kau memesan minuman lain?” Tanya Hinata yang lebih seperti memerintah.

“Kenapa? Ini enak. Aku suka dengan minuman ini. Namanya memang aneh dan tidak nyambung selain warnanya tentu saja. Tapi rasanya lebih nikmat dibanding dengan minumanmu yang akan membakar tenggorokanku.” Tenten berkilah dan meneguk minumannya dengan gaya seperti iklan di TV.

“Ah... Terserahlah. Dan berhenti bergaya seperti itu. Itu benar-benar memuakkan apalagi dengan minumanmu itu. Benar-benar sangat menyebalkan.”

“Apa masalahmu? Kenapa malah marah-marah padaku dan apa hubungannya dengan minumanku?”

“Ah... sudahlah. Aku kesini untuk melupakan semuanya bukan mengingatnya kembali.” Ucapnya sambil mengibaskan sebelah tangan kemudian mengangkatnya agar waitress mendatanginya. Memesan kembali minuman yang tadi dia minum.

“Sepertinya aku ingin memesan segelas minuman ini lagi.” Gumamnya dan setelahnya dia meminta waitress untuk membawakan segelas red wine.

Hinata kembali mengedarkan pandangannya, dia melihat Ino yang tengah asik berdansa dengan Sai. Tubuh mereka dekat. Bahkan sangat dekat. Tangan Sai berada di pinggang Ino sedangkan tangan Ino memeluk leher Sai dan mereka hampir saling berpelukan.

Ino terlihat menikmati keadaan itu atau malah memang sangat menikmatinya. Bukan rahasia lagi di antara para sahabatnya jika Ino sangat menyukai laki-laki penggulum senyum palsu dengan kata-kata yang tidak pernah dia saring dan anehnya jika di depan Ino, dia malah lebih sering berbohong. Entah apa yang ada dipikiran Ino terhadap pria itu. Well, apapun yang ada dipikiran Ino, itu bukanlah urusannya. Mereka memang berteman tapi bukan berarti dia harus mengetahui apapun tentang isi kepala mereka semua.



Waiterss membawakannya minuman yang dia pesan, segelas red wine dengan kadar alkohol cukup tinggi. Bahkan lebih tinggi dibanding minuman racikan yang dipesan oleh Tenten atau teman-temannya yang lain. Kecuali Ino.

Hinata meneguk hampir setengah minumannya dalam sekali tegukan dan ketika untuk kedua kalinya dia ingin meneguknya, rasa pusing tiba-tiba melandanya. Hinata menyerngit dan memegang kepalanya agar rasa itu tidak terlalu sakit dan kegiatannya tidak berhasil. Sakitnya tidak hilang-hilang atau pun berkurang.

Hinata merasa ada yang aneh dengan tubuhnya karena bukan hanya kepalanya yang terasa sakit, hampir seluruh tubuhnya juga terasa panas padahal dia belum banyak minum, dan lagipula minuman merah itu bahkan tidak seberapa memabukkan dibandingkan dengan minuman yang pernah dia minum ketika acara para ladies karena Temari akhirnya menikah dengan lelaki yang selalu dia bilang menyebalkan.

Ingin sekali ia melepas blazer dan baju kemejanya agar rasa gerahnya segera hilang, namun tentu itu bukanlah sebuah pilihan, lagi pula ia tidak memiliki keberanian untuk melakukannya dan juga nama baiknya adalah taruhannya. Ia adalah seorang Hyuga dari keluarga yang menjunjung tinggi adat dan sopan santun. Well, walaupun ditempat seperti itu tidak akan ada yang mempermasalahkannya. Orang-orang hanya mengenal kesenangan dan cara memuaskan diri. Melupakan rasa sesak karena aktifitas siang hari.

Hinata menggeliat pelan ditempatnya duduk karena rasa tidak nyaman yang dia rasakan. Teman-temannya tidak ada yang sadar karena mereka juga sibuk memerhatikan orang-orang yang tengah menari gila kemudian berlalu menuju dance floor untuk ikut menghentakkan tubuh mereka.



Hinata sedikit mendesah ketika merasakan sentuhan kecil dari teman wanitanya dan Tenten tidak menyadarinya. Gadis itu memandang dance floor dan orang-orang yang tengah gila-gilaan menggoyangkan badannya bahkan ada juga yang tidak tahu malu sedang bercumbu dan kakinya sangat gatal untuk ikut menggerakkan tubuhnya di dance floor “Kau tidak keberatan kan, Hinata kalau aku turun ke dance floor? Atau kau juga mau ikut?” Tenten memandang Hinata yang tengah menggeliat dan mengartikan jika gadis itu juga tidak sabar untuk bergabung ke dance floor.

“Ayo.” Hinata ikut berdiri ketika Tenten menariknya dan ia tidak bisa menolaknya, walaupun ingin. Tubuhnya sendiri malah tidak lagi sejalan dengan otaknya.

Ketika mereka di dance floor, Tenten tidak bisa lagi menahan dirinya untuk menghentakkan tubunya dan meninggalkan Hinata sendiri. Hinata juga tidak tahu kenapa tubuhnya malah bergoyang sendiri dan walaupun seseorang lelaki menarik pinggangnya untuk semakin merapat dengan tubuhnya, gadis itu tidak sama sekali berusaha menolaknya. Ia malah menikmatinya dan ikut merapatkan tubuhnya ke lelaki itu.

Hinata semakin menggeliatkan tubuhnya dan merasakan sesuatu yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Tubuhnya seolah mendamba sesuatu, tapi dia tidak yakin apa itu.

.
.
.
.
.

Di sisi lain, sepasang mata terus memperhatikan Hinata dengan pandangan tajam dan menusuk. Tangannya terkepal kuat ketika gadis itu menggoyangkan tubuhnya dengan seksi di dance floor terlebih saat seorang lelaki menarik tubuh Hinata merapat dan gadis itu tidak menolak sama sekali.

Sedikit menyerngit ketika melihat gelagat Hinata, yang tidak seperti biasanya dan walaupun mabuk gadis itu bahkan bisa mengontrol dirinya dan tidak membiarkan seorang lelaki menyentuhnya.

Laki-laki itu berdiri dan ingin menyegarkan kepalanya jika tidak karena seorang lelaki yang tengah menahannya dengan pertanyaan mencemoohnya.



“Apa kau tidak ingin mejauhkan gadismu dari laki-laki hidung belang itu, Naruto?”

“Apa maksudmu, Shika?” lelaki itu menatap jenuh lelaki yang sok tahu di sampingnya.

“Kau tahu apa yang ku maksud.” Lelaki itu diam dan tak menanggapi. Karena semua ucapan laki-laki itu benar. Naruto menyukai Hinata dan semua sikapnya terhadap gadis itu semata-mata agar gadis itu selalu memperhatikannya. Well, meskipun hampir semua perilakunya membuat gadis itu kesusahan dan tidak menyukainya.



“Sebenarnya kau menyukainya atau hanya pelampiasan semua kekesalanmu? Kau terlihat menyukainya tetapi di sisi lain kau juga ─”

Belum selesai Shikamaru menyelesaikan kata-katanya Naruto sudah beranjak menghampiri mereka. Menarik Hinata hingga gadis itu terlepas dari sentuhan laki-laki di depannya.

“Hei, apa-apaan kau?” Laki-laki itu terlihat geram karena kesenangannya terganggu. Apalagi rencana kotornya untuk membawa Hinata ke ranjang dan bersenang-senang, gagal.

“Menjauhlah dari kekasihku.” Desis Naruto memberikan tatapan tajam untuk laki-laki itu. dan setelah mengucapkan kalimat itu, Naruto keluar dari bar sambil menarik Hinata.

Sedangkan laki-laki yang tadi menyentuh Hinata, tak berusaha mengejar mereka. Well, bukan hanya gadis itu saja yang berada di bar ini walaupun memang tubuh Hinata terlihat sangat seksi meski tak memakai pakaian seksi. Dia pun kembali membawa gadis lain untuk menempel padanya. Menggoyangkan tubuhnya sambil meraba bagian tubuh gadis itu.

Hinata diam setelah dibawa oleh Naruto, dia tidak menolak pun memberontak. Tubuhnya malah ingin mendapatkan lebih dari lelaki itu. namun dia tidak yakin apa itu.
.
.
.
.
.
TBC

Selanjutnya>>> END
Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:
Comments
Comments

1 comment:

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com