Fly with your imajination

Tuesday, July 24, 2018

Sly Vs Tsundere [Sequel Drunk 4/5]


Jangan sampai kelewatan baca ini BAGIAN 3

Sly Vs Tsundere © Mickey_Miki
Pair: Naruto dan Hinata
Rate: M
Disclaimer : NARUTO © MASASHI KISHIMOTO dan semua character yang ada di dalam cerita ini
WARNING: AU,OOC, typo, alur kecepatan, ga⎯je dan lain-lain (suka-suka Mickey),
.
.
SUMMARY
Tentang bagaimana kelicikan Naruto dan sifat Hinata yang Tsundere dipertemukan.
Naruto mendekatkan bibirnya di telinga Hinata dan berbisik pelan. “Aku benar-benar tidak sabar untuk merasakan kembali tubuhmu─” Bisikan itu sangat sensual penuh godaan di telinga Hinata dan membuatnya terbang melayang, membayangkan sesuatu yang erotis bersama laki-laki itu.
“Maaf, brengsek. Tapi aku tidak bisa dan aku tidak mau. Tidak akan pernah mau”

WARNING
UNTUK ANAK DI BAWAH UMUR DILARANG MENDEKAT, MEMBACA APALAGI MENCONTEKNYA.
DILARANG KERAS MENGKOPI PASTE DAN MEREPOSNYA DI TERMPAT LAIN.
.
Bagian 4
sumber gambar pinterest

....

Tiga hari kemudian, pria mesum itu benar-benar menepati kata-katanya. Awalnya ia bingung, mengapa di pagi hari orang-orang di rumahnya sibuk dan sangat berisik. Neji yang biasanya malas bangun dan berbersih diri, jadi terlihat rapi, Hanabi yang urak-urakanpun seperti putri yang tengah menunggu pangerannya menjemput. Sedang ayahnya yang biasanya tidak pernah mengomel tentang penampilan paginya, jadi banyak bicara, mencerewetinya tentang apa yang harus dan tidak harus ia kenakan. Dan akhirnya kebingungannya pun terjawab dengan datangnya satu keluarga dengan mobil mewah yang sangat mencolok di kompleks perumahannya.

Itu adalah keluarga si pirang mesum. Naruto Uzumaki. Atasan sekaligus bos nya di kantor. Pria yang sudah mencuri harta berharganya dan pria yang sering mem-bully-nya

Hinata pikir Naruto mengatakan kata-katanya itu hanya sebatas agar dirinya tidak terlalu menuntut pada pria mesum itu. Hell, bahkan Hinata ingin laki-laki itu menjauh dari nya. Atau ia sendiri yang pergi sejauh mungkin dari pria itu.

Tapi mungkin memang pada dasarnya Naruto hanya ingin membuat hidupnya menderita, makanya melakukan ini semua. Dia ingin menyiksa Hinata di kantor juga rumah.

Hinata jadi bergidik sendiri. Apa nanti Naruto akan menyiksanya seperti di berita-berita atau bahkan yang lebih parah seperti para psycopat gila yang menyiksa targetnya.

“....Baiklah sudah disepakati. Lagi pula semua persiapannya sudah beres. Jadi mereka akan menikah minggu depan..”

Hinata tidak tahu sudah berapa lama ia mengkhayal hingga kesepakatan itu tercapai. Eh.. Tunggu, apa telinganya sudah rusak? Tadi ia mendengar kata minggu depan, kan? Apa itu tentang pertunangannya? Ah, tentu saja. Tidak mungkinkan ia menikah secepat itu yang waktunya hanya berselang beberapa hari dari sekarang. Ha─ sangat tidak mungkin. Lagipula ini adalah kali pertama mereka datang di rumahnya. Masa iya, keluarga dan keluarga si Mesum itu langsung mengajukan pernikahan tanpa pendekatan terlebih dahulu?

“Kalau begitu, Hinata tolong ajak Naruto untuk berkeliling, atau kalian ingin keluar jalan-jalan?”

“Hinata!?”

“Ya... Ya, baiklah.” Sumpah Hinata tidak sama sekali mendengarkan percakapan mereka. Kepalanya terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia saja tidak tahu, jawaban yang ia ucapkan barusan untuk apa. Namun ketika ia melihat Naruto bangkit berdiri, ia pun juga ikut bangkit dan mengikuti laki-laki itu berjalan.

...

Sudah lebih dari lima menit berlalu setelah mereka undur diri dari keluarga mereka dan duduk di taman belakang─ yang lebih mirip dengan hutan buatan yang amat sangat tertata rapi dan bersih karena taman itu adalah perbatasan hutan, jadi sebagian besar tanaman yang tumbuh adalah bunga-bunga liar dan tanaman yang menjalar, membatasi pagar-pagar hingga berbentuk seperti semak yang tertata─

Tidak ada yang membuka suara, Hinata masih berusaha memikirkan kejadian hari ini. Entahlah, dia bingung. Di satu sisi dia sedikit─ sekali lagi SEDIKIT─ senang karena laki-laki itu menepati kata-katanya dan ia akan mendapatkan status.

Lagi pula karena keperawanannya sudah tidak ada, bukankah lebih baik menikah dengan laki-laki yang sudah menerawaninya dari pada nanti dia menikah dengan laki-laki lain dan akan meninggalkannya karena dia sudah tidak perawan?, yah itu memang hanya ada di dalam pikiran pesimisnya, tapi tidak apa-apakan berpikir seperti itu. barangkali saja dia benar-benar mendapatkan laki-laki seperti itu.

Well, walau ia tahu jika keperawanan memang sudah tidak terlalu diperdulikan pada era jaman sekarang yang sudah menganggap keperawanan bukan tolak ukur untuk seorang gadis memulai suatu hubungan, tetapi Hinata berbeda. Ia sangat menjunjung tinggi nilai keperawanan. Baginya keperawanan adalah salah satu tolak ukur kehormatan seorang wanita. Lagipula keperawanan juga adalah hadiah bagi suaminya kelak.

Dan yah sepertinya menerima memang yang terbaik.

Tetapi di sisi lain ia juga sangat takut dengan laki-laki itu, bagaimana nanti jika mereka sudah bersama dan lelaki itu masih mem-bully-nya bahkan lebih parah dari pada di kantor? Bukankah ia akan mendapatkan siksaan dua kali lipat? Di kantor dan di rumah.

Tidak. Hinata tidak ingin ia mengalami hal itu. Jadi apa yang harus ia lakukan?

Dan satu lampu menyala dalam kepala cantiknya. Bagaimana jika mereka menikah dan beberapa lama kemudian─ mungkin setahun atau bahkan enam bulan─ ia mengajukan gugatan cerai? Bukankah itu adalah ide bagus? Dia bisa terbebas dari laki-laki itu dan juga mendapatkan status. Janda tidak perawan lebih baik dibanding gadis tidak perawan, bukan? Dan suaminya kelak tidak akan mempermasalahkannya dan meninggalkannya.

“Hentikan memikirkan itu dan membentuk wajah seperti itu!? Karena kau benar-benar membuatku terangsang? Atau kau memang ingin menggodaku, hm?”

Hinata tersentak dari lamunannya, menatap Naruto sengit. “Dengar, yah... Tidak peduli jika kau sudah membawa orang tuamu datang kemari dan melamarku, aku tetap tidak suka padamu dan sangat membencimu. Dan kau pikir, dengan kita menikah, aku akan menyerahkan diriku padamu? Tidak. Itu tidak akan pernah terjadi.” Kata Hinata tidak memedulikan pernyataan Naruto barusan.

“Oh, sayang kau tidak akan menolakku, tetapi kau sendirilah yang akan memintaku untuk memuaskanmu. Well, kau ingat tiga hari yang lalu di kantor, bukan? Bahkan kau tidak menolaknya sama sekali dan ikut memainkan lidahmu─”

Blush..

Wajah Hinata memerah mendengar tiap kata yang keluar dari bibir Naruto, dan sialnya dia jadi ingat kegiatan mereka itu dan ia sangat membenci sisi jalangnya yang sering kali mengendalikan dirinya ketika Naruto sudah mendekatinya.

“Hentikan, brengsek..”

“Apa kau ingin aku membuktikannya lagi?” Naruto menyeringai dan perlahan mendekati Hinata.

“Selangkah lagi kau maju, aku benar-benar akan memotong benda kebanggaanmu itu dan memberikannya pada Kuro, burung elang kesayangan milik Neji-nii untuk makan malamnya.”

Naruto tergelak kecil mendengar ancaman Hinata. Jujur saja ia sedikit kaget, kata-kata itu bisa keluar dari bibir milik Hinata, tapi di sisi lain ia juga merasa lucu dengan ancaman Hinata yang seperti anak kecil yang tengah merajuk. Oh, Hinata-ku sudah semakin berani rupanya kata Naruto dalam hati dan keberanian itu membuatnya semakin menginginkan gadis itu.

“Kau...” Hinata menunjuk Naruto dengan jari lentiknya, “Aku─”

“Kak, kalian dipanggil ayah dan paman.”

Kata-kata Hinata terpotong karena Hanabi sudah berdiri di depan pintu, memanggil mereka dengan suara yang cukup aneh di telinga Hinata. Kenapa Hanabi harus menghentikannya. Dasar adik tidak tahu suasana.Y

“Baiklah. Kami akan segera ke sana.” Kata Naruto menyahuti.

...

Tbc
...

Silahkan lanjut baca di sini ya BAGIAN 5
Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com