Fly with your imajination

Thursday, July 19, 2018

Sly Vs Tsundere [Sequel Drunk 2/5]

Sebelumnya......... BAGIAN 1

Sly Vs Tsundere © Mickey_Miki
Pair: Naruto dan Hinata
Rate: M
Disclaimer : NARUTO © MASASHI KISHIMOTO dan semua character yang ada di dalam cerita ini
WARNING: AU,OOC, typo, alur kecepatan, ga⎯je dan lain-lain (suka-suka Mickey),
.
.
SUMMARY
Tentang bagaimana kelicikan Naruto dan sifat Hinata yang Tsundere dipertemukan.
Naruto mendekatkan bibirnya di telinga Hinata dan berbisik pelan. “Aku benar-benar tidak sabar untuk merasakan kembali tubuhmu─” Bisikan itu sangat sensual penuh godaan di telinga Hinata dan membuatnya terbang melayang, membayangkan sesuatu yang erotis bersama laki-laki itu.
“Maaf, brengsek. Tapi aku tidak bisa dan aku tidak mau. Tidak akan pernah mau”
.
Bagian 2
.

WARNING
UNTUK ANAK DI BAWAH UMUR DILARANG MENDEKAT. JANGAN MENCOBA MEMBACANYA APALAGI MENCONTEKNYA.

DILARANG COPY DAN PASTE.



Ingin sekali Hinata berlari ke ke sana, membanting pintu tepat kewajahnya dan melemparinya dengan berkas-berkas di atas meja itu yang belum selesai ia kerjakan karena ulah laki-laki itu sendiri. Memang ia pikir Hinata punya badan berapa hingga sanggup mengerjakan semua pekerjaan yang ia minta dalam waktu yang bersamaan? Padahal ia baru menyuruhnya dua jam yang lalu sementara permintaannya yang lain juga harus ia penuhi. Apa sih yang sebenarnya Naruto inginkan darinya? Tidak bisakah dia meminta sesuatu pada karyawan yang lain saja?

Hinata menghela nafas panjang ketika berada di depan pintu ruangan atasannya. Menstabilkan emosinya yang sudah memuncak dan siap untuk diluapkan. Gadis itu mengetuk pintu lalu membukanya.

“Permisi, Sir─”.

Naruto menghentikan gerakan jemarinya ketika mendengar suara Hinata. “Mana laporan yang ku minta?” Tanyanya tanpa basa-basi.

Brengsek. Hinata menarik nafas dalam sambil memejamkan matanya. Gadis itu berusaha sekuat tenaga agar umpatannya tidak sampai keluar dan membuatnya terlibat masalah yang lebih besar lagi.

“Maaf, Sir. Aku belum menyelesaikannya. Bisakah aku minta tambahan waktu untuk menyelesaikannya?” Brengsek.

“Tidak.”

“Ya…?”

“Aku bilang tidak bisa. Aku sudah meminta padamu untuk menyelesaikannya dan kau sudah menyetujuinya.”

“Tapi aku belum menyelesaikannya, Sir.” Dan itu gara-gara kau, brengsek. Hinata masih menahan kata-katanya dan tidak meledak-ledak menghadapi atasannya itu. Sudah cukup dari yang terakhir kali dia melakukan itu dan Naruto semakin mempermainkannya. Menggodanya dan manfaatkan emosinya yang meledak-ledak.

“Kalau begitu kau harus mendapatkan sanksinya. Hukumannya. Agar kau bisa mempertahankan ucapanmu dan tidak mengulanya lagi. Dan karyawan lain juga tahu apa akibatnya jika melalaikan tugasnya. Aku tidak ingin ada karyawan seperti itu yang bekerja di perusahaan ini.”

“Baiklah, Sir. Aku akan menerimanya — ” Hinata menyahut dengan lemas. Eh, tunggu─ bukankah ini kabar baik? Berarti ia akan lepas dari Naruto dan hari-harinya yang damai akan kembali lagi? Benar, kan?

Hinata menatap Naruto dengan senyum yang dia sembunyikan. Berpura-pura menampilkan raut kecewa. Baiklah, kalau begitu ia akan menerimanya dengan lapang dada.

Sementara di sisi lain, pria Namikaze itu malah tersenyum menyeringai. Berbagai jenis hukuman aneh mulai ia pikirkan. Rencana-rencana gila yang bisa memuaskannya juga Hinata. Gadis yang menutupi sifat polosnya di balik sifat keras kepalanya dan pria itu yakin jika rencananya kali ini akan berhasil. Dia benar-benar akan merasakan kembali kenikmatan itu.

“Aku akan membereskan barang-barangku dan akan menyerahkan surat pengunduran diriku besok.” Lanjutnya.

“Memang siapa yang mau memecatmu, hm? Aku bilang kau akan mendapatkan hukumannya bukan berarti aku memecatmu.”

“Eh…! La… lalu hukumanku apa?”

Hinata mulai was was sendiri memikirkan hukuman yang akan diberikan Naruto padanya dan yang pastinya hukuman ini sangat berar melebihi permintaan-permintaan Naruto selama ini.

“Sebenarnya ini bukan hukuman, hanya saja aku butuh bantuanmu...” Hinata tidak mengerti namun tetap diam dan menyimak. Ia tidak ingin ada satu kata pun yang terlewat hingga menyebabkan ia terlibat masalah lain dengan atasannya itu. “Mulai besok kau akan menjadi sekertarisku─ untuk sementara waktu. Well, kau tahukan sekertarisku dulu akan melahirkan jadi aku memberinya cuti hingga dua bulan kedepan. Karena sekarang aku tidak memiliki sekertaris, jadi ku minta kau yang akan menggantikannya dan mulai besok pagi kau harus menyiapkan semua yang kubutuhkan. Lagi pula tidak ada karyawan yang cocok menggantikannya selain kau. Kau tahukan bagaimana jika aku memintanya pada karyawan yang lain. Yang ada tidak akan ada kerjaan yang selesai dan malah mereka akan membuatnya berantakan.”

“A…apa?” Hinata membulatkan kedua matanya. Apa telinganya baru saja mendengar kalau Naruto ingin mengangkatnya sebagai sekertarisnya? “Dan kau harus mau.” Lanjutnya membuat Hinata terpaku dengan mata yang masih terbelalak tidak percaya.

Sumpah demi apapun, apa benar ini sejenis hukuman? Kalau benar, maka ini adalah hukuman yang benar-benar sangat berat untuknya. Sangat tidak adil. Lebih baik ia dipecat atau gajinya saja yang dipotong dari pada harus bersama dengan si brengsek mesum itu dan terus mendapatkan bully-nya. Si brengsek itu rupanya benar-benar ingin membunuh Hinata.
“Lagi pula kau adalah calon istriku. Sebentar lagi kita akan menikah dan aku ingin melakukan pendekatan agar lebih mengenalmu.” Kata Naruto dengan suara beratnya yang sensual berjalan mendekati Hinata. Ia memegangi pinggul Hinata dan mendekatkannya pada pinggulnya. Sedikit memeras agar hinata juga merasakan apa yang ia rasakan.

Naruto mendekatkan bibirnya di telinga Hinata dan berbisik pelan. “Aku benar-benar tidak sabar untuk merasakan kembali tubuhmu─” Bisikan itu sangat sensual penuh godaan di telinga Hinata dan membuatnya terbang melayang, membayangkan sesuatu yang erotis bersama laki-laki itu.

Hinata merutuki sisi jalangnya yang bersorak gembira mendapat perlakuan Naruto dan ia berusaha sangat keras untuk melawan keinginannya untuk mengerang karena merasakan sensasi nakal yang kuat dari kata-kata pria itu di telinganya. Sekujur tubuhnya terbakar karenanya dan Hinata tidak suka sensasi itu. Apa yang akan dipikirkan oleh Naruto jika ia mengerang hanya karena kata-katanya?

“Aku tidak sabar melucuti pakaianmu dari tubuhmu dan melihat bagaimana indahnya tubuhmu ketika kau telanjang. Aku tidak sabar untuk menyentuh seluruh bagian tubuhmu dan menunjukkan kepadamu bagaimana besarnya para pria menginginkan seorang wanita bersamanya. Aku bersumpah padamu, kau akan mengingatnya dan menginginkannya kembali di sepanjang hidupmu. Kau tidak akan pernah mau melepaskan ranjang saat bersamaku karena kau akan menginginkannya lagi dan lagi.”

Jantung Hinata berdetak tiga kali lebih cepat dari biasanya, ketika bisikan menggoda itu keluar dari bibir Naruto. Ia merutuki dirinya ketika suara seperti erangan lirih meluncur dari bibinya yang untungnya tidak sampai terdengar di telinga milik Naruto.

Jangan tergoda! Anggap dia adalah orang gila yang berusaha merayumu. Kesadaran Hinata menyemangatinya─ menguatkan dirinya agar tidak termakan rayuan ulung Naruto.

Dasar bodoh. Jangan menolak sesuatu yang tidak bisa kau tolak. Namun sisi lain dirinya tidak terima.

Ia memejamkan mata, mencoba mengikuti akal sehatnya namun aroma parfum menggoda milik Naruto memenuhi kepalanya. Akal sehatnya mulai menipis ketika napas Naruto menggelitik lehernya sementara pipi pria itu berada begitu dekat dengan pipinya, menyengat bulu-bulu halus yang berada di tengkuknya.

Setiap bagian dari dirinya ingin menyerah kepada Naruto dan ini yang benar-benar tidak disukai oleh Hinata. Pesona si mesum ini benar-benar kuat hingga mampu membangkitkan sisi jalang miliknya.

Nafas Hinata naik turun karena ucapan Naruto yang menyengat hingga sisi terliar dirinya. Sisi jalangnya mulai menguasainya. Hinata mati-matian mempertahankan kesadarannya hingga membuat tubuhnya bergetar.

Hinata membuka matanya dan ia benar-benar sangat menyesal karenanya. Bagaimana tidak, ketika hal pertama yang ia saksikan adalah otot-otot Naruto yang keras dan seperti di pahat di balik kemeja putih. Ke cekungan di leher Naruto yang mengalirkan setetes bulir keringat, turun hingga menghilang di ujung tenggorokan laki-laki itu. Oh, betapa ingin lidahnya menjelajah di kulit keemasan Naruto yang diberkahi itu. Mencari tahu apakah bagian tubuh Naruto yang lain terasa sama nikmatnya dengan mulut pria itu.

Naruto pasti hebat di tempat tidur─

Sial.

Naruto pasti sengaja melakukan ini. Membuatnya sama seperti para wanita Naruto yang lainnya yang sangat menginginkan dirinya. Ia ingin mempermalukan dirinya dan itu tidak akan pernah terjadi. Tidak akan. Dirinya tidak sama seperti wanita-wanita Naruto yang lain. Ia bukan wanita jalang yang dengan mudahnya menyerahkan dirinya dan membukakan kakinya lebar-lebar untuk pria mesum itu.

‘Brengsek,’ Hinata mengumpat pelan saat pengendalian dirinya sudah kembali padanya.

“Maaf, brengsek. Tapi aku tidak bisa dan aku tidak mau. Tidak akan pernah mau.”

“Oh, sayang. Kau pasti mau dan tidak akan menolakku.”

“Tapi sekarang aku menolakmu, sialan. Lagipula kenapa aku? Kenapa bukan yang lain saja yang menggantikan Konan? Kenapa─”

“Karena kau calon istriku dan aku ingin lebih dekat denganmu.” Kata Naruto tidak peduli dengan penolakan Hinata. Baginya melihat Hinata seperti ini adalah hiburan tersendiri untuknya. Melihat wajah memerah Hinata karena efek kata-katanya juga reaksi tubuhnya ketika ia meyentuhnya benar-benar sudah membuatnya terangsang. Seandainya ini bukan kantor, Naruto pasti sudah membuat Hinata benar-benar mengerang dibawahnya.

Sial. Ia ingin menyentuh Hinata detik ini juga, tapi ia tidak bisa.

“Sialan. Aku tidak mau. Lepaskan aku brengsek. Dasar mesum.” Kata Hinata sambil berusaha keras untuk melepaskan kukungan tangan kekar Naruto. Tapi karena tenaga Hinata jauh lebih kecil dari tenaga pria seperti Naruto jadilah usahanya itu sia-sia.

“Benarkah?” Naruto semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Hinata.

“Si…sialan, apa yang kau lakukan. Lepaskan aku, brengsek.” Hinata semakin panik ketika merasakan benda kebanggaan Naruto yang mengeras dipinggangnya. Ia semakin berusaha membebaskan dirinya dari rengkuahan tangan kekar Naruto. Namun tangan kekar milik Naruto lebih kuat. Lagipula sisi jalang sial-nya juga tidak ingin terlepas dari rengkuhan itu dan malah ingin merasakan kehangatan dari tubuh Naruto lebih lama, merasakan bagaimana bentuk tubuh Naruto di balik kemeja putihnya, bagaimana rasa dari bibir Naruto ketika mencumbunya atau... ─sial. Hinata tidak akan bisa berkutik ketika sisi jalangnya masih ada di dalam tubuhnya. Apalagi ketika berada di dekat Naruto walau radius beberapa meter jauh darinya.

Laki-laki ini memang memiliki pesona sang adonis. Tubuhnya selalu menguarkan feromon yang memikat kaum hawa untuk tunduk ke padanya. Sekeras apapun menolaknya, pesona itu tidak akan bisa dilawan olehnya.

“Apa kau merasakannya?” Lagi Naruto berbicara di sisi telinga Hinata dengan penuh sensual. Menjilatnya sedikit hingga suara erangan lirih Hinata keluar. “Ini adalah reaksi tubuhku ketika berdekatan dengan tubuhmu. Lagipula tubuhmu juga menginginkannya bukan? Kita akan menjadi pasangan yang serasi, Hinata. Kita bahkan sangat cocok di ranjang, megingat tubuhmu yang tidak ingin melepaskan tubuhku─”

“STOOOP. Kau pasti berbohong. Aku tidak mungkin seperti itu─”

“Mmmmph....”

Kata-kata Hinata terhenti saat Naruto membungkamnya dengan bibirnya. Matanya terbelalak tetapi gadis itu tidak bergerak sama sekali. Ia terlalu shock hingga tidak bisa memahami apa yang tengah terjadi saat ini.

Hingga beberapa detik ketika Hinata sudah mendapatkan kesadarannya. Laki-laki itu semakin mengeratkan pelukannya. Ia tak ingin Hinata memberontak dan menghentikan kesenangannya. Sudah cukup untuknya bersabar hingga beberapa hari sejak terakhir kali pertemuan dengan Hinata di apartemen miliknya dan ia tidak tahu bagaimana melampiaskannya.

Naruto tersenyum ketika tidak ada respon tolakan dari Hinata─ mungkin, saat ini Tuhan tengah memihak padanya hingga membuat Hinata tidak memberontak sama sekali dan malah terbuai akan permainannya. Yah, Naruto sangat bahagia saat ini. Namun, sepertinya permainannya ini tidak boleh diteruskan atau hal yang paling dia inginkan akan terjadi. “Ah... Sayang sekali ini adalah kantor dan aku tidak suka bermain di dalam kantorku. Kita akan melanjutkannya nanti. Oke.” Katanya dan melapaskan Hinata.



Ia kemudian berjalan di sofa mendudukinya lalu menarik nafas dalam-dalam sambil berusaha memadamkan api di darahnya. Ia menatap Hinata yang masih terengah dan menormalkan pernapasannya. Apa ia terlalu bersemangat tadi hingga membuat Hinata seperti sekarang? Tapi melihat Hinata yang mengatur nafasnya, dadanya yang naik turun juga keringat yang muncul dari pori-pori dahinya dan sebagian mengalir kebawah, serta bajunya yang kusut akibat ulah tangannya, bukannya gairahnya mereda, malah semakin meningkat bahkan satu keinginan kuat muncul saat ini juga. Dan ia bersumpah demi dewa Jashin yang sering disebut-sebut oleh Hidan ia akan mendapatkannya. Tetapi bukan hari ini dan saat ini. Nanti. Pasti ia akan mendapatkannya dan Hinata sendiri yang akan menawarkan itu padanya.

Dan hanya berselang dari beberapa detik setelah Naruto duduk barulah Hinata sadar dengan apa yang barusan terjadi. Wajahnya memerah menahan malu juga marah. Ia benar-benar merasa sangat bodoh dan memalukan saat ini. Padahal dia selalu berusaha mati-matian agar tidak tergoda oleh atasannya itu, dan sekarang. Lihatlah, bahkan hanya dengan sebuah ciuman saja, bisa membungkamnya, membuatnya tidak berkutik walau hanya menggerakkan sedikit tubuhnya untuk menolak dan yang lebih parahnya adalah, sisi jalangnya malah terbuai dan ikut dalam permainan yang dibuat atasannya itu.

Dia benar-benar ingin lenyap saat ini juga. Ah, tidak. Ia ingin melenyapkan mesum pirang brengsek itu yang tengah menyeringai di hadapannya.

Arrrrgh.... Sial, Hinata berteriak di dalam batinnya. Dia benar-benar menunjukkan sisi jalangnya di hadapan Naruto. Atasannya itu memang titisan dari dewa penakhluk wanita. Ah... Sepertinya dia memang harus pergi ke air terjun untuk bermeditasi dan menghilangkan sisi jalangnya agar kejadian ini tidak akan terulang kembali.

Hinata memejamkan matanya dan ketika nafas dan jantungnya mulai tenang, dia menatap Naruto sengit. “Brengsek...” Hinata mengumpat. Umpatan yang sebenarnya ditujukan untuk sisi jalangnya juga Naruto yang baru saja membuatnya seperti sekarang.

Tetapi bukannya melihat wajah marah Naruto, ia malah melihat seringai laki-laki itu yang semakin besar dan membuat emosinya kembali naik, “Kau...” Hinata menunjuk Naruto dengan jarinya, sedikit menjeda ucapannya untuk menenangkan detak jantung yang bergemuruh cepat lantaran emosinya yang ingin segera diluapkan. “Akan kupastikan, ini adalah yang terakhir. Kau tidak akan pernah lagi bisa menyentuhku, brengsek. Itu tidak akan pernah terjadi....” Kata Hinata

“Tidak sayang. Bukan aku yang akan memintanya, tapi kaulah yang akan merengek padaku.” Kata Naruto acuh. Well, ucapan yang ia ucapkan adalah sebuah janji dan bukan hanya ucapan biasa. Dia akan benar-benar membuat Hinata menginginkan dan merengek padanya. Membuat gadis itu juga merasakan perasaan tersiksa seperti yang ia rasakan saat ini.

“Sialan. Itu tidak akan pernah terjadi. Tidak. Akan. Pernah.”

“Kita lihat nanti, sayang...”

“Brengsek. Dasar mesum sialan. Aku benar-benar membencimu...”

“Yah, aku tahu dan aku juga tidak sabar menantikan pernikahan kita minggu depan dan kembali merasakan tubuhmu, sayang...”

Hinata menggeram ketika kata-kata itu keluar dari bibir Naruto. Sumpah demi apapun. Kata-kata Naruto sudah seperti virus H5N1 yang berbahaya. Dia benar-benar membenci pria itu. “Rrrrrrrgghhhh... Aku membencimu brengsek.”

“Yah, sayang tenanglah, kita pasti akan merasakannya kembali.”

Rasanya kepala Hinata ingin pecah saat ini juga. Berhadapan dengan atasannya itu seperti mendekati penyakit yang bisa menggerogoti tubuh dan menyebabkan kelumpuhan otak. Dia benar-benar harus keluar dari ruangan ini.

Dan tanpa meminta izin Hinata berbalik menuju pintu. Meninggalkan Naruto yang masih menyeringai di belakangnya. Membanting pintunya dan mengagetkan Sakura yang berada tidak dari jauh ruangan itu.


TBC
Klik untuk lanjut baca BAGIAN 3

Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com