Fly with your imajination

Thursday, February 11, 2021

Senja Di Penghujung Tahun - Hanabi


NARUTO MASASHI KISHIMOTO
WARNING: AU, OOC, OC (sedikit) typo (mungkin banyak), alur GaJe, (masih perlu banyak belajar)
Senja di Penghujung Tahun 
@mickey139
Mohon maaf jika ada kesamaan ide cerita

Don't Like Don't Read

ket.
Huruf miring adalah percakapan di telepon.
Huruf miring yang dibolt adalah sebaris percakapan masa lalu.
Sumber gambar : pinterst

🍋🍋🍋 

 "Selesai ..." ucap Naruto dengan antusias.

Naruto menatap cermin yang memantulkan bayangan dirinya dan Himawari. Terlihat raut Himawari yang bingung sementara dirinya malah memperlihatkan senyum yang amat sangat lebar. Senyum yang baru lagi ia tampakkan setelah beberapa tahun silam hilang dari wajahnya.

"Ada apa, Himawari?" tanyanya. Raut Naruto perlahan berubah. Keningnya mengkerut dengan tatapannya yang ikut kebingungan menatap monoton ke arah cermin yang menampakkan bayangan Himawari.

"Pitanya miring, Paman. Ikatannya juga tidak sama tinggi. Yang ini lebih naik dari pada yang ini, Paman." sahut Himawari sambil menunjuk ikatan rambutnya.

"Benarkah?" Naruto membalikkan Himawari seraya menatap rambut Himawari, menelitinya, seperti memeriksa sebuah laporan.

"Hm... yah... kau benar." lalu Himawari kembali berbalik, sementara tangan Naruto kembali terjulur dan membetulkan keseimbangan ikatan rambut Himawari. "Ini memang lebih naik..." gumamnya.

"Yang ini jadi lebih tinggi, Paman." kata Boruto menyelutuk tiba-tiba dan sudah berada di samping Naruto dan Himawari.

"Kau benar, Bolt." sahut Naruto dan kembali lagi menggerakkan tangannya untuk memperbaiki posisi ikatan rambut Himawari.

"Itu terlalu naik, Paman." kali ini Himawari yang berpendapat.

Lagi Naruto kembali memperbaiki.

"Jadi miring...."

Astaga ... Naruto menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia baru tahu, ternyata mengikat rambut anak kecil itu sesusah begini. Ini bahkan lebih rumit dari membuat proposal dengan tender besar.

"Paman... ikat ekor kuda saja, yah?" tanyanya setelah beberapa menit berlalu dan ikatan rambut Himawari tak kunjung seimbang.

Himawari mengangguk. Sepertinya gadis cilik itu tahu bagaimana susahnya Naruto mengikat rambutnya.

Naruto kemudian melepaskan kedua ikatan rambut Himawari yang tidak seimbang, lalu menata dan mengikatnya seperti ekor kuda.

"Bagaimana?" entah kenapa Naruto kembali was was. Pasalnya, ikatan ekor kuda yang ia buat kali ini tidak ada bedanya dengan yang tadi. Yah, meskipun yang kali ini bisa dikatakan agak rapi.

"Ini lebih bagus, Paman." kata Boruto yang diangguki oleh Himawari.

Naruto tersenyum lega. Akhirnya selesai juga setalah hampir tiga puluh menit berlalu. Seharusnya ia melakukan ini dari tadi. Kalau beginikan ia tidak perlu pusing-pusing memikirkan kesama-rataan ikatan rambut Himawari.

Sumber gambar : pinterest

Tapi, meski begitu, tak pelak ada letupan-letupan kecil dalam hatinya yang membuatnya merasa hangat. Ada sesuatu dari kegiatan mereka itu yang membuat hatinya membuncah bahagia.

"Paman ...."

"Eh, ada apa?"

"Kami sudah siap." Himawari memberenggut, bibirnya mencebik lucu hingga memunculkan rasa geli bagi Naruto. Sementara Boruto, bocah cilik itu membuat pose seperti orang dewasa, bersedekap dada dan mengetuk-ngetukkan kakinya di lantai tidak sabar.

Naruto yang menatap mereka secara refleks tersenyum geli.

"Paman ...."

"Hehehe ... Iya, iya jadi kalian sudah siap?"

"Ya ..." seru Boruto dan Himawari bersamaan. Senyum sumringah tak lepas dari kedua bocah itu.

"Baiklah, kita berangkat." sahutnya tak kalah antusias dari kedua bocah itu.

Yah, meski mungki ini adalah pertemuan terakhir mereka, entah kenapa ia malah bersemangat. Ia tak tahu, dari mana datangnya keyakinan bahwa apa yang dia cari selama ini akan ia dapatkan. Penyesalan yang dahulu dan sampai sekarah masih menggerogoti jiwanya akan lenyap.

Sumber gambar : pinterest

"Paman ...."

Naruto menghentikan langkahnya ketika Himawari memanggilnya. Ia berbalik dan menatap gadis cilik itu yang tengah menunduk sambil memilin jari-jari mungilnya.

"Ada apa, Himawari?"

"Boleh aku meminta sesuatu?"

"Tentu, Sayang. Katakan, apa itu?"

"Aku ... Aku ..." Himawari mendongak menatap Naruto. Binar matanya sungguh menggemaskan hingga Naruto ingin sekali mencium pipi menggemaskan milik gadis cilik itu. Tapi, itu tidak bisa ia lakukan. Bisa-bisa ia ketagihan.

"Bisakah kami memanggilmu ayah?"

Deg.

Apa Naruto tidak salah dengar?

"A, apa, Sayang? Bisa ulangi lagi?"

"Bisakah kami memanggil paman sebagai Ayah? Ka ... karena Paman mirip ayah kami."

Dan rasa haru itu tak bisa lagi dibendung oleh Naruto. Dadanya sesak oleh kebahagiaan yang secepat cahaya meluap.

Yah, siapa yang tak senang ketika apa yang kau pikir hanya akan menjadi impianmu saja menjadi kenyataan? Apalagi yang mewujudkannya adalah orang yang kau harapkan. Itu luar biasa, kan?

Menjadi seorang ayah. Ayah dari Boruto dan Himawari. Betapa Naruto ingin meneriakkan pada dunia bahwa ia sungguh bahagia. Detik ini. Apa yang menjadi keinginan terpendamnya akhirnya jadi kenyataan.

Secara refleks Naruto berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan Himawari dan menarik tubuh kecil Himawari ke dalam peluknya.

"Tentu saja, Sayang. Kalian akan menjadi anak-anakku."

"Papa Naruto."

"Iya. Panggil aku seperti itu." dan tanpa Naruto sadari setetes air mata sudah jatuh dari pelupuk matanya.

"Aku ... juga ingin dipeluk."
Rengekan dari Boruto disambut hangat oleh tangan Naruto. "Kemarilah Bolt. Kau juga adalah anakku. Dan mulai sekarang kalian boleh memanggilku sebagai papa."

"Iya... Papa Naruto ...."

"Iya."

Betapa Naruto sangat bahagia hari ini. Yah, meski hari ini Boruto dan Himawari akan kembali ke rumah aslinya, setidaknya ia memiliki alasan untuk bertemu dengan mereka.

Sumber gambar : pinterest

"Papa, kapan kita bertemu bibi Hanabi?"

Setelah hampir dua jam mereka mengelilingi taman bermain, Naruto mengajak Bolt dan Himawari ke tempat perjanjian dirinya dan Hanabi, bibi Boruto dan Himawari.

Tempat perjanjiannya adalah restoran Ichiraku, restoran tradisional jepang yang desain interiornya dipadupadankan dengan gaya barat dan Asia. Salah satunya adalah lukisan kayu dari Sentani, Indonesia dan lukisan pemandangan khas Italia.

"Mungkin sebentar lagi bibi kalian akan datang." Naruto menyahut sambil melirik jam tangannya.

Waktu pertemuan yang sudah mereka sepakati memang sudah terlewat satu jam dan Naruto tak mengetahui sebab keterlambatan wanita itu.

"Papa aku mau tambah burgernya..."

Naruto berpaling pada Boruto. Perasaan bahagia masih nampak di wajah tampannya. Sementara, bocah cilik itu wajahnya sudah penuh dengan saos burger. Berbanding terbalik dengan Himawari yang bersih. Ia kemudin mengambil tissue dan membersihkan bibir Boruto.

Awalnya bocah delapan tahun itu menolak, karena ia ingin membersihkannya sendiri. Ia tak mau disebut anak kecil oleh adiknya. Namun, karena tak bersih, akhirnya ia menurut pada Naruto untuk dibersihkan.

"Dasar bocah ..." ejek Himawari melihat kakaknya.

"Apa katamu—"

"Boruto, Himawari ...."

Serempak, mata Boruto, Hiawari, dan Naruto berpaling pada sumber suara. Namun, ada perbedaan pada tatapan mereka. Jika Bolt dan Himawari tampak senang, Naruro malah menunjukkan ekspresi terkejut sekaligus... entahlah, seperti sebuah kelegaan.

Ada harapan yang tampak samar namun kian melambung melihat sosok wanita yang baru tiba itu. Dan perlahan Naruto merasa yakin bahwa dugaan-dugaan yang selalu ia abaikan dari teman-temannya kemungkinan besar adalah benar.

"Hanabi?"

Secara refleks mulut Naruto melontarkan satu buah nama dari bibirnya.

Wanita itu berbalik, menatap Naruto dengan kening mengkerut. "Kau yang bernama Naruto?"

"Kau tidak mengingatku?" sahut Naruto tanpa memedulikan pertanyaan Hanabi.

Satu kening Hanabi terangkat. "Apa maksudmu? Siapa kau? Apa kau punya hutang padaku?"

"Tidak, tapi—"

"Sudahlah. Lupakan itu. Kau tidak perlu membayarnya..."

Apa ini?

Dia Hanabi, 'kan?

Tapi, kenapa ia tak mengingat Naruto? Apa yang sudah terjadi?
Sumber gambar : pinterest

tbc.

sorry kependekan.

Btw, makasih yah untuk kalian yang masih setia menunggu fict ini. kalian benar-benar memberi motivasi bagi saya untuk terus melanjutkan cerita ini. sekali lagi terima kasih.

Dan untuk kalian yang cilent reader, sekali-kali bolehlah tuangkan sedikit pendapat kalian mengenai fict ini 🐈🐈 sekalian olahraga tangan. hehehe _.

dan thanks juga bagi yang sudah memfollow dan memfav, fict ini.


Mickey139

Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:
Comments
Comments

1 comment:

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com