Fly with your imajination

Tuesday, February 9, 2021

Senja Di penghujung Tahun - Masa Lalu



NARUTO MASASHI KISHIMOTO
WARNING: AU, OOC, OC (sedikit) typo (mungkin banyak), alur GaJe, (masih perlu banyak belajar)
Senja di Penghujung Tahun
@mickey139

Mohon maaf jika ada kesamaan ide cerita

DLDR

ket.
Huruf miring adalah percakapan di telepon.
Huruf miring yang dibolt adalah sebaris percakapan masa lalu.

enjoy :)

sumber gambar : pinterest

Untuk kesekian kalinya, mata Hinata jatuh pada selembar gambar yang tanpa sengaja ia temukan di sela-sela barangnya yang telah usang— yang hampir saja ia buang tadi. Selembar gambar yang kembali membawanya pada kenangan lama yang berusaha ia kubur sejak beberapa tahun silam.
 
Gambar itu menampakkan sepasang remaja yang tengah tersenyum bahagia menatap kamera. Seperti menunjukkan bahwa dua insan itu tak akan terpisah karena binar cinta yang terpantul dari mata keduanya terlihat murni bahkan membuat siapapun iri melihatnya.
 
"Wah, Hime. Kau benar-benar mirip putri di dunia dongeng."
 
Wajah Hinata merona mendengar pujian dari pujaan hatinya. Dan entah kenapa ia selalu tak terbiasa dengan pujian yang dilontarkan Naruto untuknya.
 
"Naruto-kun jangan menggodaku ...."
 
"Tapi, aku sungguhan." sahutnya. Lalu Naruto menatap si fotografer yang sudah mengambil foto mereka. "Benar, kan Paman?"
 
"Benar sekali, Bocah. Kau benar-benar beruntung punya pacar secantik dia. Jaga dia, jangan sampai direbut laki-laki lain."
 
"Tentu saja, Paman. Dia itu satu-satunya pemilik hatiku, jadi tidak mungkin aku melepasnya. 

"Cih, dasar. Sekolah dulu yang benar. Kalau sudah kaya baru bisa bilang begitu."
 
"Cih, Paman kau iri, yah? Aku juga tidak mungkin membiarkan pasanganku hidup miskin. Aku pasti akan membahagiakan, Hime-chan."
 
"Naruto-kun ...."
 
Lalu mereka kembali tertawa, mengabaikan Hinata yang wajahnya sudah memerah seperti tomat. Kebahagiaan itu benar-benar tanpa beban.
 
sumber gambar : pinterest

Sayangnya, janji yang dibuat lelaki itu pada akhirnya hanya menjadi wacana yang tak terealisasikan. Nyatanya, mereka akhirnya berpisah. Keegoisan dan mental lembek dari sang prialah yang menyebabkan hal itu terjadi. Dan mirisnya, sebagai pihak wanita— yang lebih mengutamakan perasaan dan cinta di atas segalanya— hanya bisa pasrah dan menyerah hingga membuat Hinata hidup dalam kubangan sesal dan sakit hati. Lalu meski pun membenci, hatinya juga tak mampu berkelit untuk melepaskan. Si pemuda itu tetap bertahtah dalam jiwa.
 
Yah, katakanlah wanita itu tolol. Tapi mau bagaimana lagi, saat cinta berbicara, logika tak bisa berkutik, dan semua kalimat penyangkalan tak ada yang bisa terserap.

Hinata sadar. Dulu, ia memang wanita bodoh yang terlalu meninggikan perasaan ketimbang logika. Bahkan saat Naruto meninggalkan dirinya, ia tetap menerima. Ketika ayahnya tak mengakui dirinya sebagai anak karena aib yang ia lakukan, Hinata juga tak meminta pertanggung jawaban lelaki itu. Cinta telah membutakan pikirannya.
 
Namun, sekarang ia sudah belajar, bahwa cinta pada lelaki tak ada ubahnya dengan nafsu yang akan membawanya pada kesedihan. Dan ia bertekad, tak akan lagi jatuh pada lubang yang sama untuk kesekian kalinya. Meskipun, rasa itu tetap melekat pada jiwa.
 
Menarik napas dalam, Hinata memejamkan mata untuk menenangkan diri. Ia kemudian menyimpan gambar tersebut ke dalam laci lalu kembali berkutat pada pakaian-pakaian yang akan ia bawa ke Jepang.
 
Seharusnya sekarang ia tak perlu lagi memikirkan masa lalu atau penyesalan. Toh masa lalu sudah tertinggal jauh di belakang dan berkat itu pula Hinata mendapatkan dua karunia besar di hidupnya dari Tuhan. Boruto dan Himawari. Ah, mengingat mereka, hati Hinata kembali menggebu. Ia sungguh tak sabar untuk bertemu kedua buah hatinya itu. Padahal baru tiga hari mereka pergi, tapi rasa rindu Hinata sudah membuncah tak bisa ditahan.
 
Hinata benar-benar bersyukur mendapatkan mereka. Mereka berdua adalah anugrah yang luar biasa. Dan tidak lama lagi Hinata akan kembali bertemu dengan anak-anaknya. Uh, Hinata benar-benar sangat merindukan mereka. Apalagi Hanabi selalu menolak untuk membiarkannya bicara dengan mereka.
 
sumber gambar : pinterest

Treeeet...
 
Satu pesan masuk di ponselnya. Hinata menghentikan aktivitasnya dan mengambil ponselnya untuk melihat Si Pengirim dan isi pesan tersebut.
 
"Miss, pihak dari Uzu Corp. bersedia menyewakan satu ruangan gedungnya untuk acara nanti. Kontraknya sudah saya lampirkan. Silahkan dibaca. Terima kasih."
 
Itu adalah pesan dari Kevin, stafnya yang bertugas menyelesaikan masalah kontrak dan kerja sama dengan perusahaan Uzu.
 
Meski bukan dari orang yang ia harapkan, tapi Hinata tetap bersyukur. Setidaknya, ia bisa pergi tanpa memikirkan proyeknya di sini yang sudah ia tangguhkan ke karyawannya dan kembali bekerja keras di sana untuk meyakinkan perusahaan Uzu. Lagipula, proyek itu juga memang akan diadakan di Jepang. Istilahnya, sekali tepuk,p dua lalat yang kena. Keberuntungan yang menggembirakan. Hinata sangat bersyukur memiliki karyawan seperti Kevin.
 
"Nice Kevin. Thank's." ketiknya kemudian menyimpan ponsel tersebut lalu melanjutkan mengemas pakaian ke dalam koper.
 
Hinata benar-benar tak sabar. Ia bahkan sudah melupakan masa lalunya. Kesedihan yang sempat menjeranya beberapa detik lalu pun seolah menguap seperti alkohol dalam botol yang dibiarkan tanpa penutup.
 
sumber gambar : pinterest

🍋🍋🍋
 
tbc.
 
sorry kependekan.

Btw, makasih yah untuk kalian yang masih setia menunggu fict ini. kalian benar-benar memberi motivasi bagi saya untuk terus melanjutkan cerita ini. sekali lagi terima kasih.

Dan untuk kalian yang cilent reader, sekali-kali bolehlah tuangkan sedikit pendapat kalian mengenai fict ini 🐈🐈 sekalian olahraga tangan. hehehe _.

Satu lagi, thanks juga bagi yang sudah memfollow dan memfav, fict ini.

 

Mickey139


Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:
Comments
Comments

1 comment:

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com