Fly with your imajination

Tuesday, July 19, 2022

SCHOOL OF MAGIC : BURUNG


ORIGINAL FICTION
WARNING: AU, OOC, OC (sedikit) typo (mungkin banyak), alur GaJe, (masih perlu banyak belajar)
SCHOOL OF MAGIC 
@mickey139
Mohon maaf jika ada kesamaan ide cerita

Don't Like Don't Read

Suara kepakan sayap mengalihkan pandangan ribuan mata yang berada di pelataran. Kepakan sayap merah seperti api yang melayang di udara membuat seluruh mata terpesona. Burung itu di lingkupi api merah di ujung sayapnya, api yang tak akan padam kecuali burung itu sudah tak hidup. Matanya berwarna biru seperti langit cerah, tetapi tatapannya sangat tajam mengintimidasi. Bulu di sekitar kepalanya berwarna kuning keemasan dan dihiasi mahkota indah yang menjulang panjang ke punggung. Itu adalah perpaduan yang sangat menakjubkan. Terlebih ekor merahnya yang menjuntai panjang. Burung itu benar-benar sangat menakjubkan di malam hari.

Ketika burung itu hinggap di dahan melayang di samping Archimage, cahaya-cahaya kecil perlahan muncul dari berbagai arah kemudian terbang menuju langit-langit dan membentuk lukisan nyata berbentuk langit cerah yang terang. Aula itu berubah jadi siang hari.

Suara kekaguman menggelegar di aula menyebabkan kebisingan, tetapi hanya sesaat karena Sang Archimage mengeluarkan satu kata yang membungkam seluruh murid.

"Aku tahu kalian sangat mengagumi pertunjukkan malam ini atau mungkin pada burung ini. Sebenarnya, aku juga begitu saat pertama melihatnya. Tapi, sekarang bukan saat yang tepat untuk menjelaskan betapa mengagumkannya burung ini. Sebelum itu, selamat atas kelulusan kalian..."

Suara sorakan kembali menggema ketika sang Archimage memberikan semangat pada semua yang berhasil sampai di pelataran. Dan kembali diam ketika tangan kanan sang Archimage terangkat dan kembali berbicara.

Akan tetapi, kata-kata Archimage tak terlalu dihiraukan oleh Levi, gadis nyentrik itu hanya terpaku pada burung yang ada di samping sang Archimage. Burung yang hanya sering dia baca di buku dongeng, sekarang ada di hadapannya. Levi ingin menyentuhnya, ingin merasakan bagaimana kelembutan bulu burung itu ketika dia elus. Levi juga ingin merasakan bagaimana rasanya terbang di pundak burung itu. Well, biarpun ukuran burung itu saat ini tidak bisa menampung tubuh Levi, tetapi gadis nyentrik itu yakin, dengan sihir burung pheonix bisa membesar hinggan bisa ditunggangi beberapa orang.

"Hentikan khayalanmu itu Levi."

Levi menatap Orion yang sedang menatapnya kesal, tetapi Levi tidak peduli. Baginya, mengagumi burung itu jauh lebih berharga ketimbang meladeni kata-kata Orion.

"Kau pikir Archimage tidak sadar apa yang sedang kau lakukan?"

Levi mendengus. Kesal. Namun begitu, gadis nyentrik itu tetap menuruti perkataan Orion.

...

"Kalau begitu kalian bisa istirahat."

Levi tidak terlalu menghitung waktu ketika sang Archimage dan beberapa pengawas ujian menyelesaikan pidatonya, gadis itu memang mendengarkan tetapi pikirannya mengambang di udara. Bukan hanya mengenai burung Pheonix, tetapi masalah ujian yang akan mereka jalani nanti. Dia tidak khawatir mereka akan gagal, hanya saja ada yang mencurigakan dari kata-kata terakhir para pengawas. Apa maksudnya jalan perenungan? Apakah itu adalah satu satu rintangan dalam ujian nanti?

Levi menghela napas kemudian menatap wajah-wajah asing yang berlalu menuju ruangan istirahat mereka. Di antara mereka semua, tidak ada satu pun yang menujukkan kegugupan atau khawatir.

"Mukamu itu sudah suram, jadi jangan jalan dengan pandangan kosong begitu. Aku tidak mau sekelompok dengan undead, oke."

Mata levi beralih pada gadis mungil bertelinga kucing di sampingnya. Ekornya bergerak ke kanan dan ke kiri sesuai langkah kaki gadis itu.

"Aku tidak melamun, Amber." Levi sedikit jengkel tetapi menuruti Amber dan melangkah pelan sambil memperhatikan orang-orang sekali lagi.

"Lalu dari tadi apa yang kau lakukan?"

"Berpikir."

Amber mendengus, "Sepertinya burung Archimage sudah menyihirmu."

Keceriaan Levi kembali, mata gadis nyentrik itu berbinar-binar ketika membayangkan keelokan burung milik sang Archimage. "Kau benar. Burung itu benar-benar sudah membawa sebagian kewarasanku. Sepertinya aku harus menemui Archimage dan meminta agar Pheonix miliknya mengembalikan kewarasanku."

Amber menggelengkan kepalanya, lalu berpaling pada Orion yang berjalan tanpa menghiraukan keberadaan Amber dan Levi. Aleia dan Arez juga melakukan hal yang sama. Padahal biasanya Arez selalu bersemangat dan selalu mengindahkan teman party-nya, meski bukan sesuatu yang penting.

"Baiklah kalau kau mau pergi ke ruangan Archimage. Tapi, ingat! Jangan menyebut nama kami saat kau di sana."

"Ck, kau tidak bisa diajak bercanda."

"Tidak ada dari teman satu party kita yang tidak menganggap semua ucapanmu tidak serius. Kau itu manusia paling nekat dan keras kepala. Kalau kau bilang akan pergi, meski bercanda, aku yakin kau pasti sudah memikirkan cara agar bisa ke sana dan bertemu langsung dengan Pheonix milik Archimage."

"Hm... benarkah?"

"Tidak bisakah kau memikirkannya saat sudah tiba di ruangan kita?"

"Yah, baiklah."

Amber memutar matanya, sedikit kesal dengan tingkah Levi. Harusnya Amber juga bersikap seperti teman party-nya yang lain, mengabaikan Levi adalah pilihan yang bisa membuat ketenangannya terjamin. Bahkan Arez pun tahu kapan seharusnya mulutnya tidak bersuara.

...
Mickey139


Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com