Fly with your imajination

Tuesday, July 5, 2022

SCHOOL OF MAGIC : PULAU TERBANG


ORIGINAL FICTION
WARNING: AU, OOC, OC (sedikit) typo (mungkin banyak), alur GaJe, (masih perlu banyak belajar)
SCHOOL OF MAGIC 
@mickey139
Mohon maaf jika ada kesamaan ide cerita

Don't Like Don't Read


"Aleia apa yang sedang kau pikirkan? Dari tadi kami memanggilmu tapi, kau hanya diam dan menatap ke atas."

Aleia menatap salah satu teman party-nya yang sudah berdiri tepat di depannya sekarang. Laki-laki bertubuh besar dengan otot yang membungkus tubuhnya. Laki-laki itu tidak seusia Aleia. Dia jauh lebih tua jika dilihat dari wajahnya, namun Aleia tidak tahu pasti berapa usia laki-laki itu. Mungkin jauh lebih tua dari perkiraannya.

"Aku tidak apa-apa, Arez." kata Aleia dengan sedikit senyum. Matanya menyipit ketika pandangannya jatuh ke sebuah portal dengan gate kecil di kanan-kirinya. Untuk seukuran manusia, portal itu sangat pas di tubuh Arez, tetapi tidak untuk makhluk sejenis throll. Aleia merasa bahwa portal sekecil itu sengaja dibangun agar tidak ada monster yang bisa memasukinya.

"Aku tidak menanyakan keadaamu."

Aleia mendengus. "Iya." katanya sedikit jengkel, kemudian bergerak untuk mensejajarkan dirinya di samping Arez.

"Kalau begitu cepatlah." Setelah Aleia sudah berada di samping Arez, laki-laki itu kemudian menggerakkan tanah yang dia pijak menuju party mereka yang sudah menunggu di dekat portal.

"Kau membuang-buang mana, Arez."

"Kalau sihir seperti ini tidak akan memakan banyak mana. Pedulikan saja dirimu sendiri. Orion sudah dari tadi mengawasimu. Kau tahukan sifat pemimpin kita itu bagaimana kalau sedang kesal."

Aleia menghela, pandangannya jatuh pada laki-laki tinggi berambut merah di depan. Laki-laki itu salah satu yang bisa memanjakan mata Aleia, tetapi mengingat sifat menjengkelkannya membuat kekaguman Aleia luntur. Orion memang pemimpin di party mereka, wajar juga dia punya sifat tegas, tapi sangat disesalkan laki-laki itu tidak punya sifat toleran. Sekali berbuat salah, maka dia akan mengawasimu sepanjang hari lalu menyindirmu terus menerus.

"Yah, kau benar. Aku tidak akan mengulanginya." kata Aleia.

"Memang apa yang sedang kau perhatikan tadi?"

Aleia menunjuk sesuatu yang melayang di langit. "Pulau terbang."

Arez mengalihkan pandangannya ke langit dan menatap apa yang ditunjuk Aleia. "Itu adalah tujuan kita yang pertama."

Aleia sedikit mengangguk. "Dari dulu aku penasaran, seperti apa pulau terbang itu. Aku tidak menyangka aku diberi kesempatan untuk melihatnya sekarang." jelas Aleia.

"Aku juga begitu. Tapi, aku tidak menyangka kalau jalan masuknya ternyata lebih mudah dari yang kubayangkan."

"Kau benar." balas Aleia. "Oh Arez, apa kau tidak merasa heran dengan tempat ini?" Aleia sedikit melirik laki-laki di sampingnya itu sebelum pandangannya kembali pada kumpulan orang-orang di depan. "Apa yang kau maksud karena di tempat ini tidak ada hawa keberadaa para monster?"

Aleia kembali mengangguk. "Apa tempat ini sudah disucikan? Tetapi, aku tidak merasakan keberadaan artefak suci."

Tangan Arez menyilang di depan dada, tampak berpikir. "Kalau kata Orion karena gate itu," Arez menunjuk gate pada portal di depan mereka, "sudah dilengkapi sihir penangkal dan beberapa alat yang dibuat prof Medeline sebagai pelindung tempat ini, jadi para monster akan kesulitan mendekati tempat ini."

"Oh." Alaeia mengangguk kemudian memalingkan pandangan ke gate dan mencari alat yang dimaksud oleh Arez. Tetapi, karena mata Aleia tak bisa menemukan bentuk fisik alat itu, ia menggunakan vision. Memusatkan energinya untuk merasakan perubahan energi di sekitar mereka. Ada lima alat yang membentuk pentagram, mengelilingi area di sekitar. Energinya memang terasa samar, dan Aleia tidak bisa mengetahui seberapa kuat alat itu bisa menghalangi para monster untuk menerobos dan masuk ke dalam area gate.

"Kenapa kalian lama sekali?" Kata Levi kesal ketika Aleia dan Arez sudah tiba di dekat portal. Tidak seperti penampilannya yang nyentrik dan ala gothic, gadis itu merupakan healer. Dan, satu hal yang party mereka syukuri pada gadis itu adalah karena penampilan gadis itu tidak senyentrik para penyembah The Darkness.

"Sudahlah yang lebih penting kami sudah ada di sini."

"Ck, ya sudah. Untung saja, tanduk Orion tidak keluar."

"Kalian, bersiaplah. Lapisi tubuh kalian dengan mana, agar tidak ada dari tubuh kalian yang tertinggal." Tidak lama setelah mengatakan itu Orion maju dan memasuki portal. Cahaya putih keluar dari portal itu kemudian terbang menuju langit. Tiga detik kemudian cahaya itu menghilang dan kembali muncul ketika Amber mengikuti Orion memasuki gate, lalu Arez, Levi, dan terakhir Aleia. 

Tubuh Aleia tidak merasakan perubahan signifikan di tubuhnya, tetapi cahaya menyilaukan membuat matanya kesulitan melihat hal lain. Ketika Aleia membuka mata, gadis itu sudah berada di tempat yang berbeda. Di sana sudah banyak yang memadati pelataran. Berbagai ras dan penyihir berkumpul di sana, termasuk para siswa yang bersekolah di akademi sihir tempatnya bersekolah.

"Lagi-lagi kau melamun." Arez kembali menegur Aleia sambil menggeleng. "Kau betul-betul ingin membuat Orion kesal, ya?"

Aleia menghela lalu menatap Arez dengan kesal. "Memangnya kau tidak begitu? Kau menegurku untuk menyembunyikan kekonyolanmu barusan, kan? Kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan tadi?Kau bahkan lebih parah dariku. Kau melongo dengan mata berbinar-binar, terus berteriak keras. "Akhirnya. Hahaha..." kata Aleia mengikuti nada bicara Arez.

Arez tak menyahut, tetapi mukanya memerah.

"Kau tenang saja, tidak akan ada yang terlalu bodoh untuk menegur orang bodoh." kata Aleia sekali lagi kemudian terkekeh. Gadis itu kemudian mengikuti party-nya menuju tengah pelataran.

Sementara Arez lagi-lagi tak menyahut dan hanya mendumel di belakang Aleia dan ikut bergerak.

Mickey139


Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com