Main : Tini, Mila, Mulyadi, Agus, Ridho
Rate: T
Genre: Slice of Life
WARNING: AU, OOC, OC, typo, alur GaJe cerita se-mau-gue.
Story by
MICKEY139
Rate: T
Genre: Slice of Life
WARNING: AU, OOC, OC, typo, alur GaJe cerita se-mau-gue.
Story by
MICKEY139

SUMMARY :
Kisah para kacung alias anak toko yang ditempatkan di minimarket desa. Desa itu agak sepi, apalagi saat malam. Rata-rata aktivitas di lakukan saat pagi hingga jam delapan malam. Di sana tidak ada hiburan. Jadi, hiburan satu-satu nya anak toko adalah ketika pembeli datang ke toko.
~happy reading~
Siang itu, matahari begitu terik. AC minimarket mati karena pemadaman listrik, alhasil orang-orang yang mengantri di kasir ikut kepanasan.
Seorang langganan masuk dengan wajah riang. Langkahnya semangat seperti orang yang sudah menahan diri lama untuk datang berkunjung.
"Selamat datang di April Mart."
Pelanggan itu balas sapaan Agus dengan senyum.
“Mas, di mana ikan asin?” tanya pelanggan itu ke kasir.
Mila mengerut, sambil melayani pelanggan lain yang ingin membayar dia membalasnya dengan ramah. "Ikan Asin kosong, Pak." Meski sebenarnya Mila yakin kalau tokonya tidak pernah menjual ikan asin sebenlumnya.
Agus menghampiri pelanggan itu yang tampak bingung, lalu menjelaskan, "Kalau di sini, Pak biasanya hanya jual makanan instan, kayak camilan, indomi. Kalau ikan asin kita belum pernah masuk.”
Pelanggan itu menatap Agus tajam. “Masak minimarket modern tidak jual ikan asin? Saya yakin dulu pernah beli di sini.”
Agus menggaruk kepalanya, "Tapi, memang tidak pernah masuk, Pak."
"Bilang aja kamu malas layani saya. Gak usah beralasan!"
Agus panik. “Bukan gitu, Pak. Saya cek di sistem kalau begitu!”
Agus pun dengan serius mengetik “ikan asin” di komputer kasir. Muncul satu hasil: "Snack Ikan Asin Rasa Keju".
“Ini aja, Pak. Ikan asin rasa keju!” kata Agus sambil senyum bangga, menunjukkan bungkus berwarna kuning cerah bergambar ikan mengenakan topi koki.
Pak Budi mendesah. “Mas… saya butuh ikan asin beneran, yang asin, bukan yang pakai perasa keju dan disenyumin kartun!”
Agus tidak tahu mau bagaimana lagi untuk melayani pelanggan itu. Dia ingin bertanya pada Mila, tetapi gadis itu sibuk melayani pelanggan.
Tidak lama datanglah Bu Sitti, pelanggan lain yang dikenal cerewet dan selalu tahu segalanya. “Ikan asin tuh biasanya diselipin di rak bumbu dapur, deket kecap! Tapi kemarin kayaknya ada ibu-ibu beli banyak buat lauk arisan.”
Pelanggan itu langsung lari ke rak kecap, dan benar saja — tinggal satu bungkus ikan asin ukuran kecil.
Dengan semangat membara, ia bawa bungkus itu ke kasir. “Ini dia! Akhirnya! Cepet totalin!”
Agus dengan sigap memindai barcode.
“Totalnya… seratus lima ribu rupiah, Pak.”
Pelanggan itu terkejut bukan main. “Se...seratus lima ribu?! Ini ikan asin apa ikan asin edisi kolektor?!”
Agus kaget, lalu ngecek lagi.
“Oh! Maaf Pak, saya salah scan. Itu tadi parfum ‘Ikan Asin’.”
Semua pelanggan yang antre di belakang langsung tertawa. Bahkan Bu Rini sampai duduk di lantai sambil tepuk-tepuk paha. “Parfum ikan asin?! Siapa yang mau nyium begituan?!”
Akhirnya, setelah semua kekacauan itu, Agus berhasil memindai harga yang benar.
“Jadi, dua puluh ribu rupiah, Pak.”
Pelanggan itu membayar dengan lega, sambil berkata, “Besok-besok, saya mending ke pasar aja. Minimarket ini terlalu modern buat ikan asin!”
Agus hanya tersenyum mendengar gerutuan pelanggan itu dan juga bingung kenapa ada parfum dengan nama seaneh itu.
Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
0 komentar:
Post a Comment