Fly with your imajination

Showing posts with label Earthland. Show all posts
Showing posts with label Earthland. Show all posts

Wednesday, April 1, 2015

Earthland (Sakura and The Magical World) : Pemuda Tanpa Nama (Anynomous)


Bagian 1 : Terbangun Di Tempat yang Asing

Hallo minna balik lagi dengan Mickey. Mungkin ada beberapa di antara kalian yang pernah baca fict ini sebelumnya. Hehehe... Yap, karena dulu gaya bahasa fict ini sangat membosankan, jadi mickey menghapusnya dan sekarang merepublishnya kembali dengan gaya bahasa yang berbeda.

Fict ini sendiri terisnpirasi dari film Oz the Great and Powerful, Harry Potter, dan anime-anime yang bertema sihir juga film-film yang bergenre fantasi yang lain. Tapi ceritanya gak ada yang sama, alurnya juga beda sekali. Mungkin hanya ada beberapa saja. Hehehe.... dan lagi mungkin aka saya bagi ke dalam beberapa part. Part I, tentang perjalanan Sakura untuk belajar ilmu sihir., part II, tentang Tim Sakura yang mengikuti pertandingan, dan part III, Akhir. Pertempuran dan perpisahan.

Semoga cerita ini dapat memuaskan. Mickey juga minta maaf karena beberapa fict Mickey belum diselesaikan (karena ada sedikit masalah) dan saya sudah mempublish cerita yang lain lagi.

.

Maaf jika ada kesamaa cerita saya dengan cerita yang lain, tapi ini benar-benar asli karangan Mickey dan berasal dari imajinasi Mickey sendiri.

.
DON’T LIKE DON’T READ
.
.
.
Pair: Sasuke-Sakura
Rate: M
Genre: Fantasy, Adventure, & Friendship
NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
WARNING: AU,OOC, OC (sedikit) typo (mungkin banyak), alur GaJe
Story by
Mickey_Miki
.
.
.

________________________________________


Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi ketika kita tidur. Kita juga tidak akan tahu apakah kita masih berada di tempat kita tidur atau di tempat lain.
.
.
.
.
.
Bagian 2 : Pemuda Tanpa Nama (Anynomous)

Srak...

Salah satu Goblin itu membuka semak-semak tempat persembunyian Sakura dan hampir menemukan gadis itu jika saja kesadaran tidak mengambil alih pikiran Sakura dan terus bediam di tempat itu. Sakura berlari dengan ketakutan yang masih merajai tubuhnya, bergetar dengan keringat dingin yang terus bercucur. Satu hal yang dia tahu dari tempat yang ia pijaki sekarang, tempat itu sangat berbahaya dan dia benar-benar yakin jika dia tak lagi berada di dunianya.

Sakura berhenti sejenak menurunkan adrenalin yang terpacu begitu menggila. Sakura menghela nafasnya yang tersenggal, pikirannya masih menerawang jika apa yang dia alami saat ini adalah mimpi. Mimpi yang paling buruk. Tapi tentu saja itu adalah mimpi jika saja dia tidak benar-benar merasakan aura yang begitu menyeramkan dari tempat itu hingga merasuk ke sum sum tulang belakangnya. Rasa yang begitu menyakitkan, walau tanpa luka.

Sakura berbalik sebentar, memastikan jika para goblin itu tidak mengejarnya. Lalu kembali berlari, hingga menemukan jalan tanjakan perbukitan yang dibentuk oleh bebatuan yang terlihat licin dan dipenuhi lumut. Sakura ingin berbalik dan mencari jalan lain, namun pikiran kalutnya tidak mengijinkannya. Sakura berjalan pelan dan hati-hati, namun dengan ketakutan yang masih setia meempel di tubuhnya.

Ketika jalannya sudah setengah dari perbukitan dia kembali ragu untuk melanjutkan pelariannya. Bukit itu semakin terjal dan aura hutan itu semakin membuatnya ketakutan. Kaki bergetar ketika berjalan dan itu mungkin akan menjadi penyebab dia terjatuh. Tetapi bayangan para goblin yang tegah berpesta tadi membuatnya mau tidak mau harus kembali melanjutkan perjalanannya.

Di atas puncak Sakura bisa melihat hutan itu seakan tidak memiliki ujung. Hanya ada pepohonan yang sebagiannya berwarna hitam seolah habis terbakar dengan asap yang keluar dari beberapa tempat. Tidak ada rumah yang biasa ditempati tinggal, bahkan manusia pun tidak ada. Dan satu pemikiran yang muncul di benak Sakura. Hutan itu tidak membiarkan cahaya dari matahari untuk meneranginya, hanya tertutupi oleh awan kelabu yang bergulung di atas hutan. Seolah melarang matahari untuk memberikan sinarnya.

Sakura tidak bisa bernafas lega setelah melewati jalan perbukitan yang terjal itu, masih banyak makhluk sejenis goblin yang bisa menangkapnya dan menjadikannya sebagai santapan. Dan dia tidak ingin menjadi makanan. Dia kemudian melanjutkan langkahnya tanpa tahu arah dan tujuan.

Di sisi lain, tempat yang tadi membuat Sakura ketakutan, goblin-goblin itu mengendus bau yang ditinggalkan Sakura dan terus mencari. Tidak hanya satu bahkan kini ada sekitar empat goblin yang sudah mengendus bau Sakura dan mencari keberadaan gadis itu.

.....

Hampir setengah hari dia berjalan dan sekarang tubuhnya lelah. Kakinya sudah kebas dan tak mampu lagi berjalan. Perutnya sedari tadi meraung-raung minta diisi. Tenggorokannya bahkan sudah kering, karena sejak bangun tak sekali pun ia minum. Sakura kemudian mencari tempat untuk beristirahat. memilih tempat yang dirasanya aman.

Tepat beberapa meter dari tempatnya berdiri ia melihat buah yang menggantung rendah dari pohonnya, warnanya merah, sedikit warna hijau dipinggirnya, bentuknya seperti tomat namun lebih besar dan terlihat sangat lezat begitu menggiurkan untuk dimakan.

Sakura memetiknya banyak dan mengumpulkannya. Duduk di bawah pohon yang terlihat bagus─ dalam artian normal untuk bentuk phon pada umumya─ untuk menikmati buah yang tadi dia petik. Satu gigitan hampir dilahapnya jika saja tidak ada gagak yang sudah mengganggunya. Menyambar buah itu dan menjauhkan dari Sakura. Mungkin dia lapar, pikir Sakura dan kembali mengambil salah satu buah itu tetapi lagi-lagi burung itu menyambarnya. Sakura mendesah, dia benar-benar kelaparan dan burung gagak itu selalu mengganggunya. Buah-buah yang dia kumpulkan sudah tidak ada karena burung itu selalu merebutnya. Sakura menyandarkan tubuhnya, rasanya sungguh lelah. Perutnya juga tidak bisa diajak kompromi. Dia ingin kembali memetiknya tapi tenaganya sudah habis dan letak buah-buahan itu sangat jauh dari dari jangjakaun tangannya.

Sakura mendesah. Dia menatap burung itu yang masih sibuk dengan buah-buahan yang sudah tidak berbentuk tetapi dia tidak memakannya hanya merusaknya dan Sakura tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.

Namun tidak berapa lama dia terkejut ketika buah-buahan tadi mencair berwarna hijau dan membuat rumput-rumput yang terkena cairan itu berasap dan berubah hitam.

Tanpa sadar Sakura memegang tenggorokannya, membayangkan jika buah itu melelehkan tenggorokannya dan membuat lubang yang mengerikan dan membuatnya seperti batang pohon yang berlubang. Andai burung itu tidak datang, dia mungkin akan menjadi sama seperti rumput itu.

Sakura menatap burung itu dengan syukur. “Terima kasih.”

Tidak ada jawaban, burung itu hanya menggerakkan kepalanya sambil menatap Sakura dengan mata berbeda warnanya. Tidak lama burung itu terbang dan meninggalkan Sakura.

Sakura masih meyandarkan kepalanya di pohon, bersyukur jika pohon lain tidak ikut beracun. Sakura berusaha bangkit untuk mencari makanan di tempat lain namun tidak lama ia merasakan kepalanya yang berdenyut sakit akibat kelaparan hingga akhirnya dia kembali berdiam sambil memejamkan matanya.

Koak... koak... koak...

Suara burung gagak menyadarkan Sakura. Dia membuka matanya dan menemukan burung gagak dengan beda warna mata itu menghampirinya sambil membawa beberapa buah yang tangkainya dia gigit dengan paruhnya. Dia mendarat tepat di depan Sakura dan menjatuhkan buah-buahan itu. Burung itu meggerakkan kepalanya seolah mengatakan jika Sakura boleh memakan semua buah itu.

“Apakah itu untukku?”

Tidak ada jawaban, burung itu hanya menatapnya dan menggerakkan kepalanya lalu mulai menggaruk tubuhnya dengan paruhnya.

“Kuanggap kau menyetujuinya dan terima kasih sekali lagi.” Kata Sakura sambil mencicipi buah-buahan itu.

Rasa yang hampir menyerupai hambar terasa dilidah Sakura ketika mengunyah salah satu buah. Tidak seperti bentuknya yang terlihat berasa manis. Sakura mengambil buah yang terakhir dan memakannya. Dan dia langsung memuntahkannya. Rasanya seperti obat dengan campuran buah asam, berlendir dan menjijikkan. Sakura tidak ingin memakannya, tetapi burung gagak itu malah mematuk kepalanya.

“Apa yang kau lakukan? Kenapa malah mematukku?”

Burung itu berhenti dan terbang di pundak Sakura. Menatapnya dengan dua bola mata yang berbeda warna.

“Apa kau ingin aku memakannya?”

Burung itu hanya mengangguk seolah mengerti yang dikatakan Sakura.

“Tapi rasanya menjijikkan. Aku tidak bisa. Kumohon...”

Burung itu menatap Sakura seolah tidak ingin mendapatkan penolakan dan mengharuskan Sakura untuk memakannya.

Sakura menghela nafas. Nampaknya dia tidak bisa lagi untuk menolak, “Baiklah.” Dan akhirnya memakan buah itu dengan menahan rasa menjijikkan dilidahnya ketika buah itu dia kunyah.

Srak...

Sakura tersentak ketika mendengar suara gesekan antara ranting tidak jauh dari tempatnya duduk. Burung gagak itu juga langsung terbang dan menghinggap di atas dahan, seolah sedang meneliti siapa yang tengah bergerak ke arah mereka.

Burung gagak itu mengepakkan sayapnya dan terbang ke arah Sakura, lalu mematuk kepala Sakura pelan. Lalu terbang kembali seolah menyuruh Sakura untuk mengikutinya. Tetapi Sakura masih diam tidak beranjak dari tempatnya. Hingga raungan mengerikan terdengar dan membuat sekujur tubuhnya bergetar ketakutan. Kakinya bahkan sulit untuk dia gerakkan.

Burung gagak itu kembali menghampiri Sakura dan mematuk kepala Sakura lebih keras dan tentu saja berhasil menyadarkan gadis itu. Sakura bergegas, bergerak secepat yang ia bisa dengan mengikuti burung gagak itu. tidak dihiraukan ranting-ranting yang menghalangi jalannya dan menggoresi tubuhnya, bahkan jalanan dengan kontur tidak beraturan hingga membuat dirinya jatuh berkali-kali.

Burung gagak itu terbang ke arah semak-semak yang semakin membuat Sakura kesulitan bergerak. Gadis buble gum itu tidak tahu dimana burung itu terbang karena ranting-ranting yang menutupi jalannya hingga di atas kepalanya. Suara burung gagak menjadi satu-satunya penunjuk arah, hingga Sakura sampai ke ujung jalan dan menemukan jalan yang lebih baik. Tetapi dia tak lagi menemukan burung gagak itu.

Sakura mencari burung gagak itu, sambil berteriak memanggilya. Berjalan dan menyusuri tiap pohon, barangkali burung itu tengah menunggunya di salah satu dahan. Akan tetapi, pencariannya itu harus berhenti ketika makhluk bertubuh besar dengan wajah mengerikan serta berbintik-bintik dan nafas yang sangat bau berada di depannya, menghadang pelariannya. Matanya yang berwarna kuning menyala menatap Sakura seolah mendapatkan mangsa yang sangat lezat.

Sakura merasakan perutnya seakan terpilin ketika rasa takut yang nyata dan alami menyebar dalam dirinya, apalagi makhluk yang tadi dia hindari tiba-tiba berada di belakangnya dan bersama mengepung dirinya. Tak ada jalan, dua makhluk mengerikan itu seakan tidak memberikannya sela untuk berlari.

Sakura memegang erat bukunya. Buku yang tidak dia sadari akan keberadaannya. Merapalkan beberapa doa agar dia bisa selamat dari situasi saat ini. Matanya terpejam tidak ingin menyaksikan akhir hidupnya.

Srak…

PUK

Sakura tidak tahu apa yang terjadi, tapi tubuhnya seperti tengah didekap. Melayang seperti tengah digendong, tapi apakah mungkin kedua makhluk buruk rupa itu mendekapnya seperti sekarang dan lagi perasaan hangat yang tengah dirasakan adalah sangat berberda. Atau mungkin itu adalah perasaan setelah nyawanya telah tercabut dari raganya.

KRAK

“Hei... apa kau sudah puas?”

Sakura tersentak ketika mendengar suara itu. Suara kas dari seorang laki-laki. Tidak mungkin suara makhluk itu sangat bagus seperti ini, mungkin saja makhluk itu ingin mencongkel mataku makanya mereka menyamarkan suaranya seperti itu. Pikirnya.

“Buka matamu! Atau kulemparkan kembali ke makhluk-makhluk itu?” Sakura tersentak mendengar kalimat perintah itu. Pikirannya bertanya apakah ia sudah bebas dari ke dua makhluk mengerikan yang tadi tengah menghadangnya?

Perlahan Sakura buka kedua matanya, menampakkan iris seindah emerald yang lembut dan teduh. Menatap sepasang mata kelam yang bertengger di kedua mata seorang pemuda di depannya. Tubuhnya menegang seolah mendapat sengatan kejut yang mendadak. Perasaan yang mampu membuatnya tidak bisa berpaling atau berpikir apa-apa. Dia terhipnotis dengan tatapan dingin nan menenangkan itu.
Satu tangannya terangkat, menelusuri wajah tampan dan gagah di depannya. Menikmati sensasi dari rasa yang menguar dari pemuda itu. Senyum terpatri di wajahnya, senyum layaknya terkena demam euphoria. Terus ditelusuri tanpa memedulikan pemilik wajah yang tengah menatapnya kebingungan─atau mungkin risih tidak suka.

“Hei...!” Sentak pemuda itu sambil melepaskan pegangannya pada tubuh Sakura dan membuat tubuh Sakura merosot jatuh menghantam tanah yang dipijakinya sekarang.

“Kyaaaaaa.... Ittai...” jeritnya sambil mengelus-elus bokongnya yang terasa nyeri karena terbentur. “Apa kau tidak punya sopan santun? Harusnya kau menurunkan aku dengan lembut seperti layaknya seorang pria.” Kata Sakura dongkol sambil mengelus-elus pantatnya yang tadi berbenturan.

“Siapa kau? Dan apa yang kau lakukan di Hutan ini?” Laki-laki itu bertanya tetapi tidak menyembunyikan nada tidak suka dan tuduhannya.

“Aku sendiri tidak tahu kenapa aku malah terdampar di tempat mengerikan seperti ini.” Kata sakura. Mungkin jika orang di depannya bukanlah makhluk ganteng bak titisan dari sang dewa jaman dulu, dia pasti akan marah-marah dan bahkan mencakar wajahnya karena pertanyaannya seolah menuduh sakura melakukan sesuatu yang tidak bagus.

“Lalu… apakah kau penduduk di hutan ini?” Sakura memerhatikan laki-laki di depannya. Meneliti jika kemungkinan laki-laki di depannya bukanlah seorang manusia, melainkan makhluk berbentuk serupa seperti yang tadi dia lihat.

“Berhenti menatapku seperti itu!”

“Apa?” Sakura menyahut mengerti maksud ucapan laki-laki di depannya itu. “Aku hanya menelitimu. Mungkin saja kau makhluk seperti mereka dan menyamar jadi sepertiku dan ketika aku lengah kau akan memakanku hidup-hidup.” Kata Sakura. menyembunyikan rasa takut akan pikirannya.

Laki-laki itu tidak menjawab dan meninggalkan Sakura dengan pikiran yang semakin menggila.

“Hei, aku sedang berbicara. Tidak sopan sekali kau meninggalkan lawan bicaramu.” Kata Sakura dan mensejajarkan langkahnya dengan laki-laki itu. “Jadi, siapa namamu? Aku Sakura.” Sakura menunggu balasan dari laki-laki itu. Tapi sampai langkah mereka menjauh laki-laki itu tidak mengatakan apapun.

“Baiklah.. Aku akan memanggilmu Tanpa nama atau mungkin Anynomous. Anynomous terdengar cukup keren, tapi sedikit sulit untuk diucapkan jadi, akan kusingkat saja jadi Mous. Bagaimana menurutmu, terdengar cukup keren, kan?

Sakura seakan sedang berbicara dengan mesin berjalan. Laki-laki itu tak ubahnya seperti kendaraan bermotor yang ia sering pakai untuk ke sekolah.

“Jadi kemana kita, Mous?” Sakura kembali tak diacuhkan oleh laki-laki itu, namun anehnya Sakura tetap mengikuti kemana laki-laki itu pergi. Sakura mungkin sudah gila sekarang karena mempercayai seseorang yang baru dia temui beberapa menit yang lalu yang bahkan tidak sedikitpun mengacuhkannya. Well, mungkin saja dia sedang fokus mencari jalan keluar yang aman dari hutan ini tanpa ditemukan makhluk mengerikan seperti tadi, batinnya berdalih.

Koak..

Seekor burung gagak terbang kearah mereka menukik dan medarat sempurna di pundak laki-laki itu tanpa meringis sedikitpun. Bahkan ketika kuku-kuku runcing burung itu menancap dipunggungnya. “Apa mungkin laki-laki ini tidak dapat merasakan sakit sama sekali?” gumam Sakura.

“Oh, hai gagak. Kau kemana saja? Aku mencari-carimu tadi.” Gagak itu tidak menghiraukan Sakura dan memilih bergelut di bahu laki-laki itu. Menggaruk-garuk tubuhnya dengan paruhnya yang juga berwarna hitam.

Sakura memerhatikan kegiatan mereka. Sebenarnya sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing tapi walau mereka sibuk dengan urusannya sendiri, mereka tampak sangat dekat. Seolah mereka berinteraksi walau tanpa kata atau mungkin saja mereka memang sedang berkomunikasi tapi melalui pikiran. Memang bisa? Pikir Sakura.

Tapi mengingat dimana dia berada sekarang, logikanya membenarkan pikiran gilanya itu. Bukankah kedua makhluk buruk rupa sekaligus mengerikan dengan bau mulut yang busuk sekaligus menjijikkan itu sudah cukup membuktikan bila dunia ini memang bisa membenarkan sesuatu yang sangat sulit untuk dipercayai. Dan kira-kira apalagi yang bisa ia temui nanti? Sakura jadi berdebar menantikannya─ Well, sebenarnya sangat takut untuk menantikannya.

Sakura baru saja menginjak hutan ini. Atau bahkan dunia ini. Sakura tentu saja sangat tidak yakin jika dirinya masih berada di dunianya. Mengingat di tempat ini banyak hal yang membuatnya sangat penasaran terutama dengan makhluk mengerikan dan hutan yang megeluarkan aura mencekam yang seolah siap menelannya ke dalam dunia hitam jika dia sedikit saja mengurangi kewaspadaannya.

Dan laki-laki di depannya sudah menolongnya dari makhluk yang hampir saja menjadikannya sebagai santapan, tapi setelahnya sikap laki-laki itu jadi sangat tak acuh, menganggapnya hanya sebagai bayangan yang tidak dirasakan tapi ada. Pertanyaan bahkan ocehan yang sangat tidak bermutu pun dia abaikan. Dia ingin pergi dan menjauhi laki-laki itu, tapi dia tidak tahu jalan yang benar untuk keluar dari hutan ini lagipula hanya laki-laki itu yang menjadi satu-satunya harapannya sekarang.

Berpaling pada burung gagak, sama sekali bukan ide yang bagus, mengingat karena burung itu juga yang menyebabkan dirinya berhadapan dengan makhluk buruk rupa. Dan burung itu juga adalah peliharaan dari laki-laki itu. Jadi satu-satunya jalan adalah dengan mengikuti laki-laki itu.

“Hei... Bisakah kau tidak mengacuhkanku. Aku seperti bicara pada bayanganku sendiri.” Kata Sakura dengan suara yang lebih keras.

“Aku akan mengantarmu pada penjaga hutan ini. Dia yang akan memeriksamu. Dan...─”

“Apa?” Sakura memotong. Laki-laki itu menganggap dirinya seolah adalah penjahat yang harus diperiksa terlebih dahulu.

“Berhentilah mengoceh. Apa kau tidak bosan mengoceh terus?”

“Tidak.”

“Terserahmulah.”

Setelahnya mereka jalan sambil berdiam dan Sakura masih dengan ocehannya.

Malam sebentar lagi datang. Hutan itu semakin menguarkan aura yang menusuk. Sakura tidak tahan dengan aura itu. Badannya menggigil ketakutan. Dia ingin meneruskan langkahnya, tapi kakinya sudah tidak sanggup meneruskan. Kakinya seolah berubah jadi jel dan tidak sanggup menopang tubuhnya.

Laki-laki itu menghentikan langkahnya ketika dia tidak merasakan Sakura mengikutinya. Dia berbalik dan menatap gadis itu. Sedikit mengerut ketika melihat tampilan gadis itu yang sangat memperihatinkan. Tubuh menggigil, dengan wajah yang menyiratkan kesakitan karena aura yang menguar dari hutan ini.

Dia mendekati gadis itu dan ketika dia menyentuh tangannya. Sakura sudah pingsan.

“Merepotkan.” Dengusnya dan segera membawa gadis itu ke tempat salah satu Guardian.

....

TBC
.
.
.
.
.
.

A/N : Sampai di sini dulu, nanti dilanjutkan lagi kapan-kapan. Hehehehe... PAK >,< *kenna sendal dari reader*

Nanti kalau ada waktu, bakal dilanjutin lagi. So, please jangan gebukin saya. *;* *lari terbirit-birit*

Thanks for read, favorite, or alert this story.
See U.
sign in
Mickey
Edited 9.7.16
Share:

Monday, March 16, 2015

Earthland (Sakura and The Magical World) : Terbangun Di Tempat yang Asing


Hallo minna balik lagi dengan Mickey. Mungkin ada beberapa di antara kalian yang pernah baca fict ini sebelumnya. Hehehe... Yap, karena dulu gaya bahasa fict ini sangat membosankan, jadi mickey menghapusnya dan sekarang merepublishnya kembali dengan gaya bahasa yang berbeda.

Fict ini sendiri terisnpirasi dari film Oz the Great and Powerful, Harry Potter, dan anime-anime yang bertema sihir juga film-film yang bergenre fantasi yang lain. Tapi ceritanya gak ada yang sama, alurnya juga beda sekali. Mungkin hanya ada beberapa saja. Hehehe.... dan lagi mungkin aka saya bagi ke dalam beberapa part. Part I, tentang perjalanan Sakura untuk belajar ilmu sihir., part II, tentang Tim Sakura yang mengikuti pertandingan, dan part III, Akhir. Pertempuran dan perpisahan.

Semoga cerita ini dapat memuaskan. Mickey juga minta maaf karena beberapa fict Mickey belum diselesaikan (karena ada sedikit masalah) dan saya sudah mempublish cerita yang lain lagi.
.
Maaf jika ada kesamaa cerita saya dengan cerita yang lain, tapi ini benar-benar asli karangan Mickey dan berasal dari imajinasi Mickey sendiri.
.
DON’T LIKE DON’T READ
.
.
.
Pair : Sakura.
Rate : M
Genre: Fantasy, Adventure, & Friendship
NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
WARNING: AU,OOC, OC (sedikit) typo (mungkin banyak), alur GaJe
Story by
Mickey_Miki
.
.
.

.
________________________________________


Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi ketika kita tidur. Kita juga tidak akan tahu apakah kita masih berada di tempat kita tidur atau di tempat lain.
.
.
.
.
.
Hoam....

Sakura bangun dari tidurnya. Membuka mulutnya lebar untuk menguap. Dia lalu merentangkan tangannya kuat-kuat meregangkan semua otot-ototnya yang kaku karena efek tidur.

“Silau sekali.” Gumamnya ketika matanya terbuka sedikit. Mengangkat salah satu tangannya untuk menahan intensitas cahaya yang berlomba memasuki kedua matanya. Beberapa kali dia kedipkan mata agar membiasakan matanya untuk menerima cahaya.

Matanya masih belum terbuka sepenuhnya saat Sakura beranjak berusaha mencari pintu kamar mandi─ well, itu adalah kebiasaannya saat bangun tidur, menuntaskan hasrat yang sedari tidur dia tahan. Beranjak dengan tangan yang berusaha dia tumpukan pada dinding kamar.

“Mana dindingnya?” Gumamnya merasa heran namun tetap melangkahkan kakinya. “Aneh. Perasaan kamarku tidak seluas ini. Lagi pula, ada apa dengan lantainya─seperti tumpukan daun-daun kering? Kasar sekali. Apa ini yang disebut efek bangun tidur..?”

Aneh. Satu kata yang menggambarkan apa yang dirasakan saat ini. Rasanya dia tidak lagi berada di dalam kamarnya, udara pagi yang berhembus dalam kamarnya terlalu sejuk, bahkan AC pun kalah dengan kesejukannya. Badannya menggigil hingga membuat giginya menggemeretak. Bau aneh yang keluar dari tempat itu sangat berbeda dengan bau kamarnya yang didominasi bau cerry blossom. Bau tanah bercampur lumpur dan samar-samar ada bau busuk yang tercium seiring dengan hembusan angin.

Sakura memaksa matanya agar terbuka sepenuhnya, sedikit menguceknya agar dapat melihat dengan jelas. Ia merasakan angin berhembus menerpa wajahnya dan memainkan rambutnya yang tergerai.

Sakura berhenti melangkah ketika sadar jika dirinya memang sudah tidak lagi berada di dalam kamarnya, rumahnya, bahkan mungkin tidak lagi berada di sekitar rumahnya. Akal sehat dan otaknya tidak lagi sejalan. Sangat sulit mempercayai keadaannya saat ini. Melihat apa yang ada di depannya yang belum pernah sekalipun dia dapatkan. Tanaman-tanaman merambah di pohon-pohon besar dengan bentuk yang aneh dan diselimuti oleh lumut-lumut hijau. Seperti pohon-pohon yang sengaja dirangkai untuk menakut-nakuti orang─seperti pohon hias yang terdapat dalam rumah hantu, namun dalam ukuran yang jauh lebih besar, berwarna hitam seperti habis terbakar dengan kulit epidermis yang banyak terkelupas.

“Apa aku masih bermimpi?” Kata Sakura meneliti keadaan hutan itu. Tak ada suara burung yang menyambut pagi hari atau pun suara binatang lain, tak ada bunga-bunga cantik yang bermekaran hanya ada tumbuhan menyerupai pakis kecil juga alga warna-warni berlendir yang menjijikkan─merah hati dan hijau toska dengan bentuk aneh dan langkah yang baru pertama kali dilihatnya─dihiasi oleh tetesan embun pagi yang tumbuh di sudut pohon besar itu, “Aku pasti masih bermimpi. Tidak ada tumbuhan seperti ini di dunia nyata.” Mencoba meyakinkan dirinya namun ketika udara berhembus lagi, seketika itu keyakinannya pudar. Bukan karena hembusan pagi yang beradu dengan udara disekitarnya yang menyebabkan daun-daun bergesekan dan menghasilkan suara desisan aneh yang membuat rambut-rambut di tubuhnya merinding tapi seperti perasaan saat kau sedang nonton film horror tengah malam, bahkan lebih tidak tenang lagi seakan sesuatu mencoba menarikmu ke dalam sesuatu yang tidak diketahui.

Takut, kalut, dan tidak tenang adalah perasaannya saat ini. Pikiran-pikiran negatif mulai merambah. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Mencoba menenangkan diri pun percuma, sebab hanya ketakutan yang dirasanya saat ini.

Wush....

Angin kencang tiba-tiba menerpanya, ia menyilangkan kedua tangan di depan wajahnya agar matanya tidak sampai dimasuki kotoran, juga untuk melindunginya. Pertahanan sia-sia. Angin itu seolah sengaja menyerangnya karena menganggap dirinya adalah seorang penyusup. Tubuhnya kemudian di terbangkan jauh dan terhempas hingga menabrak pohon besar di belakangnya.

Dia mencoba menggerakan tubuhnya, namun tidak berhasil. Seluruh tubuhnya sakit dan beberapa bagian seperti mati rasa, tak bisa digerakkan. Tulang-tulangnya seakan telah remuk. Apalagi tulang bagian belakangnya.

Dia hanya bersandar dengan posisi yang tidak mengenakkan untuk tubuhnya yang habis menubruk pohon besar. Menunggu akan ada orang yang datang untuk menolongnya. Namun beberapa lama dia sadar tidak akan ada orang yang akan datang menolongnya. Itu adalah hutan dengan aura yang sangat tidak biasa, mencekam dan menakutkan mana ada orang yang akan menelusuri daerah hutan seperti itu. Air mata keluar dari pelupuk mata, mengaliri pipinya dan akhirnya dia hanya pasrah sampai kegelapan menariknya untuk turut serta kedalamnya.

.
.
.
.
.
.
.

Gelap. Apa yang terjadi? Kenapa gelap sekali? Di mana aku? Kenapa aku bisa berada di sini?’ Tanya Sakura pada dirinya sendiri.

“Bangunlah!” Sebuah suara masuk ke gendang telinganya

Siapa? Siapa itu?’ tanya Sakura pada suara itu.

“Bangunlah! Buka matamu!” Titah suara itu lagi.

Perlahan Sakura membuka kedua matanya. Tidak ada rasa sakit pada tubuhnya seperti tadi. Tak ada rasa silau yang ia rasakan ketika kedua matanya dipaksa menerima cahaya. Dia berusaha bangkit untuk melihat sosok yang memiliki suara itu, namun lagi-lagi tidak bisa. Tubuhnya tak bisa digerakkan seolah tubuhnya tengah diikat dengan rantai besi tak kasat mata lalu dimasukkan ke dalam peti mati. Kepalanya hanya bisa menengok ke arah suara tersebut.

Samar-samar ia melihat sebuah sosok hitam berwujud seperti manusia. Tubuhnya tertutupi oleh kabut putih dan tudung yang ia pakai hingga wajahnya pun slit terlihat. Tak ada rasa takut yang ia rasakan pada sosok itu yang ada hanya rasa penasaran. “Siapa kau?” Tanyanya pada sosok itu.

Sosok itu berjalan mendekat. Tapi Sakura tidak bisa bergerak. Dia hanya menatap sosok itu yang semakin mendekatinya. “Aku? Kau sangat mengenalku Saku.” sosok itu membuka tudung yang menutupi wajahnya.

“Si...⎯”

Sakura tak melanjutkan perkataannya setelah melihat sosok di balik tudung itu. Jantungnya berpacu layaknya sedang tanding lari dengan kuda. Nafasnya memburu, kedua bola mata emeraldnya membulat sempurna. Perasaannya campur aduk antara kaget, senang, bahagia, rindu, juga sedih.

Air mata kembali mengalir ke kedua pipinya sebagai luapan perasaannya. Dia rindu dengan sosok itu. Sosok yang selama beberapa tahun telah menghilang entah kemana, sosok yang sering menyanyikannya lagu pengiring sebelum tidur, sosok yang selalu membuatnya tersenyum dan tertawa. Sosok yang akan membuat keluarganya kembali lengkap. “Ayah.” ucap Sakura serak berusaha menggapai sosok itu.

“Sakura!” Ujar Kisazhi seraya membantu Sakura untuk duduk. Menghapus titik-titik air di kedua pipi Sakura. Entah apa yang dilakukannya sehingga Sakura dapat bergerak dan bisa memeluknya.

Sakura meluapkan segala perasaannya─perasaan yang selama ini ia tahan karena kepergian ayahnya itu. “Ayah.” ucap Sakura di sela-sela tangisnya. “Kenapa... Kenapa... Ayah ada di sini? Aku dan Ibu sangat merindukanmu... Ayah selama ini... Kau pergi kemana? Kenapa tidak memberikan kami kabar?” Tanya Sakura sesengukan karena tangisnya.

“Maafkan aku, saku!? Aku tidak bisa memberitahumu. Saku ingat pesan ayah...! Ini...” Jeda sejanak. Kisazhi memberikan Sakura sebuah buku yang cukup tebal dengan sulur-sulur akar yang melingkupi dan mengunci buku itu seperti induk yang melindungi anaknya hingga tidak membiarkan seorang pun bisa membukanya, ditengah-tengahnya terdapat tonjolan dengan bentuk segi lima dengan lambang aneh di setiap sudut segi lima itu dan ditengah-tengahnya terdapat gambar abstrak warna-warni yang selalu berubah-ubah, seperti aurora yang menyala indah. “Buku ini⎯ Kau.. Harus menjaganya, Saku! Apapun yang terjadi jangan sampai ada orang yang mengambilnya darimu. Jaga ini seperti kau menjaga nyawamu sendiri. Kau mengertikan, Saku!?” Kisazhi tak menghiraukan raut bingung Sakura.

“Tapi... Ini buku apa ayah?” Tanya Sakura bingung sambil melihat ayahnya.

“Berjanjilah, Saku!?” Kata Kisazhi , memegang kedua tangan Sakura. Sorot matanya menunjukkan kesedihan dan keputus-asaan. Berbeda dengan sorot matanya yang dulu, tegas namun lembut. Sakura seakan merasakan kesedihan dan keputus-asaan itu.

“Ta..tapi...⎯”

“Berjanjilah saku!?” potong Kisazhi. Perlahan membebaskan genggamannya pada tangan Sakura.

Sakura mengangguk, ia memegang buku itu kuat. “Baiklah, Ayah” jawab Sakura dengan rasa penasaran yang belum terjawab. Ia menunduk memperhatikan buku itu. Buku dengan sampul aneh dengan tulisan yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

“Saku, aku harus pergi sekarang.” Sakura mendongak memperhatikan ayahnya dengan raut tak percaya. Dia baru bertemu dengannya tetapi ayahnya akan meninggalkannya lagi. Sakura masih masih ingin melepas rindu masih banyak pertanyaan yang ingin ia diajukan pada ayahnya. Ia tak mau lagi kehilangan ayahnya untuk yang kedua kalinya. Sakura menggelengan kepalanya, menolak agar ayahnya pergi lagi. Namun ayahnya tak menghiraukannya, ia tetap berdiri dan menegakkan tubuhnya.

“Ayah... Tunggu! Ayah....! Ayah..!” Teriak Sakura. Air mata yang telah kering kini kembali lagi dengan jauh lebih deras. Perlahan kabut putih datang dan menyelimuti ayah Sakura hingga tak ada ruang untuk melihat sosok dihadapannya itu. sosok itu kemudian menjauhi Sakura yang masih duduk dan tak bisa bergerak.

“Aku selalu menyayangi kalian berdua” setelah kalimat itu terlontar, ayah Sakura pun menghilang.
.
.


.
.

Hah... hah... hah...

Sakura membuka matanya dengan paksa. Nafasnya memburu, biji-biji keringat keluar melalui pori-pori tubuh. “Jadi, itu semua hanya mimpi. Ah... sial, badanku sakit semua.” Kata Sakura memegangi punggungnya yang terasa keram dan sakit.

Sakura rasa ada yang aneh dengan punngungnya. Punggugnya jadi lembab dan basah, lengket dan terasa menjijikkan, tapi bukan karena keringatnya. Bau busuk juga perlahan menusuk di indra penciumannya seiring dengan tangannya yang mendekati wajah.

Emeraldnya membulat. Perasaannya kini campur aduk, kaget, takut, dan tidak percaya. Entahlah. Sulit untuk mendeskripsikan perasaannya saat ini.



Sakura mengedarkan pandangannya ke seluruh arah. Masih sama, sebelum mimpi bertemu dengan ayahnya.

Hutan yang sama dengan pohon-pohon yang tumbuh menjulang tinggi dengan lumut dan tumbuhan rambat yang menghiasinya. Tanaman pakis juga masih setia menemani poon-pohon itu.

“Hahahaha...” tawanya garing, “Apa-apaan ini? Masa mimpinya sama. Astaga aku pasti sedang berhalusinasi. Halusinasi saat baru bangun tidur sering terjadi pada banyak orang, bukan?. Mmmm... yah... Lebih baik aku tidur lagi...!” ucapnya sambil menutup mata kemudian. Namun usaha yang dilakukannya itu sia-sia karena matanya tak bisa di tutup. Lagipula aura mencekam dan bau busuk yang semakin kuat mau tidak mau menampar kesadarannya jika apa yang sedang terjadi saat ini bukanlah sebuah mimpi─bunga tidur yang selalu datang setiap kali tidur.

“Oh Tuhan, apa-apaan ini?” Ucapnya putus asa sambil menjambak rambutnya sendiri. Air mata sudah menggenang dipelupuk mata yang siap tumpah kapan saja. Ia tak pernah menduga sesuatu seperti itu terjadi padanya. Hanya dalam waktu satu malam ia berpindah tempat tanpa dia ketahui. Tempat yang belum pernah ia datangi ataupun lihat sebelumnya.

Sakura yakin, sangat yakin. Ia semalam tidur di atas tempat tidurnya. Dan lagi ia juga tidak memiliki penyakit yang bisa membuatnya jalan sambil tidur jadi tidak mungkin ia dengan sendirinya bisa berada di tempat itu. Lagi pula tidak mungkin juga ada orang yang sengaja memindahkannya, ibunya, apalagi. Itu lebih mustahil. Ibunya sangat menyayanginya, dan lagi hanya dirinya yang dimiliki oleh ibunya karena ayahnya menghilang sejak beberapa tahun silam. Kalau orang lain pun itu adalah sesuatu yang paling tidak mungkin, banyak satpam dikompleks tempatnya tinggal dan berjaga selalu selama dua puluh empat jam.

Tak ingin terlalu berlarut, Sakura memaksakan tubuhnya berdiri dan berjalan berharap menemukan seseorang untuk di Tanya dan sepanjang perjalanan ia hanya menemukan pepohonan besar yang tumbuh menjulang tinggi dengan akar yang timbul juga merambat sampai kedaun dan menjuntai juga semak belukar dengan berbagai macam bentuk dan warna.

Srak... srak... srak...

Sakura tersentak mendengar suara semak-semak yang beradu. perlahan langkahnya berjalan mendekati semak itu.

“Ha.. Halo...! Apa ada orang di sana?” Tanya Sakura takut-takut. Hutan itu saja sudah membuatnya merinding dan kini ditambah dengan suara semak-semak itu. Sakura jadi ingat saat menonton film horror dulu dan kini dialah yang menjadi korban dalam film itu. Rasa takut yang sangat mendominasi dan rasa penasaran yang akan menentukan jalan nasibnya.

“Ha... Haloo...!” Sekali lagi dia bertanya. Kali ini dia menaikkan satu tingkat oktaf suaranya barangkali saja mereka tidak mendengarnya.
Srek... Srek... Srek...

Tak ada sahutan, suara semak malah makin banyak terdengar. Tidak hanya di depannya saja, kiri dan kanannya pun bergerak-gerak dan menghasilkan bunyi. Tubuhnya gemetar, keringat dingin bercucuran dari wajahnya. Seolah di depannya kini berjalan malaikat maut yang siap menariknya dan membawanya bersama. Ini mungkin efek dari kebanyakan nonton film horor. Dalihnya. Namun tetap saja rasa takutnya tidak hilang.

Well, biasanya rasa penasaran akan lebih dominan dan mengalahkan rasa takut. Tapi Sakura malah sebaliknya, dia lebih memilih berlari dan menghindari apapun yang berada di sekitarnya. ‘Sial gara-gara film horror itu aku jadi penakut’ rutuknya dalam hati.



Tanpa sadar langkahnya membawa dia semakin jauh memasuki hutan. di depannya kini terdapat tumbuhan menjalar dari atas ke bawah dan membentuk seperti tirai besar dengan dahan pohon besar sebagai tiang penyangganya. Ditiap-tiap tumbuhan ada bunga putih yang berbau menjijikkan seperti bekas air pel yang dicampur dengan blerang. Padahal bunganya indah, tapi baunya menjijikkan, gumamnya.

Sakura memberanikan diri menghampiri tumbuhan itu, menutup hidungnya dengan sebelah tangan dan tangan lainnya mencoba melerai. Mungkin ia akan menemukan peri lucu dan imut yang bisa diajak bermain atau bahkan membantunya pulang ke rumah seperti di film-film fiksi, bau busuk ini bisa saja hanya sebagai kamuflase supaya rumah mereka tidak diganggu. pikirnya.

Akan tetapi, itu hanya ada dalam bayangnya saja, ketika melihat makhluk buruk rupa di depannya. Sakura jadi sulit menghirup udara, seolah oksigen enggan memasuki paru-parunya dan membuat jantungnya terasa sakit seakan diikat oleh rantai tak kasat mata hingga menyebabkan peredaran darahnya tidak sampai di kepala. Warna wajahnya berubah total. Pucat pasi, bahkan serupa dengan warna mayat dalam lemari pendingin.
Tubuhnya melorot jatuh ke tanah. Air matanya kini mengalir lagi dan dia harus membungkam mulutnya agar isakannya tak sampai terdengar oleh makhluk yang ada di depannya.

Kali ini apa yang dilihatnya benar-benar tak bisa ia percaya, bahkan dalam mimpi sekali pun tak pernah ia lihat kecuali dalam buku-buku dongengnya. Bukan peri kecil nan imut yang ia temui namun peri yang lebih besar dan mengerikan. Goblin. Memang salah satu bangsa peri. Akan tetapi, ukuran tubuhnya lebih besar, dengan tinggi berkisar 50 cm sangat berbeda dengan penggambaran pada buku-buku. Kulit mereka berwarna hijau dan bertelinga runcing. Banyak bentolan-bentolan ditubuhnya seperti kutil yang dipelihara.

sumber : argankencana.blogspot.com

Ia tentu tahu dongeng tentang makhluk itu, karena ia sering membaca cerita fiksi dengan imajinasi luar biasa. Makhluk itu adalah termaksud makhluk yang buas dan ganas juga merupakan makhluk jahat dan petarung yang brutal. Mereka juga dikisahkan kadang menculik bayi dan memangsa manusia. Lagi pula mereka seoalah sedang merayakan sesuatu, terbukti dari darah yang berceceran di tanah dan banyak tulang serta tengkorak bekas mereka makan.

Sakura diam bergeming, tubuhnya tak bisa ia gerakkan. Seolah tubuhnya telah dikutuk menjadi batu dan tak bisa digerakkan barang sesenti pun. Ia tetap diam di tempat sambil mengawasi gerak-gerik makhluk itu.

Sakura semakin panik ketika salah satu makhluk itu berjalan ke arahnya. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Di dalam kepalanya tak ada ide yang bisa ia pakai, pikirannya buntu akibat ketakutannya sendiri. Ia kemudian menutup matanya, berdoa dalam hati agar keberadaannya tak sampai diketahui.
...



....
....
....

a/n : semoga memuaskan. kalian pastitahukan kalau cerita ini sudah berulang kali ku publish. Nah kali ini saya publish ulang karena saya merasa penuisan seelumnya sangat buruk-sebenarnya saya juga kurang yakin dengan penulisan ceritaku kali ini. Mungkin banyak terdapat TYPO atau pun ppenulisan EYD yang buruk.

saya harap kalian menyukainya.

Share:

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com