Bagian 1 : Terbangun Di Tempat yang Asing
Fict ini sendiri terisnpirasi dari film Oz the Great and Powerful, Harry Potter, dan anime-anime yang bertema sihir juga film-film yang bergenre fantasi yang lain. Tapi ceritanya gak ada yang sama, alurnya juga beda sekali. Mungkin hanya ada beberapa saja. Hehehe.... dan lagi mungkin aka saya bagi ke dalam beberapa part. Part I, tentang perjalanan Sakura untuk belajar ilmu sihir., part II, tentang Tim Sakura yang mengikuti pertandingan, dan part III, Akhir. Pertempuran dan perpisahan.
Semoga cerita ini dapat memuaskan. Mickey juga minta maaf karena beberapa fict Mickey belum diselesaikan (karena ada sedikit masalah) dan saya sudah mempublish cerita yang lain lagi.
A/N : Sampai di sini dulu, nanti dilanjutkan lagi kapan-kapan. Hehehehe... PAK >,< *kenna sendal dari reader*
sign in
Mickey
Edited 9.7.16
Hallo minna balik lagi dengan Mickey. Mungkin ada beberapa di antara kalian yang pernah baca fict ini sebelumnya. Hehehe... Yap, karena dulu gaya bahasa fict ini sangat membosankan, jadi mickey menghapusnya dan sekarang merepublishnya kembali dengan gaya bahasa yang berbeda.
Fict ini sendiri terisnpirasi dari film Oz the Great and Powerful, Harry Potter, dan anime-anime yang bertema sihir juga film-film yang bergenre fantasi yang lain. Tapi ceritanya gak ada yang sama, alurnya juga beda sekali. Mungkin hanya ada beberapa saja. Hehehe.... dan lagi mungkin aka saya bagi ke dalam beberapa part. Part I, tentang perjalanan Sakura untuk belajar ilmu sihir., part II, tentang Tim Sakura yang mengikuti pertandingan, dan part III, Akhir. Pertempuran dan perpisahan.
Semoga cerita ini dapat memuaskan. Mickey juga minta maaf karena beberapa fict Mickey belum diselesaikan (karena ada sedikit masalah) dan saya sudah mempublish cerita yang lain lagi.
.
Maaf jika ada kesamaa cerita saya dengan cerita yang lain, tapi ini benar-benar asli karangan Mickey dan berasal dari imajinasi Mickey sendiri.
.
DON’T LIKE DON’T READ
.
.
.
Pair: Sasuke-Sakura
Rate: M
Genre: Fantasy, Adventure, & Friendship
NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
WARNING: AU,OOC, OC (sedikit) typo (mungkin banyak), alur GaJe
Story by
Mickey_Miki
.
.
________________________________________
Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi ketika kita tidur. Kita juga tidak akan tahu apakah kita masih berada di tempat kita tidur atau di tempat lain.
.
.
.
.
.
Bagian 2 : Pemuda Tanpa Nama (Anynomous)Srak...
Salah satu Goblin itu membuka semak-semak tempat persembunyian Sakura dan hampir menemukan gadis itu jika saja kesadaran tidak mengambil alih pikiran Sakura dan terus bediam di tempat itu. Sakura berlari dengan ketakutan yang masih merajai tubuhnya, bergetar dengan keringat dingin yang terus bercucur. Satu hal yang dia tahu dari tempat yang ia pijaki sekarang, tempat itu sangat berbahaya dan dia benar-benar yakin jika dia tak lagi berada di dunianya.
Sakura berhenti sejenak menurunkan adrenalin yang terpacu begitu menggila. Sakura menghela nafasnya yang tersenggal, pikirannya masih menerawang jika apa yang dia alami saat ini adalah mimpi. Mimpi yang paling buruk. Tapi tentu saja itu adalah mimpi jika saja dia tidak benar-benar merasakan aura yang begitu menyeramkan dari tempat itu hingga merasuk ke sum sum tulang belakangnya. Rasa yang begitu menyakitkan, walau tanpa luka.
Sakura berbalik sebentar, memastikan jika para goblin itu tidak mengejarnya. Lalu kembali berlari, hingga menemukan jalan tanjakan perbukitan yang dibentuk oleh bebatuan yang terlihat licin dan dipenuhi lumut. Sakura ingin berbalik dan mencari jalan lain, namun pikiran kalutnya tidak mengijinkannya. Sakura berjalan pelan dan hati-hati, namun dengan ketakutan yang masih setia meempel di tubuhnya.
Ketika jalannya sudah setengah dari perbukitan dia kembali ragu untuk melanjutkan pelariannya. Bukit itu semakin terjal dan aura hutan itu semakin membuatnya ketakutan. Kaki bergetar ketika berjalan dan itu mungkin akan menjadi penyebab dia terjatuh. Tetapi bayangan para goblin yang tegah berpesta tadi membuatnya mau tidak mau harus kembali melanjutkan perjalanannya.
Di atas puncak Sakura bisa melihat hutan itu seakan tidak memiliki ujung. Hanya ada pepohonan yang sebagiannya berwarna hitam seolah habis terbakar dengan asap yang keluar dari beberapa tempat. Tidak ada rumah yang biasa ditempati tinggal, bahkan manusia pun tidak ada. Dan satu pemikiran yang muncul di benak Sakura. Hutan itu tidak membiarkan cahaya dari matahari untuk meneranginya, hanya tertutupi oleh awan kelabu yang bergulung di atas hutan. Seolah melarang matahari untuk memberikan sinarnya.
Sakura tidak bisa bernafas lega setelah melewati jalan perbukitan yang terjal itu, masih banyak makhluk sejenis goblin yang bisa menangkapnya dan menjadikannya sebagai santapan. Dan dia tidak ingin menjadi makanan. Dia kemudian melanjutkan langkahnya tanpa tahu arah dan tujuan.
Di sisi lain, tempat yang tadi membuat Sakura ketakutan, goblin-goblin itu mengendus bau yang ditinggalkan Sakura dan terus mencari. Tidak hanya satu bahkan kini ada sekitar empat goblin yang sudah mengendus bau Sakura dan mencari keberadaan gadis itu.
.....
Hampir setengah hari dia berjalan dan sekarang tubuhnya lelah. Kakinya sudah kebas dan tak mampu lagi berjalan. Perutnya sedari tadi meraung-raung minta diisi. Tenggorokannya bahkan sudah kering, karena sejak bangun tak sekali pun ia minum. Sakura kemudian mencari tempat untuk beristirahat. memilih tempat yang dirasanya aman.
Tepat beberapa meter dari tempatnya berdiri ia melihat buah yang menggantung rendah dari pohonnya, warnanya merah, sedikit warna hijau dipinggirnya, bentuknya seperti tomat namun lebih besar dan terlihat sangat lezat begitu menggiurkan untuk dimakan.
Sakura memetiknya banyak dan mengumpulkannya. Duduk di bawah pohon yang terlihat bagus─ dalam artian normal untuk bentuk phon pada umumya─ untuk menikmati buah yang tadi dia petik. Satu gigitan hampir dilahapnya jika saja tidak ada gagak yang sudah mengganggunya. Menyambar buah itu dan menjauhkan dari Sakura. Mungkin dia lapar, pikir Sakura dan kembali mengambil salah satu buah itu tetapi lagi-lagi burung itu menyambarnya. Sakura mendesah, dia benar-benar kelaparan dan burung gagak itu selalu mengganggunya. Buah-buah yang dia kumpulkan sudah tidak ada karena burung itu selalu merebutnya. Sakura menyandarkan tubuhnya, rasanya sungguh lelah. Perutnya juga tidak bisa diajak kompromi. Dia ingin kembali memetiknya tapi tenaganya sudah habis dan letak buah-buahan itu sangat jauh dari dari jangjakaun tangannya.
Sakura mendesah. Dia menatap burung itu yang masih sibuk dengan buah-buahan yang sudah tidak berbentuk tetapi dia tidak memakannya hanya merusaknya dan Sakura tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.
Namun tidak berapa lama dia terkejut ketika buah-buahan tadi mencair berwarna hijau dan membuat rumput-rumput yang terkena cairan itu berasap dan berubah hitam.
Tanpa sadar Sakura memegang tenggorokannya, membayangkan jika buah itu melelehkan tenggorokannya dan membuat lubang yang mengerikan dan membuatnya seperti batang pohon yang berlubang. Andai burung itu tidak datang, dia mungkin akan menjadi sama seperti rumput itu.
Sakura menatap burung itu dengan syukur. “Terima kasih.”
Tidak ada jawaban, burung itu hanya menggerakkan kepalanya sambil menatap Sakura dengan mata berbeda warnanya. Tidak lama burung itu terbang dan meninggalkan Sakura.
Sakura masih meyandarkan kepalanya di pohon, bersyukur jika pohon lain tidak ikut beracun. Sakura berusaha bangkit untuk mencari makanan di tempat lain namun tidak lama ia merasakan kepalanya yang berdenyut sakit akibat kelaparan hingga akhirnya dia kembali berdiam sambil memejamkan matanya.
Koak... koak... koak...
Suara burung gagak menyadarkan Sakura. Dia membuka matanya dan menemukan burung gagak dengan beda warna mata itu menghampirinya sambil membawa beberapa buah yang tangkainya dia gigit dengan paruhnya. Dia mendarat tepat di depan Sakura dan menjatuhkan buah-buahan itu. Burung itu meggerakkan kepalanya seolah mengatakan jika Sakura boleh memakan semua buah itu.
“Apakah itu untukku?”
Tidak ada jawaban, burung itu hanya menatapnya dan menggerakkan kepalanya lalu mulai menggaruk tubuhnya dengan paruhnya.
“Kuanggap kau menyetujuinya dan terima kasih sekali lagi.” Kata Sakura sambil mencicipi buah-buahan itu.
Rasa yang hampir menyerupai hambar terasa dilidah Sakura ketika mengunyah salah satu buah. Tidak seperti bentuknya yang terlihat berasa manis. Sakura mengambil buah yang terakhir dan memakannya. Dan dia langsung memuntahkannya. Rasanya seperti obat dengan campuran buah asam, berlendir dan menjijikkan. Sakura tidak ingin memakannya, tetapi burung gagak itu malah mematuk kepalanya.
“Apa yang kau lakukan? Kenapa malah mematukku?”
Burung itu berhenti dan terbang di pundak Sakura. Menatapnya dengan dua bola mata yang berbeda warna.
“Apa kau ingin aku memakannya?”
Burung itu hanya mengangguk seolah mengerti yang dikatakan Sakura.
“Tapi rasanya menjijikkan. Aku tidak bisa. Kumohon...”
Burung itu menatap Sakura seolah tidak ingin mendapatkan penolakan dan mengharuskan Sakura untuk memakannya.
Sakura menghela nafas. Nampaknya dia tidak bisa lagi untuk menolak, “Baiklah.” Dan akhirnya memakan buah itu dengan menahan rasa menjijikkan dilidahnya ketika buah itu dia kunyah.
Srak...
Sakura tersentak ketika mendengar suara gesekan antara ranting tidak jauh dari tempatnya duduk. Burung gagak itu juga langsung terbang dan menghinggap di atas dahan, seolah sedang meneliti siapa yang tengah bergerak ke arah mereka.
Burung gagak itu mengepakkan sayapnya dan terbang ke arah Sakura, lalu mematuk kepala Sakura pelan. Lalu terbang kembali seolah menyuruh Sakura untuk mengikutinya. Tetapi Sakura masih diam tidak beranjak dari tempatnya. Hingga raungan mengerikan terdengar dan membuat sekujur tubuhnya bergetar ketakutan. Kakinya bahkan sulit untuk dia gerakkan.
Burung gagak itu kembali menghampiri Sakura dan mematuk kepala Sakura lebih keras dan tentu saja berhasil menyadarkan gadis itu. Sakura bergegas, bergerak secepat yang ia bisa dengan mengikuti burung gagak itu. tidak dihiraukan ranting-ranting yang menghalangi jalannya dan menggoresi tubuhnya, bahkan jalanan dengan kontur tidak beraturan hingga membuat dirinya jatuh berkali-kali.
Burung gagak itu terbang ke arah semak-semak yang semakin membuat Sakura kesulitan bergerak. Gadis buble gum itu tidak tahu dimana burung itu terbang karena ranting-ranting yang menutupi jalannya hingga di atas kepalanya. Suara burung gagak menjadi satu-satunya penunjuk arah, hingga Sakura sampai ke ujung jalan dan menemukan jalan yang lebih baik. Tetapi dia tak lagi menemukan burung gagak itu.
Sakura mencari burung gagak itu, sambil berteriak memanggilya. Berjalan dan menyusuri tiap pohon, barangkali burung itu tengah menunggunya di salah satu dahan. Akan tetapi, pencariannya itu harus berhenti ketika makhluk bertubuh besar dengan wajah mengerikan serta berbintik-bintik dan nafas yang sangat bau berada di depannya, menghadang pelariannya. Matanya yang berwarna kuning menyala menatap Sakura seolah mendapatkan mangsa yang sangat lezat.
Sakura merasakan perutnya seakan terpilin ketika rasa takut yang nyata dan alami menyebar dalam dirinya, apalagi makhluk yang tadi dia hindari tiba-tiba berada di belakangnya dan bersama mengepung dirinya. Tak ada jalan, dua makhluk mengerikan itu seakan tidak memberikannya sela untuk berlari.
Sakura memegang erat bukunya. Buku yang tidak dia sadari akan keberadaannya. Merapalkan beberapa doa agar dia bisa selamat dari situasi saat ini. Matanya terpejam tidak ingin menyaksikan akhir hidupnya.
Srak…
PUK
Sakura tidak tahu apa yang terjadi, tapi tubuhnya seperti tengah didekap. Melayang seperti tengah digendong, tapi apakah mungkin kedua makhluk buruk rupa itu mendekapnya seperti sekarang dan lagi perasaan hangat yang tengah dirasakan adalah sangat berberda. Atau mungkin itu adalah perasaan setelah nyawanya telah tercabut dari raganya.
KRAK
“Hei... apa kau sudah puas?”
Sakura tersentak ketika mendengar suara itu. Suara kas dari seorang laki-laki. Tidak mungkin suara makhluk itu sangat bagus seperti ini, mungkin saja makhluk itu ingin mencongkel mataku makanya mereka menyamarkan suaranya seperti itu. Pikirnya.
“Buka matamu! Atau kulemparkan kembali ke makhluk-makhluk itu?” Sakura tersentak mendengar kalimat perintah itu. Pikirannya bertanya apakah ia sudah bebas dari ke dua makhluk mengerikan yang tadi tengah menghadangnya?
Perlahan Sakura buka kedua matanya, menampakkan iris seindah emerald yang lembut dan teduh. Menatap sepasang mata kelam yang bertengger di kedua mata seorang pemuda di depannya. Tubuhnya menegang seolah mendapat sengatan kejut yang mendadak. Perasaan yang mampu membuatnya tidak bisa berpaling atau berpikir apa-apa. Dia terhipnotis dengan tatapan dingin nan menenangkan itu.
Satu tangannya terangkat, menelusuri wajah tampan dan gagah di depannya. Menikmati sensasi dari rasa yang menguar dari pemuda itu. Senyum terpatri di wajahnya, senyum layaknya terkena demam euphoria. Terus ditelusuri tanpa memedulikan pemilik wajah yang tengah menatapnya kebingungan─atau mungkin risih tidak suka.
“Hei...!” Sentak pemuda itu sambil melepaskan pegangannya pada tubuh Sakura dan membuat tubuh Sakura merosot jatuh menghantam tanah yang dipijakinya sekarang.
“Kyaaaaaa.... Ittai...” jeritnya sambil mengelus-elus bokongnya yang terasa nyeri karena terbentur. “Apa kau tidak punya sopan santun? Harusnya kau menurunkan aku dengan lembut seperti layaknya seorang pria.” Kata Sakura dongkol sambil mengelus-elus pantatnya yang tadi berbenturan.
“Siapa kau? Dan apa yang kau lakukan di Hutan ini?” Laki-laki itu bertanya tetapi tidak menyembunyikan nada tidak suka dan tuduhannya.
“Aku sendiri tidak tahu kenapa aku malah terdampar di tempat mengerikan seperti ini.” Kata sakura. Mungkin jika orang di depannya bukanlah makhluk ganteng bak titisan dari sang dewa jaman dulu, dia pasti akan marah-marah dan bahkan mencakar wajahnya karena pertanyaannya seolah menuduh sakura melakukan sesuatu yang tidak bagus.
“Lalu… apakah kau penduduk di hutan ini?” Sakura memerhatikan laki-laki di depannya. Meneliti jika kemungkinan laki-laki di depannya bukanlah seorang manusia, melainkan makhluk berbentuk serupa seperti yang tadi dia lihat.
“Berhenti menatapku seperti itu!”
“Apa?” Sakura menyahut mengerti maksud ucapan laki-laki di depannya itu. “Aku hanya menelitimu. Mungkin saja kau makhluk seperti mereka dan menyamar jadi sepertiku dan ketika aku lengah kau akan memakanku hidup-hidup.” Kata Sakura. menyembunyikan rasa takut akan pikirannya.
Laki-laki itu tidak menjawab dan meninggalkan Sakura dengan pikiran yang semakin menggila.
“Hei, aku sedang berbicara. Tidak sopan sekali kau meninggalkan lawan bicaramu.” Kata Sakura dan mensejajarkan langkahnya dengan laki-laki itu. “Jadi, siapa namamu? Aku Sakura.” Sakura menunggu balasan dari laki-laki itu. Tapi sampai langkah mereka menjauh laki-laki itu tidak mengatakan apapun.
“Baiklah.. Aku akan memanggilmu Tanpa nama atau mungkin Anynomous. Anynomous terdengar cukup keren, tapi sedikit sulit untuk diucapkan jadi, akan kusingkat saja jadi Mous. Bagaimana menurutmu, terdengar cukup keren, kan?
Sakura seakan sedang berbicara dengan mesin berjalan. Laki-laki itu tak ubahnya seperti kendaraan bermotor yang ia sering pakai untuk ke sekolah.
“Jadi kemana kita, Mous?” Sakura kembali tak diacuhkan oleh laki-laki itu, namun anehnya Sakura tetap mengikuti kemana laki-laki itu pergi. Sakura mungkin sudah gila sekarang karena mempercayai seseorang yang baru dia temui beberapa menit yang lalu yang bahkan tidak sedikitpun mengacuhkannya. Well, mungkin saja dia sedang fokus mencari jalan keluar yang aman dari hutan ini tanpa ditemukan makhluk mengerikan seperti tadi, batinnya berdalih.
Koak..
Seekor burung gagak terbang kearah mereka menukik dan medarat sempurna di pundak laki-laki itu tanpa meringis sedikitpun. Bahkan ketika kuku-kuku runcing burung itu menancap dipunggungnya. “Apa mungkin laki-laki ini tidak dapat merasakan sakit sama sekali?” gumam Sakura.
“Oh, hai gagak. Kau kemana saja? Aku mencari-carimu tadi.” Gagak itu tidak menghiraukan Sakura dan memilih bergelut di bahu laki-laki itu. Menggaruk-garuk tubuhnya dengan paruhnya yang juga berwarna hitam.
Sakura memerhatikan kegiatan mereka. Sebenarnya sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing tapi walau mereka sibuk dengan urusannya sendiri, mereka tampak sangat dekat. Seolah mereka berinteraksi walau tanpa kata atau mungkin saja mereka memang sedang berkomunikasi tapi melalui pikiran. Memang bisa? Pikir Sakura.
Tapi mengingat dimana dia berada sekarang, logikanya membenarkan pikiran gilanya itu. Bukankah kedua makhluk buruk rupa sekaligus mengerikan dengan bau mulut yang busuk sekaligus menjijikkan itu sudah cukup membuktikan bila dunia ini memang bisa membenarkan sesuatu yang sangat sulit untuk dipercayai. Dan kira-kira apalagi yang bisa ia temui nanti? Sakura jadi berdebar menantikannya─ Well, sebenarnya sangat takut untuk menantikannya.
Sakura baru saja menginjak hutan ini. Atau bahkan dunia ini. Sakura tentu saja sangat tidak yakin jika dirinya masih berada di dunianya. Mengingat di tempat ini banyak hal yang membuatnya sangat penasaran terutama dengan makhluk mengerikan dan hutan yang megeluarkan aura mencekam yang seolah siap menelannya ke dalam dunia hitam jika dia sedikit saja mengurangi kewaspadaannya.
Dan laki-laki di depannya sudah menolongnya dari makhluk yang hampir saja menjadikannya sebagai santapan, tapi setelahnya sikap laki-laki itu jadi sangat tak acuh, menganggapnya hanya sebagai bayangan yang tidak dirasakan tapi ada. Pertanyaan bahkan ocehan yang sangat tidak bermutu pun dia abaikan. Dia ingin pergi dan menjauhi laki-laki itu, tapi dia tidak tahu jalan yang benar untuk keluar dari hutan ini lagipula hanya laki-laki itu yang menjadi satu-satunya harapannya sekarang.
Berpaling pada burung gagak, sama sekali bukan ide yang bagus, mengingat karena burung itu juga yang menyebabkan dirinya berhadapan dengan makhluk buruk rupa. Dan burung itu juga adalah peliharaan dari laki-laki itu. Jadi satu-satunya jalan adalah dengan mengikuti laki-laki itu.
“Hei... Bisakah kau tidak mengacuhkanku. Aku seperti bicara pada bayanganku sendiri.” Kata Sakura dengan suara yang lebih keras.
“Aku akan mengantarmu pada penjaga hutan ini. Dia yang akan memeriksamu. Dan...─”
“Apa?” Sakura memotong. Laki-laki itu menganggap dirinya seolah adalah penjahat yang harus diperiksa terlebih dahulu.
“Berhentilah mengoceh. Apa kau tidak bosan mengoceh terus?”
“Tidak.”
“Terserahmulah.”
Setelahnya mereka jalan sambil berdiam dan Sakura masih dengan ocehannya.
Malam sebentar lagi datang. Hutan itu semakin menguarkan aura yang menusuk. Sakura tidak tahan dengan aura itu. Badannya menggigil ketakutan. Dia ingin meneruskan langkahnya, tapi kakinya sudah tidak sanggup meneruskan. Kakinya seolah berubah jadi jel dan tidak sanggup menopang tubuhnya.
Laki-laki itu menghentikan langkahnya ketika dia tidak merasakan Sakura mengikutinya. Dia berbalik dan menatap gadis itu. Sedikit mengerut ketika melihat tampilan gadis itu yang sangat memperihatinkan. Tubuh menggigil, dengan wajah yang menyiratkan kesakitan karena aura yang menguar dari hutan ini.
Dia mendekati gadis itu dan ketika dia menyentuh tangannya. Sakura sudah pingsan.
“Merepotkan.” Dengusnya dan segera membawa gadis itu ke tempat salah satu Guardian.
....
TBC
.
.
.
.
.
.
A/N : Sampai di sini dulu, nanti dilanjutkan lagi kapan-kapan. Hehehehe... PAK >,< *kenna sendal dari reader*
Nanti kalau ada waktu, bakal dilanjutin lagi. So, please jangan gebukin saya. *;* *lari terbirit-birit*
Thanks for read, favorite, or alert this story.
See U.sign in
Mickey
Edited 9.7.16