Pair: Sasuke-Sakura slight Sai-Ino, Naruto-Hinata
Rate: T (bisa berubah seiring jalan cerita)
Genre: Friends, Hurt/Comfort, Adventure, dikit ada Romance
NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
WARNING: AU,OOC, typo, alur GaJe cerita se-mau-gue.
Story by
Mickey_Miki ________________________________________________________________________________
Berkisah seorang legenda, penyelamat dunia sihir yang datang dari dunia lain.
summary :
sakura, seorang gadis muda, entah kenapa bisa terdampar di dunia yang hanya di temui di dalam cerita-cerita fiksi.
Hoam....
Kuap Sakura, sambil merentangkan tangannya kuat-kuat. “Silau sekali.” Gumamnya saat dirasa sebuah cahaya mengetuk kedua kelopak matanya memaksanya untuk terbuka ⎯ Sakura mengerjap saat cahaya mulai menerobos masuk ke dalam retina matanya mengirimkan gambaran yang abstrak. Ia mengangkat tangannya untuk menahan intensitas cahaya yang dengan nakalnya berusaha menerobos sehingga membuat matanya mendadak sakit karena ketidaksiapannya menerima sinar berlebih setelah kegelapan menelannya.
Masih dalam keadaan mata yang kabur atau lebih tepatnya mata yang masih setengah terbuka, Sakura beranjak berusaha mencari pintu kamar mandi⎯ kebiasaan saat bangun tidur untuk mengeluarkan cairan dari dalam kantung kemihnya. Ia kemudian merentangkan kedua tangannya kedepan berusaha meraih dinding kamarnya. “mana dindingnya?” gumam Sakura merasa heran.. “Perasaan kamarku tidak seluas ini. Lagi pula, kenapa dengan lantainya⎯ seperti tumpukan-tumpukan daun kering? Kasar sekali, atau ini hanya efek baru bangun tidur? tapi aneh.” gumam Sakura.
Perlahan Sakura membuka kedua matanya. Mengucek kedua matanya yang terasa kabur agar dapat melihat dengan jelas. Ia merasakan angin sepoi berhembus lembut membelai wajahnya dan memainkan rambutnya yang tergerai. Aneh. Satu kata yang menggambarkan apa yang dirasakan saat ini. Rasanya ia tidak lagi berada di dalam kamarnya, udara paginya terlalu sejuk seakan berada di bawah naungan langsung dari langit dan lagi aroma kamarnya yang tidak biasa di indera penciumannya. Bukan lagi aroma cherry yang biasa memanjakan indera penciumannya, tetapi seperti bau hutan tempatnya resorvasi dulu namun lebih kental.
Penglihatannya kali ini sudah seratus persen membaik. Hal pertama yang ia lihat adalah hutan dengan tumbuhan yang belum pernah ia temui sebelumnya. Tanaman-tanaman yang merambah di pohon-pohon besar dengan bentuk yang aneh dan diselimuti oleh lumut-lumut hujau. Seperti pohon-pohon yang sengaja dirangkai untuk menakut-nakuti orang ⎯ seperti pohon hias yang terdapat dalam rumah hantu, namun dalam ukuran yang jauh lebih besar. “dimana ini? Aneh sekali mimpi ini. Ini terlalu nyata untuk sebuah mimpi dan lagi semua inderaku juga bisa merasakannya secara langsung.” Ucapnya sambil melihat-lihat keadaan hutan itu. tak ada suara burung yang menyambut pagi hari atau pun suara binatang lain, tak ada bunga-bunga yang bermekaran yang ada hanya pohon pakis kecil yang dihiasi oleh tetesan embun pagi yang tumbuh di sudut pohon besar itu.
Wush...
Angin berhembus namun lebih kencang dari yang pertama dirasakan Sakura. Hembusan itu menyebabkan desisan daun-daun dari pohon-pohon sehingga menyebabkan rambut-rambut di tubuh Sakura merinding. Bukan karena hembusan pagi yang beradu dengan udara disekitarnya, namun seperti perasaan saat kau sedang nonton film horror tengah malam, bahkan lebih tidak tenang lagi seakan sesuatu yang mencoba menarikmu dalam kegelapan tak berdasar.
Takut. Perasaan Sakura mulai tak karuan. Pikiran-pikiran negatif mulai merambah, perasaannya tidak tenang. Ia kalut, tak tahu apa yang harus ia lakukan. Mencoba menenangkan diri pun percuma, sebab hanya ketakutan yang dirasanya saat ini.
Wush....
Angin kencang tiba-tiba menerpanya, ia menyilangkan kedua tangannya di depan wajahnya guna melawan angin itu. namun usahanya sia-sia sebab angin itu terlalu kuat untuk ukuran gadis kecil seperti dirinya. Ia kemudian terhempas jauh hingga menabrak pohon besar di belakangnya. Mencoba bergerak namun seluruh tubuhnya terasa kaku, tulang-tulangnya seakan telah remuk. Tak kuat dengan keadaannya, ia pun pasrah dan hanya bersandar pada pohon itu. perlahan kedua kelopak matanya menutup dan akhirnya ia pun tak sadarkan diri.
.
.
.
.
.
.
.
‘Gelap. Apa yang terjadi? Di mana aku? Di mana cahaya?’ Tanya Sakura entah pada siapa.
“kau, bangunlah!” Sebuah suara menginterupsi Sakura.
‘siapa? siapa itu?’ Tanya Sakura.
“bangunlah! Buka matamu!” titah suara itu lagi.
Perlahan Sakura membuka kedua matanya. Tidak ada rasa sakit pada tubuhnya seperti tadi. tak ada rasa silau yang ia rasakan ketika keduan matanya dipaksa menerima cahaya. Ia kemudian berusaha bangkit, namun tubuhnya tak bisa digerakkan seolah tubuhnya kini tengah diikat dengan rantai besi lalu dimasukkan ke dalam peti mati. Ia hanya bisa menengok ke arah suara tersebut.
Samar-samar ia melihat sebuah sosok hitam berwujud seperti manusia, namun entah siapa sosok itu. Tubuhnya tertutupi oleh kabut putih yang entah datang dari mana. Juga tudung yang ia pakai hingga menutupi wajahnya. tak ada rasa takut yang ia rasakan pada sosok itu yang ada hanya rasa ingin tahu tentang sosok yang di depannya kini. “Siapa kau?” Tanya Sakura pada sosok itu.
Orang itu berjalan mendekat ke arah Sakura yang masih dalam keadaan terbaring. “Aku? Kau sangat mengenalku Saku.” sosok itu membuka tudung yang menutupi wajahnya.
“Si...⎯”
Sakura tak melanjutkan perkataannya setelah melihat sosok di balik tudung itu. Jantungnya berpacu layaknya sedang tanding lari dengan kuda. Nafasnya memburu, kedua emeraldnya membulat sempurna. Namun bukan perasaan takut yang ia rasakan saat ini, seperti saat di buru oleh pembunuh berantai yang membunuh dengan cara mutilasi. Perasaannya campur aduk antara kaget, senang, bahagia, rindu, juga sedih. Ia menangis untuk meluapkan perasaannya itu. Ia rindu akan sosok itu. Sosok yang selama beberapa tahun telah menghilang entah kemana, sosok yang sering menyanyikannya lagu pengiring sebelum tidur, sosok yang selalu membuatnya tersenyum dan tertawa. Sosok yang akan membuat keluarganya lengkap. “oto-san” ucap Sakura serak dengan aliran liquid bening yang masih setia menghiasi kedua pipinya.
“Sakura!” ujar sosok itu seraya membantu Sakura untuk duduk. Menghapus titik-titik air di kedua pipi Sakura.
Entah apa yang dilakukan oleh ayah Sakura sehingga dirinya dapat memeluk sosok itu. Ia meluapkan segala perasaannya⎯ perasaan yang selama ini ia tahan karena kepergian ayahnya itu. “Oto-san” ucap Sakura di sela-sela tangisnya. “Kenapa... Kenapa... Ayah pergi? Aku dan oka-san sangat merindukanmu... Oto-san selama ini... Kau pergi kemana? Kenapa tidak memberikan kami kabar?” Tanya Sakura sesengukan karena tangisnya.
“Maafkan oto-san saku!? Oto-san tidak bisa memberi⎯tahumu. Saku ingat pesan oto-san yah...! Ini...” Jeda sejanak. Ayah sakura kemudian memberikannya sebuah buku yang cukup tebal dengan akar-akar yang melingkupi dan mengunci buku itu agar tak bisa terbuka. “buku ini⎯ Kau.. Harus menjaga ini saku! Apapun yang terjadi jangan sampai ada orang yang mengambilnya darimu. Jaga ini seperti kau menjaga nyawamu sendiri. Kau mengertikan saku!?” Ayah Sakura tak menghiraukan pertanyaan Sakura dan malah meyuruh Sakura untuk berjanji dengannya.
“Tapi... Ini buku apa oto-san?” Tanya Sakura bingung sambil melihat ayahnya.
“Saku... Kau harus berjanji untuk selalu membawa buku ini saku!?” Titah ayah sakura sambil memegang kedua tangan sakura. Sorot matanya menunjukkan kesedihan dan keputus-asaan. Berbeda dengan sorot matanya yang dulu, tegas namun lembut. Sakura seakan merasakan kesedihan dan keputus-asaan itu.
“ta..tapi...⎯”
“berjanjilah saku!?” potong ayah Sakura. Perlahan membebaskan genggaman tangannya pada tangan Sakura.
Sakura mengangguk, ia memegang buku itu kuat. “baiklah oto-san” jawab Sakura pasrah. Ia menunduk memperhatikan buku itu. buku dengan sampul aneh dengan tulisan yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
“saku, oto-san harus pergi sekarang.” Sakura mendongak memperhatikan ayahnya dengan raut tak percaya. Baru bertemu namun harus berpisah lagi. Sakura masih masih ingin melepas rindu masih banyak pertanyaan yang ingin ia diajukan pada ayahnya. Ia tak mau lagi kehilangan ayahnya untuk yang kedua kalinya. Sakura menggelengan kepalanya, menolak agar ayhnya pergi lagi. Namun ayahnya tak menghiraukannya, ia tetap berdiri dan menegakkan tubuhnya.
“Oto-san... Tunggu! Oto-san....! Oto-san..!” Teriak Sakura. Air mata yang telah hilang kini kembali lagi dengan jauh lebih deras. Perlahan kabut putih datang dan menyelimuti ayah Sakura hingga tak ada ruang untuk melihat sosok dihadapannya itu. sosok itu kemudian menjauhi Sakura yang masih duduk dan tak bisa bergerak.
“aku selalu menyayangi kalian berdua” setelah kalimat itu terlontar, ayah Sakura pun menghilang.
.
.
.
.
Hah... hah... hah...
Sakura membuka matanya dengan paksa. Nafasnya memburu, biji-biji keringat keluar melalui pori-pori wajahnya. “astaga, mimpi tadi aneh sekali, terlalu nyata.”
Basah. Punggugnya terasa basah, tetapi bukan karena keringatnya, karena yang ia rasakan seperti lendir yang lengket pada punggungnya. ia kemudian meraba punggungnya dan merasakan kontur kasar dan licin. Ia pun berbalik dan mendapati sebuah pohon tempat dirinya tadi terbentur.
Emeraldnya membulat. Perasaannya kini campur aduk, kaget, takut, atau mungkin tidak percaya. Entahlah. Sulit untuk mendeskripsikan raut wajahnya saat ini.
Sakura kembali mengedarkan pandangannya ke seluruh arah. Masih sama, sebelum mimpi bertemu dengan ayahnya.
Hutan yang dipenuhi oleh tumbuh-tumbuhan. Pohon-pohon yang tumbuh menjulang tinggi dengan lumut dan tumbuhan rambat yang menghiasinya. Tanaman pakis juga masih setia menemani poon-pohon itu.
“hahahaha...” tawanya garing, “apa-apaan ini? Masa mimpinya sama. Astaga aku pasti sedang berhalusinasi. Halusinasi saat baru bangun tidurkan sering terjadi pada banyak orang. Mmmm...
yah... Lebih baik aku tidur lagi...!” ucapnya sambil membaringkan badannya. Namun usaha yang dilakukannya itu sia-sia karena matanya pun tak bisa di tutup. Ia akhirnya sadar bahwa itu bukanlah sebuah mimpi⎯ bunga tidur penghibur saat beristirahat malam.
“Aaaaaa............apa-apaan ini?” Teriaknya frustasi sambil menjambak rambutnya sendiri. Ia tak pernah menduga sesuatu seperti itu terjadi padanya. Hanya dalam waktu satu malam ia bisa berpindah tempat. Tempat yang belum pernah ia datangi ataupun lihat sebelumnya. Sakura yakin sangat yakin. Ia semalam tidur di atas tempat tidurnya. Dan lagi ia juga tidak memiliki penyakit dream walking jadi tidak mungkin ia dengan sendirinya bisa berada di tempat itu. Lagi pula tidak mungkin juga ada orang yang sengaja memindahkannya, ibunya lebih mustahil. Ibunya sangat menyayanginya, dan lagi hanya dirinya yang dimiliki oleh ibunya karena ayahnya telah menghilang sejak beberapa tahun yang lalu. Kalau orang lain pun itu adalah sesuatu yang paling tidak mungkin, karena dia merasa tak pernah berbuat salah sebelumnya, ia percaya bahwa dirinya selalu baik pada orang-orang di sekelilingnya kalaupun ia pernah berbuat salah, ia pasti sadar dan meminta maaf. Lagi pula ada satpam yang selalu setia menjaga rumahnya selama dua puluh empat jam.
Tak ingin terlalu berlarut, Sakura kemudian berjalan berharap menemukan seseorang untuk di tanya. Sepanjang perjalanan ia hanya menemukan pepohonan besar yang tumbuh menjulang tinggi.
Srak... srak... srak...
Sakura tersentak mendengar suara semak-semak yang beradu itu. perlahan kaki-kaki jenjangnya berjalan mendekati semak itu.
“ha.. halo...! apa ada orang di sana?” Tanya Sakura takut. Hutan itu saja sudah membuatnya merinding, kini ditambah dengan suara semak-semak yang saling beradu⎯ seperti pada film-film horror yang pernah ia tonton sebelumnya. Di mana tokohnya akan dikagetkan oleh sosok hantu atau monster yang mengerikan.
“ha... haloo...!” Tanya Sakura lagi seraya menaikkan satu tingkat oktaf suaranya.
Srek... Srek... Srek...
Suara itu semakin banyak terdengar. Bukan hanya satu namun puluhan bahkan ratusan suara semak-semak yang terdengar. Tubuhnya menjadi gemetar. Keringat dingin bercucuran dari wajahnya.
Seolah di depannya kini menunggu malaikat yang siap menariknya ke dalam neraka.
Entahlah. Ia sendiri tidak tahu kenapa ia jadi orang yang penakutnya bahkan tidak bisa dikatakan normal lagi.
Umumnya rasa penasaran akan mengalahkan ketakutan seseorang, namun berbeda dengan Sakura. Ia yang tadi berniat untuk menghampiri tempat itu seketika berlari sekencang yang ia bisa.
Ketakutan yang berlebihan memang, tapi jika ia meneruskannya, entah apa yang akan terjadi pada dirinya nanti. ‘Sial gara-gara film horror itu aku jadi penakut’ rutuknya dalam hati.
Tanpa sadar kakinya kini membawanya semakin jauh memasuki hutan itu. di depannya kini terdapat tumbuhan menjalar dari atas ke bawah dan membentuk seperti tirai besar dengan dahan pohon besar sebagai tiang penyangganya. Ia kemudian menghampiri tumbuhan itu penasaran dengan apa yang ada di dalamnya. Mungkin ia akan menemukan peri lucu dan imut yang bisa diajak bermain atau bahkan membantunya pulang ke rumah seperti film fiksi yang biasa ia tonton di rumah, pikirnya. Lucu memang pemikirannya saat ini, di hutan yang tak ia kenali dalam keadaan tersesat sempat-sempatnya berfikir seperti itu. Mengabaikan ketakutan yang tadi dirasanya, perlahan ia membuka tirai itu sedikit agar matanya dapat mengintip.
Ketakutan Sakura kini bertambah. Tubuhnya melorot jatuh ke tanah. Air matanya kini mengalir lagi, namun dengan isakan yang pelan. Mungkin seperti suara semut jika sedang bercegkrama dengan sesamanya. Nafas sakura tercekat, seolah oksigen enggan memasuki paru-parunya. Jantungnya seakan diikat oleh rantai tak kasat mata menyebabkan peredaran darahnya tidak sampai di kepalanya. Warna wajahnya berubah total. Pucat pasi, bahkan serupa dengan warna mayat dalam lemari pendingin.
Kali ini apa yang dilihatnya benar-benar tak bisa ia percaya, bahkan dalam mimpi sekali pun tak pernah ia lihat kecuali dalam buku-buku dongengnya. Bukan peri kecil nan imut yang ia temui namun peri yang lebih besar dan mengerikan yang ia llihat sekarang. Goblin. Salah satu bangsa peri dengan ukuran tubuh yang lebih besar, tingginya berkisar 30 cm. Kulit mereka berwarna hijau dan bertelinga runcing.
Ia tentu tahu dongeng tentang makhluk itu, karena ia sering membaca cerita fiksi dengan imajinasi luar biasa. Makhluk itu adalah termaksud makhluk yang buas dan ganas juga merupakan makhluk jahat dan petarung yang brutal. Mereka juga dikisahkan kadang menculik bayi dan memangsa manusia. Lagi pula mereka seoalah sedang merayakan sesuatu, terbukti
dari darah yang berceceran di tanah dan banyak tulang serta tengkorak bekas mereka makan.
Sakura diam bergeming, tubuhnya tak bisa ia gerakkan. Seolah tubuhnya telah dikutuk menjadi batu dan tak bisa digerakkan barang sesenti pun. Ia tetap diam di tempat sambil mengawasi gerak-gerik makhluk itu.
Sakura semakin panik ketika salah satu makhluk itu berjalan ke arahnya. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Di dalam kepalanya sekarang tak ad aide yang bisa ia dapatkan, seolah terkunci oleh ketakutannya sendiri. Ia kemudian menutup matanya, berdoa dalam hati agar keberadaannya tak sampai diketahui.
...
Srak...
Salah satu Goblin itu membuka semak-semak tempat persembunyian Sakura. entah apa yang ia lakukan, namun yang pasti ia tak menemukan Sakura⎯ goblin itu tak melihat Sakura yang tengah duduk tepat di depannya itu.
“ada apa? (dalam bahasa goblin)” Tanya rekan goblin yang lain⎯ yang tengah menghampirinya
“aku mencium bau manusia di sekitar sini” jawab goblin masih sambil mengendus-ngendus mencari keberadaan Sakura.
“perasaanmu saja. Kau mungkin terlalu banyak minum. Sudahlah tidak usah dipedulikan! Kita akan mulai bergerak, sebentar lagi langit akan berubah. Cepatlah!”
“baiklah.” Jawab goblin itu seraya beranjak dari sana.
....
“Hhh” Sakura menghela nafas lega. Semua bebannya terangkat⎯ setidaknya sedikit. Untuk kali ini nyawanya terselamatkan, tetapi aneh. Bagaimana mungkin? Setahu Sakura goblin memiliki penciuman yang tajam dan untuk manusia seperti dirinya, seharusnya para goblin itu dapat mencium baunya dengan mudah.
Ah sudahlah, yang terpenting sekarang dia bisa bernafas dengan legah. Secepatnya ia harus mencari jalan keluar dari hutan ini. Ia tak boleh berakhir di hutan ini, dia masih ingin bertemu dengan keluarganya, ayah dan juga ibunya, serta teman-temannya juga.
Sakura kemudian berjalan berbalik arah dari tempatnya tadi bersembunyi. Kali ini ia akan pastikan kalau ia akan berjalan di jala yang lebih aman. Dia akan mengawasi di sekelilingnya, menggunakan semua panca inderanya untuk lebih peka untuk merasakan.
Sepanjang perjalanan Sakura yang ia dapat lihat hanyalah hutan dengan berbagai macam tumbuhan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Pohon-pohon juga bunga-bunga yang aneh memiliki bentuk yang unik. Selain itu, selain goblin yang tadi dilihatnya, tak ada lagi makhluk-makhluk atau hewan-hewan yang tergambar di netranya.
Lama ia berjalan, kakinya pun sudah kebas tak mampu lagi untuk berjalan. Perutnya sedari tadi sudah meraung-raung minta diisi. Tenggorokannya kering, karena sedari bangun ia sekali pun belum minum. Ia kelaparan, kehausan, capek, bingung, takut, entah apa lagi yang bisa mendiskripsikan tentang nasibnya yang sekarang. ia kemudian mencari tempat untuk beristirahat.
memilih tempat yang dirasanya aman. Aman dari makhluk-makhluk seperti goblin.
Tepat beberapa meter dari tempatnya berdiri ia melihat sebuah cahaya berwarna biru⎯ cahaya yang bagaikan sebuah permata safir yang disinari oleh cahaya. Indah. Namun Sakura agak ragu untuk mendatanginya. Pasalnya ia masih sedikit trauma dengan kejadian tadi⎯ bertemu dengan golongan goblin, yang buas dan untungnya ia bisa selamat tanpa sedikit pun luka yah walaupun menyisakan rasa ketakutan dalam dirinya.
Langkah Sakura terasa berat. Tentu saja, karena ia tak tahu apa yang menunggunya di balik cahaya itu. dengan perlahan kaki-kaki jenjangnya mendekati cahaya itu.
Hihihi.... hihi... hihi...
Suara kikikan atau lebih tepatnya suara lengking kecil dari entah makhluk apa itu yang pertama kali Sakura dengar. Kali ini ia tak merasakan ketakutan⎯ hanya perasaan takut dengan hutan yang sedang ditapakinya sekarang. Ia kemudian menghampiri cahaya itu, walaupun tak setakut tadi, tetapi ia tetap saja masih was-was.
Ia telah sampai pada cahaya itu dan ia sudah memasuki. Sakura tertegun, takjub dengan keindahan yang tengah tersuguhkan di depannya. Emeraldnya menyusuri tempat itu, seakan ia tak ingin meninggalkan tempat itu. Rasanya tenang sekali berada di sana. Bagaimana tidak, hanya itu satu-satunya tempat yang menurut Sakura paling indah⎯ sepanjang perjalanannya. Bunga-bunga dengan bentuk yang unik namun dapat memanjakan mata, pohon-pohon yang tumbuh mengelilingi daerah itu layaknya pagar pelindung, dan lagi danau yang berada di tengah-tengah tempat itu semakin menambah keindahan tempat itu. Cahaya yang tadi dilihat Sakura ternyata berasal dari danau itu. entah dari mana asal cahaya dari danau itu, yang jelas Sakura tak akan pernah mendapat jawabannya.
Sakura kemudian mengedarkan pandangannya lagi. Mencari suara yang tadi didengarnya.
“halooo!” sapa Sakura, berharap sosok yang mengeluarkan suara tadi keluar dan menjawab sapaan Sakura. “a.. apa ada orang di sini? Kumohon keluarlah, aku bukanlah orang jahat jika kalian khawatir tentang itu. aku sedang tersesat. Aku tidak tahu tempat apa ini.” Ujar Sakura sedikit memohon.
“ku.. kumohon keluarlah, aku tidak akan menyakiti kalian... ku.. mohon!” lirih Sakura. ia sudah tak punya lagi kekuatan untuk berteriak. Ia jatuh terduduk karena tak kuat lagi menyangga kakinya. Ia menangis, meluapkan rasa keputus-asaannya karena nasibnya itu.
“hiks... kumohon siapapun keluarlah...!” mohon Sakura lagi.
Pcak
Bunyi suara air itu menyadarkan Sakura. Sakura mendongak melihat ke depan⎯ danau⎯ tempat yang ia yakini asal dari suara air itu. melupakan sejenak keseduhannya, sakura tertegun, saat melihat sesosok makhluk yang keluar dari danau itu. Makhluk yang sangat cantik yang ia yakini baru pertama kali ini ia lihat. Bahkan kecantikannya mengalahkan kontestan-kontestan miss world yang diadakan tiap tahun atau mungkin kecantikannya setara dengan dewi-dewi Olimpus di Yunani.
Bukan hanya itu, makhluk-makhuk lainnya pun ikut keluar dari tempat persembunyiannya. Kecil, mungil, kerdil, bentuk aneh namun indah dipandang mata, makhluk yang pernah dan belum pernah ia lihat di dalam buku-buku fiksinya sekarang ia lihat secara langsung. Para peri, elf, maupun makhluk-makluk asing⎯ yang wujudnya belum pernah ia lihat sebelumnya⎯ yang ia yakini adalah penghuni tempat itu mendatanginya termaksud makhluk cantik yang tengah berdiri di depannya saat ini.
“siapa kau gadis kecil? Kenapa manusia sepertimu bisa berada di tempat ini, hm?” Tanya makhluk cantik itu.
Sakura memperhatikan makhluk atau lebih tepatnya sosok berbentuk seperti manusia atau mungkin memang manusia itu dengan intens, “aku... Sakura. Haruno Sakura. Aku... tidak tahu kenapa aku bisa berada di tempat ini. Aku juga tak tahu ini tempat apa. Aku ingin pulang.. Apakah kau bisa memberitahuku jalan untuk plang ke rumah? Aku takut dengan hutan ini. Terlalu mengerikan...” Ucap Sakura sendu. Ia terbata mengucapkan kata-katanya karena masih menangis.
Sosok itu mengelus kepala Sakura lembut, berharap Sakura dapat tenang. “gadis kecil, kau tak usah lagi menangis, kau sudah aman sekarang. tempat ini adalah tempat yang netral, tak akan ada yang berani mengganggumu di sini. Kalau boleh tahu kau berasal dari mana? Baru kali ini aku melihat seorang gadis kecil bisa berada di tempat ini.” Tanya sosok itu halus.
“aku dari Konoha. Aku tidak tahu... bagaimana aku bisa berada di tempat ini. Saat aku bangun tidur aku sudah berada di tempat ini.” Jawab Sakura.
“hm... baiklah.” Seolah mengerti sosok itu tak lagi bertanya pada Sakura. mungkin karena ia melihat kondisi Sakura yang sangat memprihatinkan. Baju yang sudah sobek dimana-mana, penuh lumpur dan basah. Wajah Sakura pun mencerminkan kelelahan.
“ka... kalau boleh tahu, nona siapa?”
“Namaku adalah Kurenai Yuhi. Aku adalah seorang Guardian, salah satu pelindung hutan ini. Aqua, Si Peri Air. Namun, itu dulu sebelum dia dan pasukannya memasuki hutan ini. Dulu hutan sangat indah, banyak tanaman dan bunga-bunga yang indah tumbuh di hutan ini. Hutan ini dulunya dihuni oleh makhluk-makhluk seperti kami⎯ makhluk yang sangat mencintai hutan ini. Kami hidup saling berdampingan, saling membantu, dan sangat rukun. Namun, sekarang sudah berbeda. Kebanyakan dari kami bersembunyi, menunggu sampai dia dan pasukannya dimusnahkan.” Jelas Kurenai sendu. Mengingat kenangan yang dulu dia dan rekan-rekannya termaksud pada penghuni hutan itu hidup dalam kedamaian, tanpa adanya tasa takut.
Sakura dapat merasakan kesedihan Kurenai lewat sorot matanya, Sakura yakin, pasti “dia yang nona masksud siapa?” Tanya Sakura penasaran. Orang jahat mana yang ada di dunia ini yang tega membuat hutan tempat makhluk-makhluk baik seperti mereka jadi rusak dan membuat mereka sedih. Walaupun rusak yang dimaksud mereka sendiri tidak diketahui oleh Sakura yang seperti apa, tetapi jika rusak yang dimaksud adalah mengubah hutan yang indah seperti yang terpampang di depannya menjadi hutan yang menakutkan tempat makhluk seperti para goblin, itu sangatlah jahat. Mungkin orang itu adalah penganut iblis. Mungkin saja.
“salah satu dari lima raja yang berkuasa di dunia ini. Mereka adalah pelindung sekaligus dewa penjaga kami. Walau pun mereka bukanlah seorang dewa namun kekuatan mereka seperti seorang dewa.” Jelas kurenai
“dulu mereka saling menghormati, saling menjaga tidak ada persaingan, tidak ada peperangan yang terjadi. Hingga salah satu di antara mereka memutuskan mutuskan ikatan mereka, ia ingin k menjadi penguasa, raja dari empat raja yang lain. Dia adalah Orochimaru sang raja darkness. Entah apa yang terjadi padanya hingga seperti itu. dulunya ia adalah orang yang lembut, sangat menghormati orang lain. Dia tidak pernah memiliki rasa iri, ia selalu berusaha keras agar apa yang dikerjakannya diterima orang lain dan membuat mereka senang. Tapi entahlah.” Lanjutnya sendu.
“nona pasti sangat mengenalnya yah?”
“dia adalah tuan kami. Ia yang menyuruh kami untuk melindungi hutan ini. Ia sangat baik, kepada kami semua, hingga beberapa tahun lalu ia berubah, kami semua tak ada yang tahu debab perubahannya itu. kami sangat merindukan sosoknya yang dulu.”
“Maaf...ak⎯”
Kriuuukkkk....
Perkataan Sakura terpotong akibat perutnya yang tak bisa membaca situasi.
“Maaf!” Ucapnya malu. Kedua pipinya memerah.
“Mmm.... Gadis kecil kau lucu sekali.” Kurenai terkikik geli karena sakura. “kau keaparan gadis kecil?”
Sakura mengangguk, “maaf dari pagi aku belum makan, aku juga kehausan. Sejak bangun hingga sekarang aku hanya berjalan sambil menghindari sesuatu yang menakutkan⎯ termaksud makhluk seperti para goblin itu.”
“Goblin, kau bertemu dengan sekumpulan goblin? Lalu bagaimana kau bisa selamat? Setahuku para goblin itu sangat peka terhadap bau manusia. Apa kau bisa menggunakan sihir?”
Sakura menggeleng, “aku juga tak tahu, kenapa bisa mereka tidak menemukanku, mereka seakan-akan tidak melihatku. Ada goblin yang sudah memeriksa tempat persembunyianku dan mendapatkanku... Aku sudah ada di depan matanya namun ia seolah tidak melihatku.”
“Syukurlah!” Legah kurenai, “mungkin karena bukumu itu.” Lanjut kurenai sambil memperlihatkan buku yang berada di tangan sakura.
“Buku?” Tanya sakura bingung. Ia kemudian melihat buku yang tadi dimaksud oleh kurenai, “sejak kapan ada buku di tanganku? Perasaan sejak tadi aku tidak memegang apa-apa.” Ucapnya pada kurenai. Sedang kurenai hanya menatapnya bingung
Sakura melihat buku yang berada di tangannya. Merangkai kembali puzle-puzle ingatannya yang telah lalu. Akhirnya ia ingat buku itu dari mana. Tapi bagaimana bisa? Bukankah buku itu diberikan ayahnya di dalam mimpinya sewaktu dirinya pingsan tadi? Atau diam-diam ayahnya memberikan itu pada saat masih dalam keadaan pingsan? Tapi kalau memang begitu, bukankah ayahnya jahat, karena sudah meninggalkannya sendirian di hutan itu? Pertanyaan-pertanyaan itu kini memenuhi kepalanya.
“Apa nona tahu buku apa ini?”
“mmm... Itu buku mantra sihir kuno. Ku pikir aku tidak akan pernah lagi melihatnya, karena buku itu sudah lama sekali hilang. Tapi aku bersyukur, setidaknya buku itu ada padamu gadis kecil dan tidak jatuh ke tangan yang salah. Kau harus menjaganya dan jangan sampai hilang, karena buku itu sepertinya telah memilihmu!”
Sakura mengangguk, walau tidak terlalu memahami jawaban dari Guardian itu. seiring berjalannya waktu ia juga pasti akan mengerti.
Kriuuuuukkkk
“uhh” rintih Sakura memegang perutnya yang tambah sakit. Ia harus mengisi perutnya kalau tidak ia akan segera pingsan.
Kring.... Kring...
Sesosok makhluk kecil yang menurut pengamatan Sakura adalah peri, dengan sayapnya yang kecil, membawakannya buah kecil diikuti dengan makhluk-makhluk yang lain.
Sakura menatap buah-buahan itu dengan pandangan lapar. Buah-buahan itu menggoda Sakura untuk segera memakannya. Sakura menelan liurnya yang sempat keluar, karena tergiur oleh bentuk buah-buahan itu. memang ia sering melihat buah-buahan itu, namun dalam kondisi yang berbeda. “ano.. boleh ku makan?” Tanya Sakura penuh harap.
“silahkan gadis kecil, makanan itu memang mereka sediakan untukmu.” Jawab Kurenai.
“arigato...” Sakura mengambil buha-buahan itu satu per satu. Memakannya dengan lahap, seolah ia belum makan selama beberapa bulan. Padahal ia hanya belum makan selama beberapa jam.
“ano... dari tadi aku penasaran, hutan ini sebetulnya hutan apa? Kenapa rasa-rasanya sebelum berada di tempat ini seolah aku tidak berjalan di atas tanah. Maksudku seolah jiwaku tidak ingin berada di dalam tubuhku. Aduh maksudku, ah.... susah sekali mendiskripsikannya.”
“aku mengerti maksudmu. Itu karena hutan ini dipenuhi oleh sihir hitam, akibat eksperimen dari tuan Orochimaru.”
“kalau begitu kenapa kalian tetap bertahan di sini?”
“kami sedang menunggu tuan kembali seperti semula. Lagi pula bukan cuman kami yang menunggu di sini, masih banyak makhluk lain yang bersembunyi seperti kami di sini menunggu sampai waktu itu datang.” Jawabnya.
“oh iya Sakura aku harus pergi sekarang, aku mau memasang kekkai genkai lagi sekarang. penghalang ini akan melemah bila malam hari, jadi aku harus manambahkan lagi ilmu sihir.” ujar Kurenai
Sakura mengangguk, walau tidak mengerti. “arigato makanannya.” Ucap Sakura sambil tersenyum karena perutnya telah berisi kembali.
Guardian itu pun pergi di tengah danau. Berdiri tegak selayaknya ia sedang menginjak sebuah dataran dan bukan air. Ia menangkupkan kedua tangannya sekilas seperti tengah berdoa. Tiba-tiba air yang berada di sekitarnya melayang melawan gravitasi seperti gelombang arus tsunami namun air itu tidak menghantam sesuatu yang ada di sekitarnya. Air itu mengelilingi tempat kami membentuk sebuah kubah dengan kami yang berada di dalamnya.
“sugoi....” takjub Sakura seakan melihat pertunjukan sulap dalam sirkus, namun ini bukanlah sebuah tipuan yang biasa dilakukan oleh para pesulap. Ini nyata, tak ada rekayasa, atau apapun itu. air-air itu seakan-akan mengikuti semua perintah Guardian itu. Guardian itu kemudian merentangkan kedua tangannya ke samping dan air itu pun jatuh kembali, namun dalam bentuk embun-embun yang berkilau. Indah sekali. “apa aku juga bisa seperti itu?” gumamnya.
Tiba-tiba Guardian itu jatuh terduduk, mungkin karena kelelahan sehabis melakukan sesuatu yang luar biasa seperti tadi.
Semua makhluk-makhluk itu menghampirinya, termaksud Sakura. “ada apa?” Tanya sakura khawatir, pasalnya Guardian itu tak bangkit-bangkit.
“ah... aku baik-baik saja, kalian tidak perlu khawatir. Sekarang kita sudah aman untuk malam ini. Tolong bawa aku ke tempatku.” Ucapnya lirih.
Sakura serta makhluk-makhluk di tempat itu kemudian membantu Guardian itu dan membawanya ke tempat peristirahatannya. Namun untuk Sakura tidak bisa, karena tempat yang dimaksud adalah di dalam air dan ia tak akan bisa tahan di dalam karena ia hanyalah manusia biasa. Yang lain juga tak semua yang bisa masuk, hanya peri-peri air saja yang membawanya ke dalam air.
Sakura kemudian beristirahat juga setelah sebelumnya ia di beri tahu oleh peri-peri kecil dan makhluk yang bentuknya seperti dinasaurus yang diukir dari kayu. Mungkin jika dia berada di atas pohon, dia akan disangka seberti batang pohon yang akan tumbuh.
“arigato minna!”
Kriiing... kriiiing....
Au... au....
Jawab mereka serempak. Walau tak paham dengan ucapan mereka, tapi Sakura beranggapan itu adalah jawaban sama-sama.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
[next chapter 2]
Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
0 komentar:
Post a Comment