Fly with your imajination

Sunday, September 20, 2015

Princess of Frog [Bagian 1 : Mimpi Pertama]

CH LENGKAP SELANJUTNYA




BAGIAN 1 : MIMPI PERTAMA


Apa kalian pernah mendengar kisah tentang pangeran katak? Pangeran yang dikutuk oleh seorang penyihir jahat karena rasa dengki dan kutukannya itu berhasil dipatahkan dengan ciuman tulus dari seorang putri.

Sebenarnya, kisahku mirip seperti itu. Yang membedakan adalah, pertama, aku ini perempuan. Kedua, aku tidak dikutuk oleh penyihir melainkan karena ketidaksengajaan. Ketiga, aku belum menemukan seseorang yang mau memberikan ciuman tulusnya, dengan kata lain, kisahku masih berlanjut. Terakhir, yang mungkin bisa sedikit kusyukuri adalah karena wujudku tidak berubah menjadi katak, hanya saja tenggorokanku sering mengeluarkan suara katak.

Kondisiku ini sudah berlangsung selama tiga tahun dan selama itu aku tidak pernah keluar rumah. Aku juga sudah berhenti sekolah dan melanjutkan dengan home schooling. Guru yang mengajariku pun adalah orang yang sudah tahu kondisiku. Guruku adalah tante Iren, adik mama yang juga mengajar di salah satu sekolah swasta.

“--ganteng banget deh pokoknya--"

Ah, satu lagi, hampir terlupa. Yang lagi curhat ini namanya Rania. Satu-satunya teman setia yang masih kumiliki, sekaligus yang membuat aku seperti ini.

"--terus, tadi aku malah fokus lihat bibirnya pas makan mi ayam. Kalau gak kenal tempat, sudah kusosor tuh bibirnya. Gemas banget deh. Nah-- kamu dengar gak sih aku cerita?"

Aku hanya meringis kecil tanpa menyahut. "Oke aku lanjut." katanya membuatku menghela. Kapan sih dia selesai curhatnya. Aku benar-benar sudah bosan dan mengantuk.

"Uh, pokoknya yah kalau kamu ketemu dia, mata kamu gak bakal jelalatan kemana-mana. Karismanya tuh kayak memaku tatapan kita ke arah dia saja."

Sebenarnya, dari tadi aku tidak mengerti apa yang Rania bicarakan. Dan aku juga tidak tahu siapa yang ia maksud.

“Intinya yah, dia tuh kayak pangeran yang ada di disney. Udah ganteng, tajir, otaknya encer--"

"Bosan ah Rania WROOG... Kenapa kamu gak bilang intinya aja sih? WROOG... Kamu suka dia, kan? WROOG...”

Dia menatapku aneh. “Aku?” Menunjuk dirinya sendiri “Nggak dong. Dia ganteng emang, tapi kayak patung es.”

Aku menyerngit, kalau Rania tidak suka, kenapa dari tadi ia malah curhat tentang orang itu? “Kalau gak suka, ngapai curhat tentang dia?"

“Hahaha...” Rania tertawa, sesekali menyeka air mata di sudut matanya. “Kamu ini ada-ada saja, deh. Aku kan cuma gosipin dia, tapi bukan berarti kalau aku juga tertarik."

"WROOG?" Terus kata-kata yang kudengar tentang sosor bibir karena mi ayam itu maksudnya apa?

“Aku jadi penasaran ingin melihatnya. WROOG...”

Mendengar pernyataanku sentak membuat Rania seketika menghadapku. Mimiknya berubah jadi bahagia, “Serius?” Tanyanya.

Aku hanya menaikkan satu alis, bingung dengan pertanyaannya. “Maksudmu? WROOG....”

“Apa kau serius ingin melihatnya?” Tanyanya sekali lagi memastikan bahwa pertanyaanku tadi bukanlah sebuah delusi sesaat yang dia dengar.

Aku mengangguk tanda membenarkan pertanyaannya. “Memang kenapa kalau aku ingin melihatnya? WROOG. Apa ada yang salah? Kenapa kau terkejut seperti itu? WROOG.” Tanyaku.

“Ah.......~ Akhirnya, sahabatku ini akan keluar juga dari menara mengerikan ini.” Dia berteriak kegirangan sambil melompat-lompat di atas tempat tidurku. Sebenarnya ada apa dengan sahabatku ini. Aku tahu dia aneh, namun baru kali ini aku melihatnya seaneh ini.

“Kau kenapa? Kenapa bertingkah seperti itu, kau seperti baru menemukan harta karun? WROOG...~” Tayaku keheranan.

“Tentu saja aku senang, karena baru kali ini aku mendengar dari bibir manismu itu, kalau kau ingin keluar dari sini tanpa paksaan.” Jelasnya dan aku tersadar kalau apa yang dia ucapkan itu semua benar.

“Hehehe... WROOG... Maaf yah... WROOG...” Ucapku sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.

.
.

Princess of Frog

.
.

Aku melihat seseorang berada di atas permukaan air danau yang berwarna biru kehijauan. Saat itu malam hari, dan air nampak berkilauan di timpa cahaya rembulan. Aku dapat melihat dengan jelas sosok itu dari kejauhan. Dia seorang pria yang nampak seperti sedang menunggu. Dia menengadah menatap rembulan. Sosoknya yang terkena cahaya bulan memperjalas sosoknya yang amat sangat rupawan.

Aku ingin menghampirinya, namun kakiku tak bisa melangkah mendekatinya. Dia berada di atas permukaan danau, sedang aku berada di permukaan tanah. Jika aku melangkah, aku akan tenggelam. Dia melihat sosokku yang sedang kebingungan menatapnya, dia pun juga begitu. Ketika dia ingin melangkah, kakinya juga tertahan. Air seakan menahan kakinya untuk tidak beranjak.

Aku ingin berteriak, tapi suaraku tak kunjung keluar. Hanya bisikan malam yang menemani sepi kami. Dia juga ingin mengucapkan sesuatu namun suaranya tak kunjung terdengar.

.
.

Princess of Frog

.
.

Aku terbangun saat cahaya putih menyilaukan menerpa wajahku. Melirik ke samping, ternyata jendela kamarku tak tertutup. Mungkin setelah kepulangan Rania kemarin, aku langsung tertidur dan lupa untuk menutup jendela kamarku. Aku turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.

Hari minggu yang cerah, namun tak secerah diriku. Aku masih memikirkan mimpiku semalam. Entah apa artinya. Dan laki-laki itu siapa? mengapa dia berdiri di atas permukaan air dan apa yang sedang dia tunggu? Apakah itu adalah aku? Tapi kenapa? Ah.. pikiran-pikiran aneh lagi. Mana mungkin. Itu hanyalah sebuah mimpi, bunga tidur yang biasa orang alami. Itu adalah normal bagi semua orang termaksud diriku.

Aku membasuh wajahku dan menatap cermin di depanku. Melihat refleksi tubuhku yang mulai segar kembali setelah membasuh.

“Hei... Apa aku bisa sembuh? WROOG...” Tanyaku pada refleksi diriku. “Sebenarnya apa yang sudah terjadi sebelum ini? Kenapa hanya aku yang mendapatkan suara sialan ini? WROOG...” Tanyaku lagi. Setetes cairan bening jatuh dari pelupuk mataku.

Ini adalah kebiasaanku sejak tiga tahun yang lalu, bertanya pada bayangan diriku lalu kemudian menangis. Selalu seperti ini, menyembunyikan kesedihan diriku dari orang lain. Menutupinya dengan keceriaan yang mana membuat orang tak sadar dengan keadaanku.

Bohong kalau aku sudah menerima keadaanku ini. Siapapun itu jika mengalami hal seperti yang aku alami, pasti akan bersedih dan sulit menerima keadaannya.

Sungguh aku ingin sembuh. Tidak ada keinginan lain yang kuinginkan selain kesembuhanku. Aku sudah tak mampu lagi melihat kesedihan keluargaku dan rasa bersalah dari sahabatku. Aku tahu walau mereka menyembunyikannya. Pancaran mata mereka tak bisa berbohong, walau ekspresi menunjukkan kegembiraan. Sungguh aku tahu jika mereka melihatku penuh dengan kesedihan.

“Sayang, cepatlah turun. Nasi gorengmu nanti dingin.” Teriak ibuku. Aku buru-buru menyeka air mataku dan kembali membasuh wajah. Ku lirik sekali lagi cermin di depanku memastikan tak ada jejak air mata di sana.

“Iya, Bu. WROOG...” Sahutku, lantas bergegas menuju ruang makan.

Di sana sudah ada ibu, kakak, dan ayahku tengah menyantap makanan mereka. Mereka melihatku lantas tersenyum, walau senyum itu penuh kepedihan tetap ku balas, agar mereka tak menyadari kesedihan yang kualami.

“Ku dengar kau akan berjalan-jalan bersama Raina?” Tanya ibuku ketika aku sudah duduk dan akan menyantap sarapan pagiku.

“WROOG... iya benar, Bu. Aku ingin berjalan-jalan. Katanya Raina ada tempat bagus yang belum banyak orang yang tahu. WROOG...” Jawabku menatap matanya. Aku bisa melihat kesedihan yang mendalam dari tatapannya itu.

“Apa perlu ku antar?” timpal kakakku melihatku penuh minat. Nampaknya dia juga tertarik pada tempat yang ingin ku kunjungi. Hobinya sebagai fotografer membuatnya ingin mendapatkan tempat-tempat yang belum terjamah.

“Mmm... WROOG...” Aku pura-pura berfikir, membuatnya was-was dengan jawabanku. Aku menyengir lantas mengangguk. Ku lihat dia mendesah lega mendapat respon positif dariku.

“Huh... kau ini, bikin kakak takut saja. Ku pikir kau tidak akan mengijinkan kakak untuk ikut.” Sungutnya sambil mengacak-acak rambutku.

“Hehehe....”

.
.

Princess of Frog

.
.

“Wah... WROOG... Ups... Hah suara menyebalkan, tapi tempat ini keren banget, Rania. Dari mana kamu tahu tempat ini? WROOG...” Tanyaku setelah sampai. Well, perjalanan yang kami tempuh memang sangat jauh dan berjalan kaki, namun keadaan asri dan keindahan tempat ini mampu menguapkan rasa lelah yang kami rasakan saat perjalanan.

“Aku juga temunya tidak sengaja, saat kemping kemarin.” Balasnya dengan senyum.

Danau yang indah dengan perpaduan warna biru kehijauan. Pohon-pohon yang tumbuh di sekitar danau membuat udara di sekitarnya menjadi sejuk dan menenangkan. Terpaan sinar mentari dari celah-celah daun menambah keindahan danau itu, belum lagi suara ciutan dari burung-burung yang seakan menyambut kami. Sungguh tempat ini bagaikan permandian para dewi-dewi─ walau aku tidak tahu tempat permandian itu seperti apa. Ini hanyalah pengandaianku saja.

“Ra, sumpah yah. Benar kata Lili tempat init uh, tempat terkeren yang pernah aku lihat. Wah terima kasih banget yak Ra.” Ucap kak Devan.

“Hehehe... Terima kasih, kak. Ah.. Jadi malu dipuji terus.” Sahutnya. Dapat ku lihat pipinya memerah karena perkataan kak Devan.

“Kalian berdiri deh di sana. Aku ingin mengambil gambar kalian.” Pintanya pada kami. Kami menurutinya dan berjalan ke arah danau. Berfose layaknya seorang model untuk kemudian di potret oleh kak Devan.

Banyak gambar yang di hasilkan dari fose amatiran kami, namun terlihat keren. Kak Devan hebat sekali mengambil gambar. Namun ada satu gambar yang menurutku aneh. Bukan karena pose yang aku lakukan tetapi gambar aneh yang terekam di kamera saat aku berpose. Aku memperbesar gambar itu untuk memperjelas gambar yang berada di belakang diriku. Sesosok atau mungkin seorang tengah berdiri menatap ke arah kami, aku tidak tahu siapa itu karena gambar yang ku perbesar membuat sosok itu terlihat pecah.

Aku berniat memberi tahu kak Devan, namun niatku ku hentikan saat memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya. Dia pasti akan semakin mengkhawatirkanku.

“Lili, kemarilah! Kau harus melihat ini.” Panggil Rania.

Aku tertegun ketika sampai di tempat yang di katakan Rania. Tempat itu sama persis dalam mimpiku. Memang masih di tempat yang tadi, tetapi danau itu, baru ku sadari saat terpaan sinar mentari sore menyorotnya. Danau itu tampak berkilau dengan gradiasi warna yang indah. Orange, biru, dan hijau menyatu dan menghasilkan suatu paduan yang memanjakan mata.

“Ini... WROOG... Sungguh... Sungguh indah.” Ucapku sambil menitikkan air mata. bukan karena keindahan alam yang tersuguhkan di depan mataku, melainkan teringat akan mimpiku beberapa hari yang lalu. Mungkinkah ini adalah sebuah petunjuk bahwa sebentar lagi kehidupan normalku akan kembali? Semoga saja. Doaku dalam hati.

“Kau sampai menitikkan air mata karena keindahannya? Astaga kamu ini lebay banget deh...” Ucap Rania menatapku geli.

“Tentu saja... WROOG... Aku terharu. Aku kan baru pertama kali melihat pemandangan seindah ini. WROOG...” Sungutku.

“Hahaha...” Tawa mereka meledak mendengar alasanku menangis. “Makanya, sekali-kali keluarlah seperti ini. Kau akan menemukan lagi tempat yang lebih menyenangkan bahkan seindah ini.” Timpal kak Devan sambil mengelus-elus kepalaku.

“Kak... Jangan mengacak-acak rambutku!” cibirku berpura-pura kesal karena perlakuannya.

“Aku jadi pengen punya kakak.” Sahut Rania tiba-tiba. Aku tahu dia sedih dan kesepiankarena menjadi seorang anak tunggal.

“Heh.. Kau juga adalah adikku. Teman Lili adalah adikku juga, jadi kau boleh memanggilku kakak.” Sahut kak Devan menenangkan Rania.

Rania lantas tersenyum. Dia menatap kakak dengan binar penuh kebahagiaan. Setetes air mata terlihat di sudut mata Rania namun cepat-cepat dia seka. Berjalan menghampiri kak Devan lalu memeluknya penuh kasih, “Terima kasih kak Devan.”

Kami bertiga berpelukan. Aku senang memiliki kak Devan yang sabar dan sayang kepadaku walau menyebalkan, juga Rania sahabat yang selalu bersamaku. Tak peduli sesedih apapun diriku dia tetap berada di sisiku, menemani dan menghiburku. Aku menyayangi mereka. Sangat menyayangi mereka.

.
.

Princess of Frog

.
.

Setelah kejadian kemarin, aku jadi memikirkan apa yang dikatakan kak Devan. Menjadi pribadi penyendiri dan jauh dari sosialisasi ternyata buruk. Kesendirian dalam kastil─kamarku─ membuatku tak mengerti apa-apa, ternyata benar apa yang mereka katakan. Banyak tempat-tempat indah yang tidak pernah k temui sebelumnya. Walau pun yang ku kunjungi hanyalah tempat-tempat yang masih belum banyak orang yang tahu. Setidaknya aku bisa bebas berbicara pada mereka, kak Devan dan Rania tanpa takut di dengar oleh orang lain.

“Kak Devan sering ke mari?” Tanya Rania setelah puas mengagumi tempat yang kami kunjungi saat ini.

Tempat ini adalah salah satu pantai yang baru pertama kali ku jejakkan. Aku tidak tahu nama tempat ini bahkan letaknya saja aku tidak tahu. Pantai indah dengan laut biru kehijauan, tampak sangat jernih, pasir di pesisir pantai berwarna putih dan langit yang tampak cerah menyemarakkan keindahannya. Suara debur ombak dan suara bunyi camar menyatu bagai simfoni alam yang menyejukkan. Suasana yang mendukung untuk pikinik kami.

Aku berjalan menyusuri pesisir pantai menjauh dari kak Devan dan Rania yang sedang menyiapkan alat pikinik kami. Mataku terus menyusuri pantai ini untuk mencari-cari kerang yang akau ku bawa pulang sebagai oleh-oleh.

Banyak kerang yang terhampar di sepanjang pesisir pantai namun aku tidak mengambilnya, kerang-kerang itu sudah biasa ku lihat, aku ingin mendapatkan kerang yang unik dan tidak banyak orang yang punya.

Sebuah benda berkilauan menyilaukan mataku saat menunduk akan mengambil kerang yang menurutku unik. Aku menghampiri benda itu setelah mengambil kerang tadi. kalung dengan manic kristal berbentuk tetesan air berwarna biru yang di dalamnya terdapat titik-titik putih menyerupai sebuah rasi bintang, tapi aku tidak tahu rasi apa.

Aku menghentikan pencarianku setelah mendapatkan kalung itu. menghampiri kak Devan dan Rania yang masih sibuk.

“Lili, kamu dari mana saja sih? Kau tahu kami sibuk, eh... malah kau juga sibuk sendiri.” Comel Rania yang ku balas dengan sebuah cengiran.

“Maaf deh, WROOG... Aku cuman cari kerang unik. Hehe... WROOG... He...” Balasku sambil garuk-garuk belakang leher.

“Yah sudah bantu kami.”

Aku mengangguk tanpa bicara. Ikut dengannya membantu menyiapkan bahan-bahan makanan. Mereka tadi sudah selesai melebar karpet dan membuat tungku untuk bakar-bakar ikan. Aku dan Rania sekarang tengah membersihkan ikan yang akan kami bakar nanti. Ah.. Aku sudah tidak sabar ingin mencicipi ikan bakar kami. Makan di tempat dengan pemandangan yang memanjakan mata, rasanya luar biasa menyenangkan. Ini adalah kali pertama setelah tiga tahun mengurung diri di dalam kamar keluar dan melakukan sesuatu yang menyenangkan seperti ini. aku jadi sedikit menyesal, kenapa tidak dari dulu saja aku melakukan ini semua?

TBC

a/n : kritik sarannya, please!!!


CH LENGKAP SELANJUTNYA


 

Mickey139


Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com