BACA : BAGIAN 7
Apakah dalam sebuah perjodohan akan menghasilkan sebuah cinta?
Walau awalnya tak saling mengenal dan memulainya bukan dengan tak saling mencintai?
Bisakah?
Apakah dalam sebuah perjodohan akan menghasilkan sebuah cinta?
Walau awalnya tak saling mengenal dan memulainya bukan dengan tak saling mencintai?
Bisakah?
MY SECRET WEDDING © mickey miki
Rate: M
Genre: Romance & drama
WARNING: typo, alur kecepatan, ga⎯je dan lain-lain (suka-suka Mickey),
Story by
Mickey_Miki
.
.
SUMMARY
Apakah dalam sebuah perjodohan akan menghasilkan sebuah cinta?
Walau awalnya tak saling mengenal dan memulainya bukan dengan tak saling mencintai?
Bisakah?
Apakah dalam sebuah perjodohan akan menghasilkan sebuah cinta?
Walau awalnya tak saling mengenal dan memulainya bukan dengan tak saling mencintai?
Bisakah?
.
.
.
.
.
.
.
BAGIAN 8Malam lenyap digantikan oleh sang mentari yang terbit dari belahan dunia lain untuk menyinari tempatku. Ku lihat cahaya perlahan muncul dari garis horison menampakkan sinar jingga yang berpadu dengan sisa-sisa warna yang ditinggalkan malam. Itu sangat mengagumkan. Aku tidak akan pernah bosan untuk menyaksikan pemandangan itu tiap pagi. Andai suamiku bersamaku di pagi ini pasti akan lebih membahagiakan lagi.
Kembali pada rutinitasku sebagai seorang istri, memasak dan menyediakan keperluan suamiku. Makanan sudah ku siapkan di atas meja, sekarang air mandi dan baju yang akan dia gunakan untuk ke kantor.
Hari ini dia memang masuk lebih pagi karena ada pertemuan dengan para direksi juga presentasinya untuk proyek baru.
Aku memasuki kamarnya dan dia masih terlelap dalam mimpi, entah apa yang sedang dia mimpikan sekarang hingga bibirnya sedikit melengkung ke atas. Andai dia memperlihatkan raut itu tiap hari, tidak hanya aku yang akan merasakan keterpesonaan terhadapnya bahkan seluruh karyawan perusahaannya atau pun wanita di luar perusahaan juga akan merasakannya.
Ku alihkan sedikit pandanganku pada wajahnya dan sekarang yang kudapati malah membuat pipiku merona. Ternyata dia tidur dalam keadaan topless dan hanya menggunakan celana selutut dengan selimut yang tidak semua menutupi bagian tubuhnya.
Otot kekar yang dia miliki hasil olahraga gym-nya pasti akan membuat tubuhku menghangat walau tanpa selimut atau malah akan membuatku berkeringat dan tidak bisa tidur sepanjang malam dengan gerakan-gerakan ero─ Ah...sial, apa yang kupikirkan? Bisa-bisanya aku malah berpikir mesum saat ini. Tapi tak bisa di pungkiri jika dia memang memiliki pesona sang Adonis yang akan membuat banyak wanita menyerahkan dirinya dengan sukarela ke dalam pelukan suamiku itu.
Aku menggeleng kemudian menghela nafas, tidak seharusnya aku memikirkan hal-hal mesum saat ini. Aku harus bergegas agar dia tidak terlambat dan aku juga bisa joging pagi ini.
Setelah semuanya beres, aku menepikan gorden agar sinar matahari bisa masuk ke dalam kamar suamiku. Dia sedikit menggeliat ketika sebagian sinar matahari menerpa wajah tampannya.
“Jo, bangunlah!” Aku menggoyangkan bahunya dengan pelan.
Dia menggeliat pelan. Bola mata di balik kelopak matanya bergoyang. Tidak lama, perlahan keduanya membuka dan menampakkan bola mata hitam yang mampu menarikku ke dalam lingkaran hitam yang tak berdasar namun menangkan di saat yang bersamaan.
“Jam berapa sekarang?” Tanyanya dengan suara serak. Suara yang mampu membuatku bergidik dan membangunkan sesuatu dalam diriku. Kurasakan sesuatu meluncur dari pangkal pahaku dan membuat dalamanku jadi lembab. Ya, Tuhan hanya dengan suara bangun tidurnya saja aku bisa begini bagaimana jika mimpiku tempo hari jadi kenyataan?
Ah...sial kenapa aku malah berfikir mesum. Tuhan kumohon kuatkan aku menghadapi godaan dari pesona suamiku.
Aku sedikit tersenyum lalu menanggapi pertanyaannya, “Kurang 15 menit jam 6. Aku sudah menyiapkan air hangat untuk mandimu dan pakaianmu di sandaran sofa, juga sarapan pagi. Kalau begitu aku keluar dulu.”
Dia sedikit menyerngit ketika mendengar penuturanku, ada apa dengan rautnya itu?
“Kau mau joging?” Tanyanya.
Aku mengangguk dan memperlihatkan penampilanku. “Aku memang mau jogging, tapi aku sudah menyiapkan keperluanmu.” Walau aku yakin kamu tidak akan memakan sarapan pagi yang sudah kubuatkan. Lanjutku dalam hati.
Dia tidak lagi menanggapi dan turun dari ranjang untuk ke kamar mandi. Dan pemandangan itu benar-benar membuatku harus menahan nafas. Penampilan berantakan khas baru bangun tidurnya bahkan terlihat sangat seksi di mataku, badannya yang kekar dengan otot-otot yang menempel sempurna ditubuhnya, tatanan rambut yang berantakan juga mata sayu dan ditambah dengan gundukan d balik celananya. Astaga aku harus segera keluar dari pemandangan indah ini.
“Ka...kalau begitu aku pergi...” Dengan langkah seribu, aku bergegas keluar dari kamar suamiku. Aku memegang dada ketika sudah berada di luar kamar menenangkan jantungku yang berdetak lebih cepat dari biasanya bahkan kalah cepat dari sehabis latihan.
....
Seperti biasa, aku hanya memutari taman yang berada di dekat kompleks rumah kami. Tiga putaran sepertinya sudah cukup, lagipula aku juga harus berangkat kerja. Aku kembali berlari menuju rumah namun ketika berada di jalan menuju kompleks rumah aku bertemu dengan Bagas, pria yang kemarin kutemui. Dia juga suka jogging di sekitar sini.
“Hei.” Sapaku padanya.
Dia tampak terkejut namun dengan pintar dia cepat mengubah rautnya. “Oh, Zahya. Kau sudah selesai?”
Aku mengangguk dan tersenyum mengiyakan pertanyaannya. “Aku harus kerja. Kalau begitu aku duluan─”
“Eh... kita sama-sama saja. Aku juga sudah selesai.”
“Baiklah.”
Kami berjalan bersama, tidak santai juga tidak berlari. Hanya berjalan agak cepat tetapi tidak terkesan terburu-buru, sambil menikmati udara pagi yang segar dan mendinginkan badan akibat kerigat yang mengucur banyak sehabis jogging.
Tidak sampai 20 menit aku sudah sampai di depan pagar. Aku berpamitan dengan Bagas dan memasuki rumah. Bertepatan dengan itu suamiku juga baru akan keluar dari rumah. Wangi parfumnya menguar dan masuk ke dalam indra penciumanku. Berbeda sekali dengan bau tubuhku yang agaknya berbau.
Aku tersenyum sendiri. Ini adalah salah satu dari pemandangan yang paling aku sukai. Melihat suamiku dengan tampilan seperti ini di pagi hari. Aku selalu membayangkan ketika aku dengan dirinya seperti pasangan suami-istri yang lain. Ada sapaan ketika bertemu, tatapan kasih yang selalu dia berikan, dan kecupan sebagai tanda sayangnya. Entah kapan akan terealisasi. Aku akan lebih berusaha.
“Semoga sukses.” Gumamku ketika dia baru mau menaiki mobilnya.
“Hn.”
Langkahku terhenti ketika mendengar sahutannya. Ku kira tadi hanya aku dan udara di sekitarku saja yang mendengar gumamanku, ternyata udara di sekitarku memberitahunya tapi aku senang. Aku sedikit terenyum dan bergegas masuk ke dalam rumah sebelum ketahuan tengah kegirangan karena sahutannya.
“Terima kasih.”
Di balik pintu aku seperti mendengar ucapan Jo. Entah itu hanya kata-kata yang terucap di dalam kepalaku saking inginnya mendapat balasan atau memang itu benar-benar keluar dari mulutnya.
Aku berjingkrat-jingkrat kegirangan seperti orang yang baru saja mendapatkan hadiah lotre yang bernila miliyaran. Oh, astaga. Hanya dengan balasan seperti itu saja sudah membuatku seperti ini bagaimana jika menyahuti hatiku. Hatiku yang selalu menyatakan jika aku mencintainya?
CEKLEK
Aku tersentak ketika pintu rumah terbuka dan menampilkan wajahnya yang tengah keheranan melihatku berjingkrat. Kakiku sedikit sakit karena mendarat tidak sempurna di lantai.
“Ow...maaf, aku...aku─ apa kau ketinggalan sesuatu?” Tanyaku, semoga saja dia tidak curiga dengan apa yang sedang kulakukan barusan.
“Hn.”
“Oh...” Aduh kenapa aku jadi salah tingkah seperti ini? “Ka...kalau begitu silahkan.” Kataku sambil memiringkan tubuh, mempersilahkan dia untuk lewat.
Dia melenggang meninggalkanku. Kakiku masih berdenyut sakit jadi tidak bisa langsung berjalan.
Ku lihat dia berhenti sebelum naik ke tangga menuju kamarnya. Dia berbalik menatapku, memperhatikan penampilanku lalu turun menuju kakiku yang sedang ku elus. “Apa kau terluka?” Tanyanya tanpa ekspresi.
Sejenak aku tersentak dengan pertanyaannya itu. Pertanyaan yang menandakan bahwa dia sedikit khawatir dengan keadaanku. Mungkinkah?
“Ah... hanya terkilir sedikit. Kau tidak usah khawatir?”
“Hn.” Gumamnya lalu kembali melanjutkan tujuannya. Namun sekilas tadi sepertinya aku melihat raut khawatir yang dia tunjukkan untukku. Tapi benarkah? Rasanya tidak mungkin dia seperti itu. Dia adalah manusia es berhati beku walau kadang sedikit hangat tetapi dinginlah yang lebih mendominasi.
...
Well, seperti biasa kantor adalah tempat tersibuk dalam keseharianku terlebih dengan rekan-rekan kerja yang memiliki sifat kekanakan. Bos bahkan melakukan intimidasi padaku dengan kerjaan-kerjaan yang terus dilimpahkan padaku.
Aku heran dengan sistem penerimaan kerja di kantor ini. Bagaimana bisa rekan satu divisiku bisa diterima di kantor ini dengan kinerja seperti ini terlebih dengan bosku sendiri. Bagaimana kerja otaknya itu? Dasar sial.
Dan satu hal lagi, apakah Jo tidak pernah memeriksa laporan bulanan yang diberikan padanya. Oh aku lupa jika hampir tiap bulan akulah yang sering mengerjakan laporan itu. Maksudku apakah Jo tidak pernah memperhatikan bagaimana para bawahannya bekerja?
Loh, kenapa malah aku menyalahkan Jo?
Tidak. Ini bukanlah salahnya. Kesalahan ini dikarenakan oleh para bawahan Jo yang tidak becus menjalankan tugasnya hingga akulah yang mendapatkan kesialan ini.
“Zahya, keruanganku segera.”
“Baik pak.” Desahku. Kapan aku bisa santai jika berada di kantor?
“Kau masih punya salinan untuk laporan bulan kemarinkan?” Aku mengangguk, malas menjawab pertanyaannya. “Kalau begitu, kau bawakan pada pak Jonathan.” Lanjutnya. Ku pikir dia sadar jika aku masih marah dengan perlakuannya yang seenak jidatnya.
Aku masih memandangnya dengan pandangan datar, tidak menyahuti ataupun bertanya bahkan tidak juga mengiyakan pertanyaannya.
“Kalau begitu kau boleh keluar sekarang.”
Aku bangkit berdiri dan memandangnya tidak suka. “Baik. Saya permisi.” Ucapku sebagai formalitas dan bukan sebagai bentuk penghormatan padanya.
Setibanya di depan ruang suamiku, tidak ku temukan asistennya yang biasa menyembut tamu. Aku pun mngambil inisiatif sendiri untuk memasuki ruangan itu, tetapi gerakan tanganku terhenti saat pintu tersebut sudah terbuka. Mataku seperti ingin mengeluarkan air matanya. Sakit, sakit sekali ketika melihat pemandangan itu.
Next : BAGIAN 9
Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
0 komentar:
Post a Comment