Fly with your imajination

Monday, February 6, 2017

Senja Di Penghujung Tahun - Kebenaran



Pair : Naruto-Hinata

NARUTO © MASASHI KISHIMOTO

WARNING: AU, OOC, OC (sedikit) typo (mungkin banyak), alur GaJe, (masih perlu banyak belajar)
.
.
.


.
.
.
.

KEBENARAN

Mereka bertiga berada diruang makan dengan makanan yang sudah dipesan oleh paman Naruto. Makanan yang terlihat lezat dan berwarna-warni. Tapi mereka sudah biasa makan makanan seperti itu karena mom mereka memang biasa memasaknya. Mom adalah chef yang paling hebat yang pernah mereka tahu.

Paman Naruto lebih memilih mengambilkan nasi dan lauk untuk masing-masing piring Boruto dan Himawari dari pada mengisi piringnya sendiri. Dia seperti kakek Hiashi yang juga suka mengambilkan lauk untuk mereka ketika berkunjung ke rumah mereka.

“Kalian harus makan yang banyak supaya cepat besar.”

Dan kata-kata itu juga biasa kakek Hiashi ucapkan setelah piring mereka terisi makanan. Tapi biasanya mom mereka sedikit mengomel ketika piring mereka masih banyak sisa ketika selesai makan karena tidak bisa menghabiskannya.

“Paman, ini terlalu banyak. Kami nanti tidak bisa menghabiskannya.”

“Iya, paman. Himawari benar. Kata mom, kita tidak boleh berlebihan. Dan menyisakan makanan itu juga tidak boleh, katanya banyak orang yang tidak bisa makan seperti kita di luar sana, jadi kita tidak boleh membuang-buang makanan.”

Naruto terpaku mendengar ucapan anak-anak di depannya itu, ucapan mereka membuat Naruto bangga. Mereka memang masih kecil tapi mereka sudah belajar tentang buruknya berbuat boros. Ibu mereka memang sangat hebat dalam mendidik mereka.

“Baiklah. Paman minta maaf, tapi makanan itu sudah terlanjur ada di piring kalian. Jadi mau tidak mau kalian harus menghabiskannya.”

“Tapi, paman. Ini terlalu banyak.”

“Kan kalian sendiri yang bilang tidak boleh membuang-buang makanan. Kalian tidak mau bukan jika barang yang sudah kalian beri pada orang lain, kalian ambil kembali?”
Boruto dan Himawari hanya bisa pasrah dan mengangguk menyetujui permintaan paman Naruto. mereka tidak mau seperti orang yang dikatakan oleh paman Naruto, karena kata mom mereka orang seperti itu harus dijauhi dan mereka tidak ingin dijauhi.

BRAK

Tidak berselang lama dalam kesunyian, ketika mereka makan, bunyi debuman keras dari pintu apartemen paman Naruto mengagetkan mereka.Seorang perempuan masuk dan menerjang paman Naruto, memeriksa seluruh wajahnya, tubuhnya, bahkan bola mata paman Naruto.

“Naruto, kau baik-baik saja, kan?”

Boruto dan Himawari menghetikan gerakan tangan dan kunyahan mulut mereka ketika melihat perempuan itu. Perempuan yang sama saat di bandara. Perempuan yang mereka kejar hingga membuat Boruto hampir tertabrak mobil paman Naruto.

“Bibi Hanabi.” Himawari meneguk cepat-cepat minumannya hanya untuk menyebutkan nama perempuan itu.

Perempuan itu berhenti dan menatap Boruto dan Himawari. Bola matanya membulat di balik kaca matanya, dia terkejut sama seperti dokter yang sudah memeriksa Boruto di rumah sakit tadi. Mungkin karena wajah mereka yang terlihat mirip.

“Menyingkirlah, Ino.” Kata paman Naruto yang terlihat jenuh dengan ekpresi berlebihan dari perempuan itu.

Perempuan itu membuka kaca mata ribennya hanya untuk melihat Boruto dan Himawari “Kalian anak Naruto?” tanyanya.

Boruto dan Himawari hanya menggeleng. “Jadi, bibi bukan bibi Hanabi?” kata Himawari dengan kecewa setelah melihat mata biru perempuan itu. “Ku pikir bibi adalah bibi Hanabi. Pantas saja waktu di bandara, bibi tidak berhenti saat kami panggil.” Lanjutnya sambil menunduk.

Wajah mereka murung seketika. Ternyata mereka sudah salah mengenali orang dari awal. Bibi itu bukanlah bibi Hanabi seperti yang mereka kira. Bibi itu hanya memakai wig dan kacamata untuk menyembunyikan dirinya dari fans-fans yang sudah menunggunya di bandara.

Perempuan itu bernama Ino Yamanaka, dia adalah aktris sekaligus sepupu paman Naruto yang baru pulang dari Korea Selatan setelah pemotretan bersama dengan salah satu aktor kondangan Korea Selatan. Kata paman Naruto film itu adalah film dengan campuran genre roman, action, dan humor, tapi Boiruto dan Himawari tidak mengerti tentang film itu.

“Oh, maafkan aku sayang. Aku tidak tahu kalau samaranku mirip dengan bibi kalian. Tapi, omong-omong, apa bibi Hanabi yang Himawari maksud itu adalah Hyuga Hanabi?”

Himawari dan Boruto mengangguk antusias, “Iya, bi. Bibi kenal dengan bibi Hanabi?” mereka berdua tampak senang dengan pertanyaan perempuan─ yang disebut in oleh paman Naruto, itu artinya bibi Ino mengenal dengan bibi Hanabi dan bibi itu bisa menghubungi bibi mereka untuk bisa cepat-cepat bertemu dengan kakek mereka.

sumber gambar google

.....

Naruto terkesiap saat jawaban itu meluncur dari bibir kedua anak di depannya. Jantungnya bagai tersengat listrik jutaan volt. Mata safir-nya melebar dan terus menatap Ino penuh tanya. "A-apa maksudnya?"

Ino juga bingung ketika mendengar jawaban dari anak-anak itu. Padahal, ia hanya asal tanya, tapi siapa sangka jawaban kedua anak itu benar-benar mengejutkan.

Namun, setahu Ino Hyuga Hiashi hanya memiliki dua anak perempuan dan Neji sebagai kakak sepupu, jadi orang tua anak-anak itu siapa? Hinata sudah meninggal ketika mereka masih remaja dulu dan tidak mugkin juga Neji atau Hanabi karena mereka belum menikah. Lagi pula umur anak-anak itu kemungkinan sudah tujuh sampai delapan tahun jadi tidak mungkin Hanabi, karena umurnya masih terlalu muda pada saat melahirkan, sedangkan Neji, tidak ada kemiripan pada kedua anak-anak itu. Kecuali...

Ino menatap Naruto, kemudian beralih pada anak-anak itu, lalu kembali ke Naruto dan begitu seterusnya hingga dia benar-benar yakin dengan pemikirannya.

“A-apakah ibu kalian bernama Hinata?” Ino bertanya ragu, sekilas melirik Naruto yang masih terdiam ditempatnya. Barangkali dia masih mencoba mencerna apa yang terjadi saat ini.

“Bibi kenal dengan mom?”

Pertanyaan dari kedua anak itu sudah cukup mewakili jawaban dari pertanyaan Ino. tapi bagaimana bisa Hyuga Hinata masih hidup sementara dulu mereka datang pada saat pemakamannya. Lalu Hinata yang dimaksud oleh anak-anak itu siapa? Ataukah ada yang disembunyikan oleh keluarga Hyuga? Memang untuk apa?

Di sisi lain, setelah mendengar perkataan mereka, Naruto diam. Tak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulut lelaki itu. Dirinya terlalu terkejut. Ia tetap bertahan dalam kesunyian semunya.

Jadi, sesuatu yang sedari tadi menganjal di kepalanya adalah ini. Kebetulan yang perlahan menguak akan kebenaran dan takut untuk mempertanyakannya.

Lantas mengapa mereka melakukan ini padanya? Membuat dirinya hidup dalam bayang penyesalan. Menipu dan membohongi semua orang dengan kematian palsu Hinata. Apakah ini bentuk balas dendam dari Hyuga untuk dirinya?

Jika memang seperti itu, maka mereka sudah berhasil. Mereka sudah berhasil memporak-porandakan perasaan Naruto. Hidup dalam penyesalan dan rasa bersalah selama bertahun-tahun.

Bagi Naruto, tidak ada yang lebih menyakitkan dari pada mengetahui sebuah kebenaran.

“Bisakah bibi Ino memberitahu bibi Hanabi kalau kami bersama paman Naruto, please? Kami tidak mau mom khawatir.”

“Iya, bi. Kami tidak mau mom marah. Mom sangat cerewet kalau marah,” kata Himawari. Wajahnya sangat menggemaskan dan Naruto menatap ekspresi itu. Ekspresi yang sama dengan wanita itu ketika menginginkan sesuatu. Ah... lagi-lagi anak-anak itu mengingatkan dia.

Jadi, apakah dia harus melakukan saran Gaara? Karena hanya itulah satu-satunya cara yang bisa membuktikan kebenaran semua ini.

“Hm... baiklah. Aku akan memberitahunya.” Ino menyetujui permintaan mereka.

"Terima kasih bibi"

"Oke.. kalau begitu kembalilah ke kamar kalian untuk istirahat." Mereka mengangguk dan turun dari kursi, "Tapi, sebelum itu bersihkan tubuh kalian."

"Baik, bi."

"Ah... Apa kalian ingin paman Naruto membantu kalian membersihkan tubuh kalian?"

Naruto tersentak menatap Ino penuh tanya dan sedikit kesal. Bagaimana tidak, dia masih memikirkan kebetulan dan kemungkinan jika ia memang memiliki hubungan dengan ke dua anak itu, juga Hinata yang masih hidup sampai sekarang dan Ino malah menawarkan kepada anak-anak itu jika ia bisa membantu membersihkan tubuh mereka. Wanita itu benar-benar menyebalkan.

Namun, walau pun demikian, tak dia pungkiri jika jauh dalam hatinya, ia merasa senang akan hal itu. Walau kebenarannya masih abu-abu dan jauh diraih, tapi dia merasa bahwa mereka memang memiliki suatu ikatan antara ayah dan anak.

"Bibi, kami sudah besar dan aku bisa membersihkan tubuhku sendiri. Tapi biasanya Boruto dibantu mom. Karena Boruto kadang mandi tidak bersih." Himawari cekikan ketika menceritakan Boruto.

"I...itu tidak benar, Paman. Aku biasa mandi sendiri, Hima bohong." Boruto membantah apa yang dikatakan Himawari, tetapi gelagatnya menunjukkan bahwa ia memang sedang bohong. Matanya memandang banyak arah dan telinga sebelah kanannya bergoyang.

"Tapi telingamu bergerak, Boruto. Itu tandanya kau bohong."

Naruto tertawa melihatnya. Mereka berdua terlihat menggemaskan. Hatinya berteriak jika kejadian yang dia alami saat ini bukanlah kebetulan biasa. Tuhan mungkin menjawab doanya dalam bentuk pertemuan dirinya dengan kedua anak itu. Boruto dan Himawari yang kemungkinan besar adalah darah dagingnya, anaknya bersama Hinata.

sumber gambar google
....

Di tempat lain, Hinata merasa perasaannya tidak karuan ketika mengingat anak-anaknya. Dia tidak tahu perasaan jenis apa itu, tapi perasaan itu perlahan menggerogoti tubuhnya hingga membuatnya kehilangan fokus.

Berkas--berkas yang seharusnya dia kerjakan malah terabaikan bahkan janji temu dengan perusahaan Hana Advertising ditunda demi untuk menenangkan perasaannya. padahal pertemuan itu sangat penting karena membahas salah satu proyek yang berhasil dia dapatkan dari beberapa saingannya.

Hinata tidak sanggup, jantungnya seolah diremas dan membuat perasaannya jadi tidak karuan ketika mengingat anak-anaknya.

Dia kemudian menghubungi Boruto, tetapi ponsel anaknya tidak aktif dan membuat Hinata semakin kalang kabut. Perasaan cemas perlahan merasuk dan menggerogoti setiap sel sarafnya. Tangannya gemetar hebat ketika menghubunginya beberapa kali dan selalu dijawab sama jika ponsel anaknya tidak aktif.

Hinata mencoba tenang, menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan. Mungkin memang ponsel anaknya tidak aktif dan mereka baik-baik saja.

Hinata kemudian menghubungi Hanabi, namun adiknya itu tidak mengangkatnya. Ia kemudian menghubunginya lagi, di derung ketiga Hinata baru bernafas legah.

"Halo, nee-chan ada apa?" suara Hanabi tampak serak sepertinya dia baru bangun.

"Oh, Hanabi apa kedua anak-anakku baik-baik saja?" Hinata tidak bisa menyembunyikan nada khawatir pada suaranya.

"Anak-anak? Maksud nee-chan apa?"

Deg

Jantung Hinata seolah dihantam gemuruh. Apa maksud perkataan Hanabi?

"Hanabi jangan bercanda! Aku benar-benar khawatir pada mereka."

"Nee-chan, aku benar-benar tidak tahu maksudmu. Apa Boruto dan Himawari datang ke sini?"

"Iya. Aku sudah mengirim banyak pesan karena teleponku tidak kau jawab. Anak-anak harusnya tiba hari ini. Dan bukankah ini adalah idemu?"

"Hahaha, maafkan aku nee-chan. Bercandaku kelewatan. Himawari dan Boruto memang tengah istirahat di kamar, mereka baru saja tertidur. Kau tahu kan perjalanan dari sana ke sini sangat jauh."

"Astaga Hanabi kau membuatku benar-benar khawatir. Kau tahu, sejak tadi perasaanku tidak enak kalau ingat mereka. Tapi syukurlah mereka baik-baik saja. Tolong jaga mereka Hanabi, aku mungkin akan menyusul tiga hari kemudian kalau pekerjaanku sudah selesai."

Hinata mendengar kekehan Hanabi di seberang, "Maaf nee-chan, sudah membuatmu khawatir seperti itu. Tapi, tenanglah, aku pasti akan menjaga mereka." Suara Hanabi terdengar bergetar dari tempat Hinata, tapi Hinata membuang jauh-jauh pikirannya itu, karena Hanabi sudah bilang jika mereka baik-baik saja.

Sementara di ujung sana Hanabi khawatir setengah mati, pasalnya dia tidak tahu kalau dua keponakannya itu akan tiba hari ini dan sms yang katanya dikirim oleh kakaknya tidak sekalipun dia baca. Salahkan ketelodorannya yang melupakan ponselnya di Kantor dalam keadaan tidak aktif dan sekalinya dia mau membuka ponselnya kesibukan kantor tidak mengizinkan. Lalu sekarang di mana dua bocah kesayangannya itu?
.
.
.
sumber gambar google
.
.
TBC

A/n : Sebelumnya minal aidzin wal faizin, maaf kalau Mickey banyak salah sama kalian terutama keterlambatan update fict. Sebenarnya fict ini sudah lama ingin sy publish, tapi ada kerjaan yang mengharuskan saya untuk fokus ke sana. Dan lagi saya sedang mencoba membuat sesuatu, jadi yah, fokus ku terbagi.

Btw, thanks buat kalian yang sudah review, fav, dan memfollow fict ini. Yah... Sy kira gak bakalan ada, hehehehe... Abiz pasaran, terlalu mainstrem. Hehehehe...

Sondankh641 : iya Menyesal itu memang gak ada gunanya, jadi yah, berusaha saja dan perbaiki.

Aug 13 c1 kenz : HEHEHE... Pertanyaanmu masih setengah terjawab. Nanti chapter selanjutnya lagi. Jadi tunggulah..

shafir : yah, mainstream sekali. Hahaha ^∆^, arigato.

lovechanhun6194 : waduh, ini belum terjawab di chapter ini, jadi tunggu kelanjutannya saja, oke. BTW, arigato.. ^,^

LuluK-chan473 : Hm... Tapi kan dia nyesel :'( (tapi gak ada juga sih, cewe yg mau...)

Alinda504 : Itu karena mereka salah orang, hehehe °∆°

SPECIAL THANKS FOR

Hyuuzu Avery, vikramout, ana, dewa, kenz, Hitampanjang, Guest, adam.muhammad.980, shafir, lovechanhun6194, hammerb101, Sondankh641, LuluK-chan473, Alinda504, QueenMamba, PearlLavender25, BrotherHeart, Hitampanjang.

Semoga kalian gak bosan baca fict-fict ku yang lain. Memang agak lama update, tapi percayalah pasti akan saya selesaikan.

Baiklah, sampai di sini dulu dan sampai jumpa di fict ku yang lain. •∆•

Mickey139

Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:
Comments
Comments

1 comment:

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com