Fly with your imajination

Thursday, July 19, 2018

Sly Vs Tsundere [Sequel Drunk 3/5]

Sebelumnya BAGIAN 2

Sly Vs Tsundere © Mickey_Miki
Pair: Naruto dan Hinata
Rate: M
Disclaimer : NARUTO © MASASHI KISHIMOTO dan semua character yang ada di dalam cerita ini
WARNING: AU,OOC, typo, alur kecepatan, ga⎯je dan lain-lain (suka-suka Mickey),
.
.
SUMMARY
Tentang bagaimana kelicikan Naruto dan sifat Hinata yang Tsundere dipertemukan.
Naruto mendekatkan bibirnya di telinga Hinata dan berbisik pelan. “Aku benar-benar tidak sabar untuk merasakan kembali tubuhmu─” Bisikan itu sangat sensual penuh godaan di telinga Hinata dan membuatnya terbang melayang, membayangkan sesuatu yang erotis bersama laki-laki itu.
“Maaf, brengsek. Tapi aku tidak bisa dan aku tidak mau. Tidak akan pernah mau”

WARNING
UNTUK ANAK DI BAWAH UMUR DILARANG MENDEKAT, MEMBACA APALAGI MENCONTEKNYA.
DILARANG KERAS MENGKOPI PASTE DAN MEREPOSNYA DI TERMPAT LAIN.
.
Bagian 3

sumber gambar : Pinterest

“Hinata, kau tidak apa-apa?” Sakura meyimpan berkas-berkas yang ia bawa di meja konan─ sekertaris Naruto─ yang sudah kosong dan menghampiri Hinata yang masih mengatur nafasnya. Wajahnya memerah.

Ah. Sial. Hinata merutuk dirinya dalam hati. Seharusnya tadi ia tidak usah meladeni Naruto dan langsung meninggalkan laki-laki itu sendirian dengan ocehannya yang membuat darah Hinata mendidih karena malu.

“Hinata?”

“Apa!?”

Sakura tersentak ketika mendengar bentakan Hinata yang terlampau keras. Baru kali ini ia melihat temannya dalam keadaan seperti ini. Biasanya, semarah apapun Hinata pada atasannya itu, ia tidak akan lepas kendali.

“Ah... Maafkan aku Sakura. Aku tidak bermaksud membentakmu. Well, kau tahu, aku baru saja ada di dalam dan iblis kuning itu mempermainkanku dan membuatku seperti ini. Jadi.. Jadi ku harap kau mau memaafkanku karena bentakanku barusan.”

“Aku tahu dan aku mengerti. Memang apalagi yang ia lakukan padamu hingga kau seperti ini?”

Hinata terdiam, memikirkan hukuman paling mengerikan sekaligus menggiurkan yang Naruto berikan padanya dan ia baru sadar, ia belum mendapatkan jawaban dari tolakannya itu. Astaga, apa yang harus ia lakukan sekarang.

Sial.

Lagi-lagi Hinata mengumpat dirinya, karena bisa-bisanya ia termakan kata-kata Naruto hingga melupakan tolakannya itu. Laki-laki itu memang sangat mudah mengalihkan sesuatu. Brengsek.

“Ah. Kau akan segera mengetahuinya, Sakura. Aku harus pergi sekarang, karena si brengsek kepala kuning itu menginginkan laporan yang tadi ia minta ku revisi. Aku pergi dulu. Sampai jumpa di Cidori.” Katanya menutup percakapannya dengan Sakura dan kembali ke ruangan untuk menyelesaikan pekerjaannya tadi.

...

Jantung Hinata berdetak sesuai dengan hentakan musik ketika memasuki Cidori. Bar dengan tema klasik dengan ornamen-ornamen ala romawi dulu juga kostum penari arab jaman dulu. Memang aneh, tetapi unik dan membuat lebih banyak pengunjung datang ke sini. Bar ini juga menyediakan fasilitas VVIP dan ruang pribadi jika ingin menyaksikan penari-penari telanjang untuk dirinya sendiri. Well, Hinata sih tidak peduli dengan fasilitas-fasilitas yang disediakan. Karena tujuannya adalah minuman cocktail yang diracik oleh bartendernya dan musik yang dimainkan oleh DJ nya. Itu semua bisa menghilangkan penat dari efek atasannya.

“Baiklah, Hinata sekarang cepat ceritakan apalagi masalahmu dengan Naruto hingga membuatmu lepas kendali seperti tadi!?”

Hinata menatap teman-temannya yang juga menatapnya. Ia menghela nafas panjang, “Yah... Kalian tahu, laporan yang tadi ia minta tidak kuselesaikan dan dia menghukumku. Hukuman yang paling mengerikan─ bahkan tidak pernah ku pikirkan sebelumnya. Bagaimana bisa dia meminta dan menghukumku seperti itu? Apa ia tidak puas mengerjaiku terus tiap hari? Ah.. Sial aku benar-benar membenci kepala kuning brengsek itu... Dan aku ingin sekali mem─”

“Hukuman seperti apa yang dia berikan padamu, hm?” Kata Tenten memotong keluhan Hinata serta memudarkan aura kejam yang keluar dari Hinata. Uh, Hinata kalau marah atau membenci sesuatu, benar-benar mengerikan. Ia bisa saja out of caracter dan melakukan apa yang dia katakan. Benar-benar mengerikan.

“Jangan memotong ucapanku Tenten, aku belum selesai bicara.”

“Hedeh...” Tenten memutar bola matanya, “Jadi hukuman seperti apa yang dia berikan? Apa ia memecatmu, memotong gajimu, atau menjadi pembantunya?” Tanyanya dan meminum cairan berwarna biru kesukaannya.

“Lebih parah dari itu.”

“Jadi?”

“Dia menyuruhku menjadi sekertarisnya. Bayangkan menjadi sekertarisnya. Posisi yang paling mengerikan. Kalian tahu kan dia seperti apa padaku, apa yang akan dia lakukan padaku jika aku menjadi sekertarisnya. Aku pasti akan dibunuhnya secara perlahan. Tolong aku kawan-kawan...”

“Kau sungguh aneh, Hinata. Padahal banyak sekali wanita di kantor kita yang menginginkan posisi itu. Lagipula bukankah itu juga adalah sesuatu bagus untukmu? Kan kau juga menyukai kepala kuning itu jadi kau bisa mencoba pendekatan dengannya.” Sakura menimpali percakapan mereka.

“Yah, kau benar Sakura...” Kata Ino sambil cekikikan.

“Hah!? Aku menyukainya? Apa kalian mabuk? Mana mungkin aku menyukainya, jika tiap hari ia selalu mengerjaiku. Menyuruh ini dan itu bahkan hal yang bisa dilakukan oleh OB sekalipun─”

“─aku ingat betul bagaimana reaksimu kala itu, ketika dia baru dipindahkan di perusahaan kita. Kalau aku tidak salah ingat, kau bilang ‘astaga dia adalah pria tertampan dan terseksi yang pernah ku lihat. Oh, bahkan walaupun dia memakai kemeja, otot-ototnya masih tercetak jelas, aku ingin sekali merasakannya, bagaima kontur tubuhnya, ah.. Pasti kekar dan keras lalu─”

Stoooop...!?” Hinata menghentikan ucapan ino yang mengingatkannya kesalahannya yang dulu. Ah, bisa-bisanya dia mengucapkan itu dulu apalagi dengan nada centil seperti wanita yang menginginkan pria menghangati tubuhnya? Uh... Ia benar-benar ingin kembali ke saat ia mengucapkan itu kemudian meralat semuanya dan mengatakan kalau laki-laki itu adalah laki-laki paling brengsek yang pernah dia tahu, mesum, suka menyiksa yang lemah terutama yang seperti dirinya dan pandai memanfaatkan emosi seseorang. Yah, seandainya ia bisa. Tapi itu tidak akan mungkin terjadi. Dan ia sangat menyesal.

Tapi kalau diingat-ingat, ia mengucapkan itu karena belum tahu bagaimana sifat asli dari lelaki itu, kan? Bagaimana perlakuannya untuk Hinata nanti? Sekarang ia tahu makna dari ‘don’t judge the book by it's cover’ karena sekarang ia mengalaminya. Walau dia adalah seorang pria yang terlihat keren dan seksi, ia tidak boleh serta serta menafsirkan apakah mereka memang terlihat seperti itu─ seperti yang terlihat. Karena tidak semua dari mereka terlihat sama dengan tampilannya.

“Itu karena aku belum tahu bagaimana sifat aslinya.” Dalihnya sambil menyesap minumannya di atas meja.

“Lalu sekarang?”

“Aku membencinya..” Jawab Hinata tegas.

“Yakin?”

Hinata mendelik ke arah Ino yang menanyainya. “Yah, tentu saja.”

“Kenapa aku malah berpikir sebaliknya.” Sakura tidak bertanya, kata-kata itu refleks keluar dari mulutnya. Dia menatap Hinata penasaran. Sambil menyesap minuman birunya yang baru diantarkan oleh waitress.

“Apa maksudmu, Sakura?”

“Bukankah kau akan segera menikah dengannya?”

Sentak Hinata menatap Sakura. “Dari mana kau tahu, Sakura?” Hinata menutup mulutnya cepat-cepat karena kecoplosan. Ia menatap teman-temannya dan bersumpah ia melihat seringai menyebalkan yang biasanya berakhir dengan bully. Dasar mulut tidak tahu tempat.

“Ara, kau mengakuinya. Hahaha... Tadinya kami tidak percaya, tetapi kau mengakuinya sendiri.” Kata Ino sambil terkikik

“Aku jadi iri padamu Hinata. Benar-benar iri. Sebentar lagi kau akan menikah dengan laki-laki yang kau sukai sementara aku yang jelas-jelas sudah menjalin hubungan tiga tahun bersama Sasuke, dia belum-belum melamarku. Hah... Aku juga ingin, Hinata...”

“Teman-teman, pertama kukatakan kalau aku tidak menyukainya. Kedua, aku membencinya, dan ketiga, apa mungkin aku bisa menjalani pernikahan seperti dibayangan kalian dengan dia? Itu tidak mungkin. Sangat tidak mungkin.”

“Kau yakin kau membencinya? Tapi sepenglihatan kami, malah sebaliknya. Lagipula bagian mana dari dirinya yang tidak kau sukai selain sifatnya─ eh, tunggu─ apa jangan-jangan Naruto juga menyukaimu, makanya dia selalu meyuruhmu supaya bisa melihatmu terus? Dan lagi sekertaris. Yah sekertaris. Bukankah itu posisi yang paling dekat dengan bos. Aw...” Ino berkata dengan sangat antusias.

Oh, rasanya Hinata ingin menjahit mulut Ino yang tiba-tiba saja berkata demikian, menghubungkan tiap bagian kisahnya yang selalu ia keluhkan pada mereka. Demi dewa Odin, Hinata benar-benar harus menyaring keluhannya yang akan ia keluhkan pada mereka supaya kejadian ini tidak akan terulang kembali.

“Tentu saja Ino. Lagipula sebentar lagi mereka akan segera menikah. Tidak ada pernikahan yang diawali dengan benci.”

“Tetapi kalau Ben-Cinta itu bukan masalah, ya kan? Hahaha...”

Seandainya mereka bukanlah sahabat-sahabatnya, Hinata akan dengan senang hati menghadiahkan mereka dengan botol bir di depannya. Memang dari segi mana mereka lihat kalau dirinya itu menyukai laki-laki mesum itu?

“Tidak kalian salah─”

“Oh, aku juga ingat ketika ia mabuk sebulan yang lalu, bukankah yang mengantarkannya pulang adalah pria Namikaze itu. Dia atasan kita, kan, si Naruto Namikaze? Benarkan?”

“Kau benar, Ino. Aku juga melihatnya. Dan kalian tahu, aku benar-benar kaget melihat Hinata yang tidak ingin melepaskan Naruto. Kau terlihat seperti Jalang, Hinata. Aku benar-benar kaget melihatmu seperti itu, sangat diluar dari karaktermu─ Mungkin mulutmu bilang membencinya, padahal yang sesungguhnya adalah kau benar-benar menyukainya─”

Sumpah, kepala Hinata rasanya ingin meledak karena kata-kata para sahabatnya itu. Ia jadi tidak habis pikir, bagaimana bisa ia berteman dengan mereka. Apa waktu itu ia tengah dihipnotis? Atau terkena ilmu vodo? Yah, mungkin saja begitu. Sial sepertinya aku harus lebih berhati-hati pada mereka. Terkadang musuh besarmu adalah orang terdekatmu sendiri. Batin Hinata kesal sendiri.

“Arrrrrgghhh... Sekali lagi aku tekankan. Aku tidak mungkin menyukai pria brengsek mesum seperti dia─”

“Aku meragukan itu, Hinata...” Kata Ino.

“Well, kita lihat saja nanti.” Lagi-lagi Tenten menyahuti cepat sebelum Hinata kembali berucap dan menyelesaikan kata-katanya.

Uh, demi Tuhan, Hinata benar-benar tidak ingin percakapan mereka semakin jauh dan membuatnya semakin terpojok. Ia benar-benar tidak tahan menjadi objek bully teman-temannya. “Arrrggh... Teman-teman ku mohon. Sudahlah, lupakan masalahku. Aku tidak ingin membahasnya lagi. Bukankah kalian kesini karena ingin bersenang-senang. So, lebih baik lupakan diriku─ masalahku. Anggap percakapan ini hanya angin lalu dan mari kita nikmati malam ini, oke...”

“Yah, Hinata benar. Kalian tidak usah semakin membulinya. Kalian tidak lihat, wajah Hinata sebentar lagi akan meleleh karena godaan kalian.”

Hinata seperti melihat malaikat yang turun ke bumi dan menyelamatkan ia dari bully teman-temannya. Ia sangat bersyukur dengan adanya Temari saat ini. Di antara teman-temannya yang lain hanya Temari yang tidak suka ikut membuly bahkan terkadang melerai dan menghentikan mereka semua.

“Terima kasih, kak Temari.”

“Sudahlah, tidak perlu berterimakasih. Lagipula sebagian dari kata-kata mereka memang benar. Kau benar-benar cocok dengan Naruto.”

Dan semua khayalan Hinata tentang Temari sang malaikat penolongnya, luntur saat itu juga. Ia malah melihat seorang iblis yang berkedok malaikat. Rupanya, Temari juga tanpa sadar sudah ikut dalam pem-bully-an itu.

“Ahahahaha.... Poor Hinata.” Kata Ino.


TBC


Lanjut baca di sini ya  BAGIAN 4
Mickey139


Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com