Fly with your imajination

Thursday, February 22, 2024

ANAK TOKO - Setan?

Sangat disarankan memberi kritik dan saran.

Main : Tini, Mila, Mulyadi, Agus, Ridho
Rate: T
Genre: Slice of Life
WARNING: AU, OOC, OC, typo, alur GaJe cerita se-mau-gue.
Story by
MICKEY139




SUMMARY :

Kisah para kacung alias anak toko yang ditempatkan di minimarket desa. Desa itu agak sepi, apalagi saat malam. Rata-rata aktivitas di lakukan saat pagi hingga jam delapan malam. Di sana tidak ada hiburan. Jadi, hiburan satu-satu nya anak toko adalah ketika pembeli datang ke toko.

~happy reading~


BAGIAN 2 : SETAN?

“Gus, sudah jam berapa?” Aku sedikit berteriak agar MD mendengar suaraku yang berada agak jauh dariku.

Sejenak dia berhenti menghitung uang kemudian melihat jam tangan. “Sejam lagi Bu baru tutupan.”

Aku mengangguk, kemudian lanjut mengisi barang kosong di rak display dan merapikan barang-barang. Tidak sampai setengah jam, Mila, Mulyadi, dan Ridho datang. Mereka membawa gorengan juga nasi bungkus yang langsung mereka simpan ke dalam gudang.

Toko semakin sepi, tidak ada lagi pelanggan yang masuk dan tepat jam sepuluh malam, Agus keluar untuk menutup folding gate. Mila, Mulyadi, dan Ridho keluar dari gudang dengan membawa kardus lalu melebarnya di depan kasir. Selanjutnya, mereka menata makanan di atas kardus.

“Itu kasus anaknya Bu Mega, betulkah?”

Aku hanya menaikkan alis, belum ikut nimbrung karena lebih memilih fokus untuk melakukan tutup bulanan.

“Yang katanya dibawa sama kalong wewe?”

Wajah Mila tampak antusias, dan aku juga memasang telinga tetapi tetap fokus pada pekerjaan.

“Itu serius apa bohongan? Jangan-jangan cuma dikarang saja. Tahu sendiri toh, itu Bu Mega bagaimana?” Aku berpaling pada Agus. Rupa-rupanya dia juga mendengarkan percakapan mereka.

“Betulan.” Ridho menyahut sambil mengangguk pelan. “Masalahnya itu anak tidak bisa bicara. Biar dipaksa bicara, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.”

Aku mengedipkan mata beberapa kali. Agak kaget. Kupikir Wewe Gombel itu hanya karangan orang-orang dulu untuk menakuti anak-anak, ternyata betulan ada. Aku jadi ingat kembali cerita yang selalu kakek ceritakan waktu masih kecil. Biarpun aku selalu mengeluh bosan dan minta cerita yang lain. Namun, kakek hanya tersenyum dan tetap menceritakan kisah Wewe Gombel. Jadi, inilah alasannya kenapa kakek selalu menceritakan kisah itu.

“Terus keadaan anaknya Bu Mega bagaimana sekarang?” tanyaku penasaran.

“Sudah baikan. Cuma masih tetap belum bisa bicara.”

“Kasihannya Didit.”

Aku mengangguk lalu melanjutkan pekerjaan dan mengabaikan obrolan mereka yang sudah berubah ke topik yang lain.

Hanya berselang lima belas menit, ketika kami masih menunggu loading tutup bulanan selesai, aku mendengar suara gesekan plastik di dalam gudang. Anak toko yang lain sepertinya tidak mendengar suara itu, sampai aku menyuruh mereka diam dan ikut memfokuskan pendengaran.

"Tikus?"

Aku mengerut, "Coba cek dulu."

"Mila, tidak ada yang kamu bikin toh? Cek coba."

"Loh, kok saya? Kamu saja. Kan dari tadi kerjamu cuma makan."

"Astaga, cuma ngecek aja, bicaranya banyak banget."

"Ya udah, kamu aja gih yang cek."

"Lah, kenapa jadi saya?"

Aku menghela, agak jenuh dengan sikap kekanakan mereka. "Kenapa kalian jadi saling suruh? Pergi saja cek. Teriak kalau ada apa-apa."

"Ih, bu jangan kasi takut, dong."

Aku mendelik pada Mila yang protes.

"Please, Bu. Jangan saya ya, Bu. saya takut."

Aku menghela. Agak jengkel juga. Padahal mereka takut, tapi malah bercerita horor?

Malas mendengar alasan mereka aku berbalik pada Agus. Meski sebenarnya dia juga malas, karena pekerjaannya pun belum selesai, tetapi dia tetap menurut. Untung saja, ada anak toko yang berani.

Kurang lebih lima menit, Agus keluar dengan kening mengkerut. Dia menjelaskan kalau tidak ada apa-apa di dalam gudang. Namun, satu menit setelah dia keluar suara plastik bergeser kembali terdengar. Kami semua saling pandang, tetapi tidak ada yang mau mengeceknya lagi.

Agus sebenarnya tidak takut, tetapi lebih memilih menyelesaikan tugasnya. Sementara aku sendiri pun menunggu sampai unduhan laporan bulanan selesai.

"Itu apaan, sih?"

Mila kembali bersuara setelah hening beberapa menit.

"Kalau penasaran, ya udah pergi cek aja."

Mulyadi menyahut. Namun, Mila tak lagi menyahut. Dia lebih asik memainkan gawainya sambil memotret dirinya.

Agus yang pergi mengembalikan pel, kembali masuk dalam gudang sembari mengecek tanpa kusuruh. Akan tetapi, setelah kembali beberapa menit kemudian, muka Agus menegang. Dia tidak bersuara dan hanya mendekat ke dekat kasir tempat Mila dan yang lain duduk.

Aku yang penasaran kemudian bertanya, tetapi agus hanya menggeleng dan bilang besok pagi baru dia jelaskan.

Selang beberapa menit kemudian, loading tutup bulanan akhirnya selesai, kami memulai acara tutup bulanannya dengan makan gorengan. Setelah makanan itu habis dan memastikan keadaan toko aman, kami akan kembali ke kos masing-masing.

Tapi, itu keinginan kami, sebelum kami sama-sama mendengar samar seperti bisikan yang jelas sekali itu bukan suara di antara kami.

Kami saling berpandangan. Wajah Mila dan Ridho sudah memucat. Badanku benar-benar sudah menggigil karena ketakutan. Dan, sebelum kami berlari, Pak Rahmat tiba-tiba muncul dari samping toko.

Mila jatuh terduduk, dia memegang dadanya yang kuyakini kalau jantungnya berdetak tak karuan seperti jantungku. Para laki-laki pun tampak kaget awalnya sebelum bersikap tenang, kecuali Ridho yang tadi sempat terpekik.

Rupanya, suara gesekan plastik yang kami dengar tadi berasal dari pak Rahmat yang sedang mengumpulkan buah salak dari kebunnya yang terletak di belakang toko kami, dan bisikan yang tadi memanglah suaranya karena mengadah kesakitan sebab dengkulnya menabrak balok yang menyembul dari pagar rumahnya.

Tapi, kenapa tingkah Agus seperti tadi? Dan, sekpresinya sekarang malah seperti ... ketakutan?

Aku menggeleng, tidak mau lagi memikirkan sesuatu yang bisa membuatku membayangkan hal-hal horor, kemudian ulang setelah berbincang sejenak dengan pak Rahmat.

Kendari, 21 Februari 2024

Mickey139


Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com