Penulis : Mickey139
🖤🖤🖤
Happy Reading
🖤🖤🖤
“Sekarang cewek mana lagi tuh?”
“hei...hei...hei... kau kenapa sih bicaranya gitu terus tiap aku membawa cewek?”
Yah... aku memang sering mangatakan itu padanya. Dia sering menggonta-ganti perempuan tiap kali kami ketemu. Bukan berarti gonta-ganti yang seperti kalian pikirkan. Terakhir kali kami bertemu bulan lalu dan dia bersama perempuan yang berbeda.
“sebetulnya apa sih yang kamu cari dari pacaran?” tanyaku dengan nada penasaran, “atau kau hanya ingin mengoleksi mantan?” tambahku.
“kau bisa menganggapnya begitu.” Jawabnya dengan nada bercanda.
“jadi itu memang benar yah?” tanyaku.
“hei... kau serius sekali. Aku hanya bercanda. Hahahaha....” tawanya, “aku bukan sepert itu.”
“lalu?”
“hm... walau kuceritakan, kau juga tidak akan mengerti.”
“maksudmu?”
“kau itu masih polos.” Aku menggembungkan pipiku, karena ucapannya.
“kau tidak akan mengerti bila belum merasakan cinta, selama ini kau terus saja melihatku membawa cewek yang berbeda. Itu semua karena aku masih mencari yang lebih cocok. Kau tidak mengertikan? Tentu saja, tidak karena kau belum merasakan apa itu cinta?”
lanjutnya.
Aku hanya terdiam mendengarkan ucapannya. ‘Kau kira cuma kau saja yang pernah merasakannya? Aku juga pernah dan itu sangat sakit’ ucapku dalam hati
“kau tidak akan mengerti sebelum kau merasakannya.”
Aku menunduk, entah kenapa kenangan yang telah bertahun-tahun kulupakan muncul kembali, “cinta itu bagaikan peluru, tak ada obat yang bisa mengobatinya.” Aku tidak tahu kenapa bibirku mengucapkan kalimat itu.
Dia diam dan memperhatikanku, “apa maksudmu?”
“aku akan menceritakanmu kisah cinta dari seorang gadis yang hanya diam-diam mencintai seseorang. kamu bisa mengartikannya angan-angan seseorang yang mengharapkan cintanya dibalas atau hanya cinta bertepuk sebelah tangan”. Aku memperhatikannya, menunggu tanggapan yang akan dilontarkannya pada ceritaku. Tak ada tanggapan darinya, akupun melanjutkan ceritaku.
“ada seorang gadis, dia mencintai seniornya. Awal pertemuan gadis itu dengan seniornya dimulai ketika seniornya tak sengaja melupakan alat-alat praktikum dirumahnya dan meminjam perlengkapan gadis itu. Entah kenapa, tanpa bertanya lebih lanjut gadis itu meminjamkannya. Anehkan?” Tanyaku padanya, dia hanya menyerngit, “padahal perlengkapan itu sangat penting, bila gak ada perlengkapan itu, gadis itu tidak akan bisa masuk praktikum dan itu berarti nilainya akan jelek”
Dia hanya menatapku, tak bersuara, dan menungguku untuk melanjutkan ceritaku.
“lama, gadis itu menunggu dan mencari senior yang sudah meminjam alat-alat praktikumnya, namun ia tak menemukan seniornya itu, padahal ia akan praktikum sebentar lagi. Tidak berapa lama, ternyata temannya yang mengembalikan alat-alat praktikumnya. Ada sedikit rasa kecewa yang timbul, yah seharusnya dialah yang mengembalikannya, dia yang sudah meminjamnya, kenapa malah temannya yang mengembalikannya. Pikir gadis itu.
“entah kenapa gadis itu terus memikirkan seniornya, padahal mereka baru bertemu. Bukan berarti gadis itu menyukainya, namun karena penasaran. Akhirnya gadis itu mencari tahu tentang seniornya. Setelah beberapa lama pencarian, akhirnya gadis itu mengetahui nama seniornya. Dia sangat senang. Padahal hanya nama saja dan itu sudah membuatnya senang.”
“wajarkan kalau kau senang jika menemukan sesuatu yang kau cari-cari. Yah walaupun itu hal yang sepele bagi orang lain, namun karena usaha dan kerja keras yang kau lakukan, pasti akan membuatmu bahagia.” Katanya. Aku terdiam, ternyata temanku ini bisa juga berkata bijak.
Aku melanjutkan ceritaku, “gadis itu sudah mengetahui nama dari seniornya, ia kemudian mencari tahu yang lain, memang aneh, bila kita berfikir kembali, mengapa gadis itu mencari tahu tentang seniornya padahal ia tak menyukainya. Bila hanya penasaran tidak akan sampai seperti itu. Akhirnya gadis itu sadar ternyata perasaannya bukan hanya penasaran melainkan sudah sampai taraf menyukai.”
“Berbulan-bulan telah terlewati, gadis itu hanya bisa mengaguminya secara diam-diam. Bahkan teman-temannya pun tak ada yang mengetahuinya.” Aku berhenti sejenak, meliriknya. Kedua alisnya mengkerut, bingung. Sebelum ia bertanya kudahului dia, “Mengapa? Yah karena ia malu, ia tidak ingin digoda ataupun diejek oleh temannya. Ia tak mau seperti temannya yang sering diejek karena juga menyukai seniornya di kelas lain.”
“akhirnya gadis itu dapat berbicara dengan seniornya itu, walau dalam keadaan yang bisa dikatakan sangat berbahaya, karena berbicara saat ujian diadakan. Seharusnya ia tak boleh melakukannya apalagi bertukar jawaban. Tapi karena orang itu adalah senior yang disukainya, dengan senang hati ia lakukan.”
“Menginjak semester pertengahan, ia mendengar suatu kabar, ternyata senior yang dikagumi itu sudah memiliki kekasih. Bagai ribuan kunai yang menancap di dadanya, hatinya sakit. Terlebih saat kalimat lain masuk di indra pendengarannya, bahwa seniornya itu akan melakukan apa saja untuk kekasihnya itu, termaksud bolos sekolah atau praktikum hanya untuk menjemputnya. Entah karena terlalu setia atau itu memang sudah menjadi sifatnya, dia melakukan itu.”
Kulirik temanku itu, ia ingin mengeluarkan kata-katanya, namun aku mendahuluinya.
“gadis itu akhirnya hanya bisa melihat seniornya. mengaguminya dengan diam-diam tanpa diketahui oleh teman-teman terdekatnya. Ia juga tidak pernah berharap hubungan seniornya dengan kekasihnya itu berakhir. Namun tidak dipungkiri di dalam hati terdalamnya ia berharap seperti itu.”
“hingga akhirnya kabar indah itu terdengar sampai ke telinganya. Seniornya akhirnya putus dengan kekasihnya, bagai jutaan kupu-kupu yang beterbangan di dalam perutnya, hatinya menghangat seakan-akan gunung es di hatinya telah dilelehkan oleh kabar itu. Ia ingin mendekatinya, namu sebelum itu terjadi ia diwajibkan ikut keluar kota untuk mengikuti program dari kelasnya.”
“Namun ia tak pantang menyerah, ia mencoba-coba mencari di media social tentang seniornya dan akhirnya pencariannya berhasil. Ia menemukan nama seniornya itu sedang mengomentari salah satu status dari temannya. Gadis itu pun meminta seniornya untuk menjadi salah satu temannya di media social itu. hingga akhirnya mereka bisa saling memberikan komentar tiap status mereka. Seniornya itu sangat respek, menanggapi tiap komentar yang dikirimkan gadis itu. mereka saling bercanda ria lewat media social itu.”
“sepulangnya ia dari program itu, ia berencana untuk mendekati seniornya itu, namun tanpa diduga-duga ternyata seniornya itu telah dekat dengan juniornya. Kau tahu rasanya jika ditimpa dengan palu 10 kg dari ketinggian 100 meter dan tepat mengenai jantungmu. Sakit. Yah rasa itulah yang tengah dialaminya. Sangat sakit. Ia berusaha untuk tetap berperilaku normal, tetapi tetap tidak bisa,,rasa sakit itu terus saja menjalarinya. Semakin ia berusaha untuk bersikap normal, rasa sakit itu semakin terasa. Hingga ia tak bisa lagi menahannya, ia kemudian menghubungi seniornya itu untuk menemuinya.”
“mereka janjian di taman rekreasi. Taman itu tak satu pun memiliki pengunjung, karena waktu itu memang masih dalam jam kerja dan sekolah. Gadis itu pun memberi tahu tentang semua perasaannya. Perasaan yang awalnya hanya penasaran, lalu berubah mengagumi, berkembang menjadi suka, dan berevolusi menjadi cinta. Dengan pipi yang dihiasi dengan air mata ia terus menceritakan semuanya.”
‘aku mencintaimu, sangat mencintaimu, perasaan yang telah kupendam selama tiga setengah tahun ternyata tak bisa lagi kutahan. Maaf jika aku mengatakannya, maaf jika dengan kata-kataku akan membuatmu tidak enak hati padaku. Maaf... maafkan aku, tapi aku benar-benar mencintaimu, aku juga tidak bermaksud untuk membuatmu menjauhi atau dijauhi olehnya. Aku hanya mencintaimu....’ Itu adalah kalimat yang diucapkannya dan tanpa mendengar kata-kata yang akan dikeluarkan dari seniornya itu, gadis itu kemudian berlari, terus berlari hingga tak melihat taman itu lagi.”
“keesokan harinya, gadis itu tak nampak lagi disekolahnya. Hingga menginjak minggu pun ia tidak masuk. Teman-temannya yang khawatir padanya tdiak digubris dan akhirnya ia pun pindah sekolah. Ia tidak mau lagi bertemu dengan seniornya itu, ia tak mau lagi merasakan sakitnya mencintai. Dan sampai sekarang ia tidak pernah lagi mendengar kabar dari seniornya itu.”
“apa itu tentang kisahmu?” tanyanya.
Aku tak menanggapi pertanyaan temanku itu, aku hanya menunduk, mataku terasa panas, mengingat semuanya hingga aku merasakan ada aliran air hangat yang memabasahi kedua pipiku. Aku menangis, meratapi kebodohan yang pernah kulakukan. Tanpa menunggu kata-kata yang akan terlontar dari mulut seniorku itu, aku meninggalkannya.
“apa kau sedih karena mengingat masa lalumu? Atau kau bersedih karena menyesali kebodohanmu di masa lalu?”
Aku tidak menggubrisnya dan terus saja menunduk. Ia merengkuhku, mencoba untuk menenangkanku.
“bila cinta harus berakhir dengan kesedihan, jangan pernah menyesal dengan sebuah pertemuan karena seseorang telah membuatmu sedih adalah orang yang pernah membuatmu bahagia.” Aku hanya mendengarnya tanpa merespon. “dalam cinta, meski kamu harus menunggu lama, percayalah bahwa cinta pasti membawamu ke tempat kamu seharusnya berada. Apa kau masih menyukainya?”
Aku hanya mengangguk dalam pelukannya. Memang tak dapat dipungkiri, setelah lima tahun tak pernah mendengar kabar darinya aku masih mencintainya dan tetap mengaharapkannya.
“kalau kalian berjodoh, kalian pasti akan dipertemukan lagi.”
.
.
.
.
.
.
.
.
O W A R I
.
.
.
.
.
.
Setelah mengeluarkan semua yang telah kupendam selama ini. Aku merasa lega, namun entah kenapa aku masih memikirkan seniorku itu.
Saat ini aku sudah dalam perjalanan pulang ke rumah. Tadi Riko sudah menawarkan untuk mengantarku pulang, namun aku menolaknya. Aku masih ingin jalan-jalan dan menenangkan pikiranku.
Aku berhenti di sebuah taman, tempat dulu aku menyatakan cintaku. Tiga bulan yang lalu, aku pindah ke kota ini, setelah lima tahun kutinggalkan. Kakiku melangkah masuk ke dalam taman itu. Namun terhenti setelah beberapa meter dari bangku yang pernah kugunakan untuk menunggu orang yang telah mengisi hatiku beberapa tahun yang lalu.
Mataku membulat. Perasaan yang sudah lama tak kurasakan kembali lagi. Perasaan hangat ketika bertemu dengan seniorku. Benarkah dengan apa yang kulihat saat ini? Seseorang yang berusaha untuk kulupakan berada di hadapanku. Duduk tepat di kursi tempatku menunggunya dulu.
Kakiku melangkah dengan berat untuk menghampirinya.
“hai...?” sapaku takut-takut. Ia mendongak untuk melihatku. “lama tak bertemu.” Lanjutku.
Matanya membulat, mungkin karena kaget melihatku, orang yang pernah menyatakan cintanya sedang berada dihadapannya. Ia berdiri dan merengkuhku dengan tiba-tiba.
“kau... kau pikir enak yah menunggu?” katanya di sela-sela rengkuhannya.
Aku hanya terdiam dan mendengarkan penuturannya, “kau memang menungguku tiga setengah tahun, tapi kau membuatku menunggumu selama lima tahun.”
Aku diam, tetapi air matakulah yang terus mengalir. “kau berlari meninggalkanku setelah mengungkapkan perasaanmu, dan tak mendengarkan penjelasanku. Kau pikir bagaimana perasaanku saat itu. Orang yang kucintai membalas persaanku, namun tak mendengarkan balasanku? Kau pikir bagaimana rasanya selama bertahun-tahun menunggu namun orang yang kita tunggu tak mengetahui perasaan kita?”
Aku makin terisak. Ternyata seniorku itu juga mencintaiku. Bodoh sekali aku saat itu, berlari meninggalkannya, tanpa mendengarkan jawabannya. Apa yang dikatakan Riko memang benar, jika jodoh pasti bertemu. Walau itu bertahun-tahun lamanya, kami telah dipertemukan lagi
.
.
.
.
.
.
.
.
.
END
Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Dan semua itu hanya fiksi 🤣🤣🤣
ReplyDelete