Fly with your imajination

Sunday, October 19, 2014

fanfict Naruto : Asam, Asin, Manis, Pahit - Ch 2

republish :
fanfict ini sebelumnya sudah aku publish, dan aku publish ulang dengan perubahan sana-sini.
moga cerita ini gak buat bosan.
silahkan lanjut membaca!..

cerita sebelumnya : baca [chapter 1]

Keberanian tidak selalu bersuara lantang. Kadang, keberanian adalah bisikan pelan di penghujung hari yang berkata, “Besok saya akan mencoba lagi” (Marry Anne Radmacher).

...
*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*

ASAM ASIN MANIS PAHIT
Chapter 2

*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*
...


 Asam, Asin, Manis, Pahit
Pair: SasuSaku
Rate: T
Genre: Romance, Hurt/Comfort, Drama & Roman
NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
WARNING: AU,OOC, typo, alur GaJe cerita se-mau-gue.
Story by
Mickey miki
~Happy Reading~
________________________________________


“apa kau pikir, pernikahan itu main-main? Jika kau hanya menikahi seseorang karena tanggung jawab, bukankah setelah tanggung jawabmu selesai kau akan meninggalkannya? Dan aku tidak mau itu terjadi padaku. aku hanya akan menikah dengan pria yang kucintai dan yang mencintaiku”

Sasuke kembali mendekap Sakura, “kalau begitu belajarlah mencintaiku, dan akupun akan belajar mencintaimu”

Sakura yang mendengarnya hanya bisa terisak dalam dekapan pria itu. Mungkin impiannya untuk menikahi pria yang seperti Sasuke tidak akan terwujud, malah Sasuke sendiri yang ia dapatkan.


::
::
::
::

Chapter 2
Sejuk, nyaman, dan tentram

Angin sepoi memainkan rerumputan liar yang tumbuh di pinggir jalan. Hembusan kencangnya menerbangkan dedaunan kering hingga jatuh berguguran, mengotori bangku yang sedang ia duduki sekarang. rambutnya merah mudanya melambai-lambai hingga sebagian rambutnya mengenai wajah ayunya. Sejenak ia memejamkan matanya menikmati tiap hembusan udara yang menerpa kulitnya.

Tersenyum

Sebelah tangannya terangkat, mengarahkan ke perutnya yang sudah mulai membuncit lalu membelainya penuh kasih. “Aku tidak mengira, kau akan tumbuh di dalam rahimku, Sayang.” Senyum bahagia terlukis di wajahnya─namun tampak sedikit kegelisahan dan kerisauan melingkupinya. Hari ini tepat tiga bulan setelah peristiwa itu bersama Sasuke, kejadian yang hampir merubah seluruh hidupnya.

Pandangannya beralih pada anak-anak yang bermain dengan riangnya─dengan ibu mereka yang mengawasi. Ia tak pernah mengira sebelumnya, bahwa dirinya akan mengalami hal seperti ini. Khayalan-khayalan masa depan akan dirinya berseleweran di kepalanya. Mungkin nanti juga ia akan melakukan hal seperti itu. Duduk bersama ibu-ibu lain, menggosip sambil mengawasi buah hati.

Menyesal.

Sejenak Sakura menghela, menengadahkan kepala menantang langit. Pikirannya dipenuhi saat ini. Rentetan peristiwa dari awal pertemuannya dengan Sasuke hingga saat ini. Kebohongan-kebohan yang dilakukannya untuk menutupi kehamilannya dari sahabat serta guru yang ia hormati. Tak dapat dipungkiri, dirinya memang menyesal melakukan kebohongan itu. namun di sisi lain ia juga tak bisa menutupi kalau dirinya sedikit bahagia. Yah. Sebentar lagi dirinya tidak akan merasakan kesepian. Sebentar lagi dirinya akan ada yang menemani. Sebentar lagi hidupnya akan lebih berwarna dengan kehadiran buah hatinya─mungkin bila Sasuke juga sebagai salah satunya.

Sakura kembali mengelus perutnya, merasakan getaran-getaran Si calon junior. Kurang lebih enam bulan waktu yang dibutuhkan agar Si cabang bayi lahir menghiasi dunianya. Senyum kembali terlukis di wajahnya. Ia sudah amat sangat ingin melihat anaknya. Senyum, tangis, maupun ketawa riangnya, ingin segera ia lihat.
...

Sesmenjak kejadian itu, memang baik Sakura maupun Sasuke belum menikah. Bukan karena Sasuke yang tak mau bertanggung jawab. Dari awal Sasuke─setelah kejadian itu─sudah melamar Sakura dan mengundangnya ke rumahnya untuk dikenalkan kepada kedua orang tuanya. Jika saja Sakura mau menerimanya. Namun Sakura menolaknya. Bukan karena tidak melihat kesungguhan Sasuke. akan tetapi, dia masih ingin melanjutkan study-nya, dia masih ingin belajar, banyak hal yang masih belum diketahui olehnya dan juga Ia masih ingin melanjutkan cita-citanya menjadi seorang dokter─walau itu mustahil.

.
.
.
*.*.*.*.*.*.*.*
.
.
.
Sebuah mobil lamborgini hitam berhenti tepat di depan sebuah taman dekat Rumah Sakit. Pengendaranya kemudian turun dan masuk ke dalam taman. Dia memakai setelan jas kantoran dengan sepatu pan topel yang mengkilat. Pandangannya lurus ke depan ke sosok wanita yang sudah menghiasi hari-harinya selama lebih dari dua bulan.

Sepanjang perjalanannya tak henti-hentinya ia mendapatkan berbagai macam tatapan─dengan arti yang berbeda-beda. Tidak hanya ibu-ibu, gadis, bahkan anak-anak remaja pun memperhatikannya. Tidak peduli bahwa laki-laki itu sedang menuju ke wanita yang sedang duduk di salah satu kursi taman itu. Dengan langkah yang arogan, dia terus saja berjalan tanpa mempedulikan tatapan-tatapan yang dilayangkan kepadanya.

“Sakura!” Panggil Sasuke sambil menyentuh pundak Sakura yang sedang membelakanginya.

“Kau sudah sampai rupanya.” Tanpa berbalik pun Sakura tahu siapa laki-laki itu.

“Hn.” Jawab Sasuke.

“Ngomong-ngomong kau ingin membawaku kemana?” Tanya Sakura heran. Tumben-tumbennya Sasuke ingin membawanya ke suatu tempat─walau tempat itu masih belum diketahuinya. Sasuke sendiri tidak memberi tahunya, katanya sih rahasia. Rahasia tidak akan menjadi rahasia kalau sudah diketahui.

“Ikut saja!” Titah Sasuke, tanpa memberikan jawaban pada Sakura, dengan lembut Sasuke menuntun Sakura untuk menaiki mobil.

Sasuke pun membawanya ke sebuah padang bunga yang indah. Banyak jenis bunga yang tumbuh di sana. Dari bunga kosmos, kembang kertas, bunga anyelir, bunga tahi ayam, bunga tahi kucing-bunga pukul delapan, bunga jam Sembilan, bunga lilin, bunga dandelion dan masih banyak lagi bunga yang tumbuh dengan liar di taman itu. Mereka semua tumbuh dengan cantik dan tampak terawat walaupun tumbuh dengan liar. Bunga-bunga itu tumbuh seakan-akan telah diatur sedemikian hingga membentuk suatu panorama lukisan yang indah.

Wah….. Kirei....!!” Seru Sakura takjub pada pemandangan di depannya.

Sakura berlari-lari kecil ke tengah-tengah bunga tersebut. Taman bunga yang mereka datangi adalah taman yang belum banyak orang tahu. Taman itu terletak di daerah terpencil, namun terdapat jalanan yang bisa dilalui mobil. Akan tetapi, jalan masuk menuju taman itu harus melewati hutan yang tidaklah jauh dari taman.

Sakura bermain-main dengan wajah yang sangat bahagia, memutarkan tubuhnya, sambil mengadahkan wajahnya ke atas langit. Sambil menutup matanya Sakura meresapi segala ciptaan yang tersuguhkan di depannya. Angin sepoi yang memainkan rerumputan liar yang tumbuh di padang itu juga menambah poin-poin keindahannya. Hembusan angin yang menerbangkan dedaunan kering dan bunga-bunga dandelion menerpa Sakura, terlihat seperti sebuah lukisan dari seorang pelukis hebat.


...

Sasuke yang sedang menyandarkan dirinya di pohon mengambil inisiatif untuk mengabadikan momen itu. Ia mengambil handphene-nya kemudian memotret Sakura yang tampak sangat bahagia. Hatinya ikut senang melihat ekspresi wanita-nya, senang dan bergembira layaknya seorang anak kecil yang tengah bermain-main dengan hadiah barunya. Berbeda dengan beberapa bulan lalu, terlihat kacau dan depresi. Tiga jepretan nampaknya cukup untuknya. Disimpannya kembali handphone-nya itu ke dalam saku celana agar tak ketahuan oleh Sakura.

“Kau sering kesini Sasuke?” Tanya Sakura yang sedang memetik bunga-bunga didepannya dan menyusunnya membentuk rangkaian bunga.

“Tidak.” Jawab Sasuke yang tengah duduk dan menyandar di sebuah pohon. “Aku pernah diajak kakakku ke sini, katanya ini adalah tempat favoritnya”

“Owh…”

“Sakura, kemarilah! Ada yang ingi kutunjukkan padamu.” Sasuke memukul-mukul rumput disampingnya.

Sakura benjalan menghampiri Sasuke, “apa itu?” Lalu duduk disampingnya.

“Lihatlah!” Tunjuk sasuke pada matahari yang mulai tenggelam.

“Sasuke, ini sangat indah…!” Takjub Sakura melihat pemandangan itu. Pemandangan saat matahari akan terbenam di antara gunung-gunung. Ia tahu bahwa negaranya memiliki julukan matahari terbit, namun matahari terbenam di negaranya juga sangat indah.

Bersamaan dengan matahari yang mulai terbenam, warna langit ikut berubah. Merah, kuning, jingga, biru, dan ungu bersatu padu membentuk suatu pemandangan yang memanjakan mata. Indah dan romantis. Apalagi dirinya hanya berduaan dengan Sasuke─duduk dengan menyandarkan kepala di bahu ptia raven itu di bawah pohon. ‘Romantisnya’ batin Sakura girang.


...
...
...
...
...
“Sakura...─” Sasuke menggantungkan kalimatnya sesaat hingga Sakura menatapnya. “Besok kau sibuk tidak?” Lanjutnya sambil tetap focus pada jalan namun sesekali ia melirik Sakura.

“Tidak. Ada apa?” entah kenapa perasaan wanita musim semi itu jadi tidak enak. Ia kemudian menatap jalan samping mobil dari kaca jendela.

Sasuke tersenyum tipis mendengar jawaban Sakura. “Besok, kita akan ketemu orang tuaku.” Ucapnya tenang─tak mengalihkan pandangannya dari jalan raya.

Ohok…. Ohok…. Ohok…

Sakura tiba-tiba terbatuk dan sentak membuat Sasuke khawatir.

“Kau tidak apa-apa?” Ucap Sasuke setelah menepikan mobilnya kemudian menatap Sakura khawatir sambil memberikan air mineral. “Ini minumlah! Hah… kau tidak apa-apakan? kenapa kau tiba-tiba terbatuk?” Tanya Sasuke khawatir sambil mengelus-elus punggung Sakura, agar Sakura merasa lebih baik.

“Aku tidak apa-apa. aku hanya keselek ludahku sendiri kok. Hehehe...” cengir Sakura.

“Kau aneh sekali. Aku baru dengar ada orang yang bisa tersedak ludah sendiri?”

“Itukan gara-gara kau sendiri yang tiba-tiba mengatakan itu. Akukan masih belum siap bertemu dengan mereka..” Sakura cemberut dan memajukan bibirnya, tampak lucu di mata Sasuke.

Sasuke yang melihat itu kemudian mencubit pipinya, “tentu saja, kita sebentar lagi akan menikah, jadi kau harus bertemu dengan kedua orang tuaku. Tidak mungkinkan kau baru bertemu dengan orang tuaku setelah kita menikah?” Kekeh Sasuke kemudian kembali melanjutkan menyetir mobil untuk segera pulang.

“Tapi aku takut mereka tidak akan menyukaiku.” Sergah Sakura pelan. “Aku hanya sendiri di dunia ini, aku tidak tahu keberadaan keluargaku yang lain─dan apa yang akan nanti mereka pikirkan tentangku?” Ucap Sakura sendu. Mengingat kedua orang tuanya pergi mendahuluinya ketika dia masih menginjak masa-masa SMA, kecelakaan lalu lintas.

Sakura menundukkan kepalanya. Kembali ketika dirinya masih berstatus sebagai siswi senior high school, kedua orang tuanya meninggalkan dirinya sendiri tanpa pamit terlebih dahulu. Meninggalkannya pada saat masa pertumbuhannya dan masih membutuhkan kasih sayang mereka─walau pun sampai sekarang pun dia masih sangat membuthkan kedua orang tuanya.

Pernah terbesit dalam benaknya untuk mengikuti kedua orang tuanya, mengakhiri hidupnya dengan jalan bunuh diri. Namun niat itu tak pernah tersampaikan karena sahabat-sahabatnya yang selalu menemaninya. Mendukung dan menyokongnya. Hingga akhirnya dia bangkit dari keterpurukannya dan mulai menata kehidupan barunya.

Lain halnya dengan Sasuke yang menganggap perubahan Sakura itu adalah karena takut bertemu dengan kedua orang tuanya. Dia memang sudah mengetahui bahwa kedua orang tua Sakura telah lama tiada, namun ia tak mengetahui bahwa Sakura pernah melakukan percobaan bunuh diri karenanya.

Memang sehabis kejadian malam itu, Sakura mengalami depresi berat hingga dia tidak melakukan dinas malamnya seperti biasa yang untungnya sahabatnya Ino bisa mencari alasan untuk ketidak-hadirannya itu yang bisa ditolerin oleh Tsunade─selaku pemilik Rumah Sakit tempat Sakura dinas.

Dibelainya rambut wanita musim semi itu penuh kasih. Mengurangi─setidaknya sedikit kecemasan yang melandanya. Ia yakin Sakura sangat cemas akan pertemuannya besok dengan kedua orang tuanya. Dia pun juga sangat khawatir akan hal itu. Namun jika mereka tidak bertemu besok, ia tak yakin akan ada kesempatan yang bisa dia dapatkan.

“Tidak apa-apa, jangan khawatir! Apapun yang terjadi aku akan selalu disampingmu.” Ucap Sasuke menyemangati. tidak mengetahui, bahwa sebenarnya Sakura tidak terlalu mencemaskan hal itu. walaupun Sakura juga sedikit kawatir dengan pertemuannya besok. Akan tetapi, bersedih mengingat masa lalunya─orang yang sangat dikasihinya─orang tuanya sendiri yang telah meninggalkan dirinya sendiri.

“Baiklah!” Ucap Sakura kemudian.
...
...
...

Setelah sampai di depan aparteman Sakura, Sasuke memberikan kecupan di pucuk kepala Sakura, “masuklah! Aku tidak ingin kau sakit karena berlama-lama di luar. Dan─” Sasuke berhenti sejenak sambil menyentuh dan mengelus-elus perut Sakura, “aku tidak ingin dia kenapa-kenapa, Sakura.” lanjutnya kemudian yang membuat Sakura hanya bisa merona malu dan mengikuti perintah Sasuke.

“Oh ya, Sakura, jangan lupa besok?!” Ucap Sasuke sebelum beranjak keluar dari depan apartemen Sakura.

Sakura berbalik dan menganggukkan kepalanya. “Hati-hati dijalan!” Sakura kemudian masuk dan menutup pintu apartemennya. Sasuke yang sudah memastikan Sakura masuk kemudian pulang ke apartemennya.

.
.
.
.
*.*.*.*.*.*.*.*.*
.
.
.
.
Sasuke dan Sakura berjalan menuju mansion Sasuke, setelah sebelumnya Sasuke menjemput Sakura di apartemennya. Sakura mengenakan pakaian yang sederhana dengan baju dress selutut tanpa lengan bewarna biru muda dan dipadukan dengan cardigan. Sakura juga memakai sepatu yang tingginya hanya 5 cm. walau sederhana namun cukup elegan dilihat.

Sakura berjalan dengan gugup seakan-akan dia berjalan menuju tempat eksekusinya. Jantungnya semakin berdetak cepat tatkala Sasuke membuka pintu mansion itu dan menyuruh Sakura untuk masuk dan mempersilahkan Sakura duduk di sofa untuk menunggu kedua orang tua Sasuke.

Sambil menunggu kedatangan Sasuke dengan kedua oramg tua-nya, tak henti-hentinya Sakura memanjatkan doa pada Kami-sama agar pertemuan mereka lancar. Manutup mata sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya. Khusuk agar doanya tersampaikan pada Kami-sama.

Setelah selesai berdoa, Ia kemudian mengalihkan pandangannya ke segala penjuru ruangan itu. Tampak raut kekaguman yang terpancar di matanya. Ruangan itu sangat berbeda dengan apartemen miliknya atau bahkan rumahnya yang dulu. Ruangan itu tidak memiliki dinding pembatas dengan tangga menuju lantai kedua. Mirip seperti sebuah istana yang pernah ia lihat di TV. Perabotan-perabotan rumah itu terlihat sangat mewah dan diatur sesuai dengan tata letak yang tepat. Lukisan-lukisan karya dari pelukis terkenal turut menghiasi dinding-dinding dalam ruangan itu─yang ia tak tahu─seperti Michaelangelo Buonarotti, Pablo Ruiz Picasso, dan J. M. W. Turner, terlihat dari tanda tangan di sudut lukisan itu.

Tidak beberapa lama kemudian kedua orang tua Sasuke muncul. Pria di samping kanan Sasuke sangat mirip dengannya baik rambut maupun matanya juga ekspresi wajah datarnya sangat mirip dengan Sasuke. Dia adalah ayah Sasuke, Fugaku Uchiha, salah satu pemilik perusahaan yang sukses dan menempati tempat pertama dalam bursa saham international. Sedangkan wanita di samping kirinya, terlihat sangat anggun dan cantik walau di usianya yang terbilang tidak muda. Dia juga adalah sorang pengusaha. Pengusaha Fasion, memiliki butik-butik yang banyak diminati oleh orang-orang dengan kasta tinggi. Selain itu, dia juga adalah seorang designer terkenal dan telah menciptakan model-model pakaian yang paling diminati oleh para aktris dan actor holiwood.

“Sakura ini adalah orang tuaku.” Sakura kemudian melakukan oiji kepada kedua orang tua Sasuke.

“Oto-sama, oka-sama, ini adalah Sakura.” Ucap Sasuke, seraya memperkenalkan Sakura pada mereka.

“Perkenalkan, saya Harno Sakura!” Sakura kemudian menjulurkan tangannya ke ayah Sasuke.

“Hn.” Jawab ayah Sasuke seraya menerima uluran tangan Sakura.

“Oh... iya, silahkan duduk!” Jawab ibu Sasuke seraya menyuruh Sakura untuk duduk.

“Sasuke, siapa dia?” Tanya ayah Sasuke tegas dan tampak adanya raut ketidak sukaannya pada gadis itu─menurut pandangan fugaku─dan juga sedikit heran, pasalnya baru kali ini Sasuke membawa seorang gadis ke rumah mereka.

“Dia calon istriku, ayah” jawabnya mantap dan tanpa ada keraguan.

“Apa maksudmu? Calon istri?” Tanya Fugaku dengan raut kaget. Ibu Sasuke yang mendengar penuturan Sasuke juga kaget.

“Iya oto-sama!” Sasuke menjawab ayahnya sambil memegang tangan Sakura dan menatap ayahnya, “Aku ingin dia menjadi istriku.” Lanjutnya.

Fugaku dan Mikoto saling memandang, ada raut tak suka dari kedua orang tua Sasuke. Ibu Sasuke kemudian memandang Sasuke, “Sasuke, apa kau sudah yakin nak?” Tanyanya lembut dan menuntut kepastian dari Sasuke.

“Iya oka-sama, aku sangat yakin.” Jawabnya mantap.

Ibu Sasuke yang mendengarnya, merasa tak suka. Pasalnya keluarga Haruno tak pernah dia dengar sebelumnya, dia tidak mau anaknya mendapatkan seorang perempuan yang asal usulnya tidak jelas.
“Sakura-chan!” Panggil ibu Sakura.

“Iya.” jawabnya dengan ragu-ragu, “a..a..ada apa?” Lanjutnya dengan gugup.

Ibu Sasuke memperhatikan penampilan Sakura dari atas hingga bawah, “kau… kuliah atau bekerja sekarang?” Tanyanya kemudian.

Sakura yang dipandangi oleh ibu Sasuke hanya bisa menunduk malu, iya tidak tau kenapa ibu Sasuke melihatnya seperti itu. Baginya penampilannya kali ini bagus dan tidak ada yang salah, ‘apa ada yang salah yah, dengan penampilanku,? Kenapa ibu Sasuke melihatku seperti itu?’ batin Sakura. “Saya masih kuliah. Saya mengambil jurusan kedokteran di universitas kirin.” Sakura menjawab masih dengan malu-malu.

Sebetulnya Universitas Kirin yang ada di Konoha adalah salah satu Universitas terbaik di Dunia dan Sakura bisa masuk ke Universitas itu. Bukankah itu hebat. Banyak orang yang berusaha masuk di sana tapi tidak berhasil lolos. Di universitas Kirin, bukan hanya uang yang dibutuhkan melainkan juga otak, sehingga mahasiswa atau pun mahasiswi yang masuk haruslah pintar dan memiliki harta banyak. Selain itu, universitas Kirin juga menyediakan beasiswa bagi mahasiswa/mahasiswi yang membutuhkannya. Salah satunya adalah Sakura.

“Mmm…!” Mikoto sedikit mengangguk, “Kalau orang tuamu bekerja di mana?” Lanjutnya, ia penasaran dengan keluarga Haruno itu. Sebetulnya dia telah mencari tahu tentang Sakura ini.

“Yah…!” Sakura tersentak. “Ayah dan ibu saya sudah meninggal sejak saya masih SMA, dan sekarang saya tinggal sendiri di sebuah apartemen.”

Ibu Sasuke yang mendengarnya kemudian menatap Fugaku. ‘ternyata benar apa yang dikatakan Kabuto, anak ini sudah tidak punya orang tua’ batin Mikoto. Raut tak suka kemudian ditunjukkan kedua orang tua Sasuke. “Owh, jadi selama ini kamu hidup sendiri?” walaupun tutur kata yang dilontarkan ibu Sasuke lembut, namun terdapat nada meremehkan pada kalimatnya tersebut dan sangat jelas sekali.

“I…iya, Uchiha-san” Sakura semakin tidak enak hati dengan pertanyaan ibu Sasuke.

“Kau ternyata mandiri. Apa kau bekerja paruh waktu untuk membiayai kuliahmu?” Sakura mengiyakan sebagai jawabannya dan semakin menunduk. Ia tahu sebentar lagi pertanyaan ibu Sasuke itu akan mengarah kemana.

“Tapi bukankah membiayai kuliah dan kehidupanmu itu sangatlah membutuhkan biaya yang cukup banyak apalagi saat ini biaya kuliah semakin mahal. Kau tidak mungkin bekerja di tempat hiburan malamkan. Karena setahuku hanya ditempat itu yang memberikan gaji di atas rata-rata untuk pegawainya.” Baik Sakura maupun Sasuke yang mendengar pertanyaan Mikoto, terlonjak kaget. Sasuke yang lebih kaget, pasalnya dia belum pernah mendengar kata-kata kasar keluar dari ibunya walau pun nadanya terkesan lembut.

Sebetulnya ibu Sasuke tidak ingin berbicara seperti itu, tetapi karena kekhawatirannya akan pilihan anaknya itu, pertanyaannya meluncur begitu saja dari mulutnya. Mikoto hanya tidak ingin Sasuke memilih wanita yang salah. Jadi wajar pertanyaannya begitu─wajar dalam artian dirinya sendiri.

“Eh?” Sakura tercengang. Matanya memanas, namun ia tahan bulir air mata yang akan membasahi pipinya.

Sasuke yang merasa pertanyaan ibunya sudah keterlaluan, mengambil lengan Sakura, “Cukup ibu!” Bentak Sasuke pada ibunya. Ia berdiri dan hendak membawa Sakura keluar dari mansionnya. Rasa penyesalan timbul seketika setelah kata-kata itu keluar dari bibirnya, terlebih melihat raut wajah ibunya yang berubah sendu. Ingin rasanya ia meminta maaf atas ucapannya tadi, namun ia juga tidak bisa melakukannya. Mereka akan semakin memojokkan Sakura dengan perkataan-perkataan mereka.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
Next to [chapter 3]

Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com