Fly with your imajination

Tuesday, May 13, 2025

ANAK TOKO - Gara-Gara Ikan Asin

 


Sangat disarankan memberi kritik dan saran.

Main : Tini, Mila, Mulyadi, Agus, Ridho
Rate: T
Genre: Slice of Life
WARNING: AU, OOC, OC, typo, alur GaJe cerita se-mau-gue.
Story by
MICKEY139




SUMMARY :

Kisah para kacung alias anak toko yang ditempatkan di minimarket desa. Desa itu agak sepi, apalagi saat malam. Rata-rata aktivitas di lakukan saat pagi hingga jam delapan malam. Di sana tidak ada hiburan. Jadi, hiburan satu-satu nya anak toko adalah ketika pembeli datang ke toko.

~happy reading~




Siang itu, matahari begitu terik. AC minimarket mati karena pemadaman listrik, alhasil orang-orang yang mengantri di kasir ikut kepanasan.

Seorang langganan masuk dengan wajah riang. Langkahnya semangat seperti orang yang sudah menahan diri lama untuk datang berkunjung.

"Selamat datang di April Mart."

Pelanggan itu balas sapaan Agus dengan senyum.

“Mas, di mana ikan asin?” tanya pelanggan itu ke kasir.

Mila mengerut, sambil melayani pelanggan lain yang ingin membayar dia membalasnya dengan ramah. "Ikan Asin kosong, Pak." Meski sebenarnya Mila yakin kalau tokonya tidak pernah menjual ikan asin sebenlumnya.


Agus menghampiri pelanggan itu yang tampak bingung, lalu menjelaskan, "Kalau di sini, Pak biasanya hanya jual makanan instan, kayak camilan, indomi. Kalau ikan asin kita belum pernah masuk.”

Pelanggan itu menatap Agus tajam. “Masak minimarket modern tidak jual ikan asin? Saya yakin dulu pernah beli di sini.”

Agus menggaruk kepalanya, "Tapi, memang tidak pernah masuk, Pak."

"Bilang aja kamu malas layani saya. Gak usah beralasan!"

Agus panik. “Bukan gitu, Pak. Saya cek di sistem kalau begitu!”

Agus pun dengan serius mengetik “ikan asin” di komputer kasir. Muncul satu hasil: "Snack Ikan Asin Rasa Keju".

“Ini aja, Pak. Ikan asin rasa keju!” kata Agus sambil senyum bangga, menunjukkan bungkus berwarna kuning cerah bergambar ikan mengenakan topi koki.

Pak Budi mendesah. “Mas… saya butuh ikan asin beneran, yang asin, bukan yang pakai perasa keju dan disenyumin kartun!”

Agus tidak tahu mau bagaimana lagi untuk melayani pelanggan itu. Dia ingin bertanya pada Mila, tetapi gadis itu sibuk melayani pelanggan.

Tidak lama datanglah Bu Sitti, pelanggan lain yang dikenal cerewet dan selalu tahu segalanya. “Ikan asin tuh biasanya diselipin di rak bumbu dapur, deket kecap! Tapi kemarin kayaknya ada ibu-ibu beli banyak buat lauk arisan.”

Pelanggan itu langsung lari ke rak kecap, dan benar saja — tinggal satu bungkus ikan asin ukuran kecil.

Dengan semangat membara, ia bawa bungkus itu ke kasir. “Ini dia! Akhirnya! Cepet totalin!”

Agus dengan sigap memindai barcode.

“Totalnya… seratus lima ribu rupiah, Pak.”

Pelanggan itu terkejut bukan main. “Se...seratus lima ribu?! Ini ikan asin apa ikan asin edisi kolektor?!”

Agus kaget, lalu ngecek lagi.

“Oh! Maaf Pak, saya salah scan. Itu tadi parfum ‘Ikan Asin’.”

Semua pelanggan yang antre di belakang langsung tertawa. Bahkan Bu Rini sampai duduk di lantai sambil tepuk-tepuk paha. “Parfum ikan asin?! Siapa yang mau nyium begituan?!”

Akhirnya, setelah semua kekacauan itu, Agus berhasil memindai harga yang benar.

“Jadi, dua puluh ribu rupiah, Pak.”

Pelanggan itu membayar dengan lega, sambil berkata, “Besok-besok, saya mending ke pasar aja. Minimarket ini terlalu modern buat ikan asin!”

Agus hanya tersenyum mendengar gerutuan pelanggan itu dan juga bingung kenapa ada parfum dengan nama seaneh itu.
Mickey139



Share:

Sunday, May 11, 2025

Rindu yang Tak Lupa

 






Main : -
Rate: T
Type : Poetry
WARNING: AU, OOC, OC, typo, alur GaJe cerita se-mau-gue.
By
MICKEY139


Rindu yang Tak Pernah Lupa

Desis malam memecah keheningan
Membawa kenangan lama yang telah kikis
Tak mau tahu tentang sedih
Menghantam bertubi-tubi

Sunyi menjadi saksi
Betapa hati ini remuk redam
Dalam gelap, aku bicara pada bayang
Yang dulu pernah kupeluk dengan tenang

Cinta yang kau tinggal di sudut waktu
Masih bernapas dalam ratapku
Meski perpisahan sudah satu periode
Bayangmu masih kutemukan di antara bintang

Aku tak lagi menangis lantang
Tapi air mata tetap pulang
Menyusuri pipi tanpa suara
Karena rindu tak pernah lupa

Jika malam masih setia menyapa
Maka luka pun tak akan lupa
Pada janji yang tak sempat selesai
Dan perpisahan yang terlalu usai

Kendari, 12 Mei 2025
Share:

Wednesday, May 7, 2025

Angkot dan Baris Ketiga [8/8]

Main : Raka, Naya
Rate: T
Genre: Teenfict
WARNING: AU, OOC, OC, typo.





SUMMARY :

Cerita ini mengisahkan Naya, siswi SMA yang cuek dan suka baca novel alien, yang tanpa sengaja bertemu Raka, cowok nyentrik dan jenaka, saat sama-sama naik angkot. Pertemuan mereka yang awalnya konyol—karena tas jatuh—berlanjut jadi kebiasaan duduk bersama di baris ketiga angkot yang sama setiap pagi..

~happy reading~




Epilog: Payung, Pesan, dan Pagi yang Baru

Sudah dua bulan sejak Raka pindah ke Bandung.

Baris ketiga kini jarang diduduki Naya. Sesekali ada orang baru yang duduk di sebelahnya, tapi tidak ada yang menggantikan cara Raka duduk sambil menyandar sedikit, atau cara dia menyelipkan komentar nyeleneh di tengah macet.

Payung Hello Kitty masih tersimpan rapi di loker Naya. Kadang-kadang, saat hujan turun dan semua orang sibuk berteduh, Naya membawanya—bukan karena ingin basah-basahan, tapi karena ingin merasa dekat dengan kenangan.

Satu hal yang tetap konsisten: chat jam aneh Raka.

📱 Raka – 01:17
Nay, kalo alien beneran datang dan ngajak lo pindah planet, kabarin ya. Gue ikut.

📱 Naya – 01:19
Asal lo siap makan ikan asin rasa Mars.

Mereka tidak tahu bagaimana masa depan. Jarak bisa berubah, sekolah bisa pindah, dan baris ketiga bisa terisi orang baru. Tapi mereka punya sesuatu yang lebih kuat dari rutinitas pagi: kenangan yang lucu, manis, dan aneh.

Dan cinta yang... pelan-pelan tumbuh. Tanpa mereka sadari. Di antara lagu dangdut remix, angkot mogok, dan satu payung berkarakter kucing pink.

Pagi itu, seperti biasa, Naya duduk di angkot. Sendirian. Tapi hatinya tidak kosong.

Karena ia tahu, di suatu tempat, ada seseorang yang juga duduk di baris ketiga, memikirkan hal yang sama.

sumber gambar : pinterest


SEBELUMNYA CH LENGKAP

Share:

Angkot dan Baris Ketiga [7/8]

Main : Raka, Naya
Rate: T
Genre: Teenfict
WARNING: AU, OOC, OC, typo.





SUMMARY :

Cerita ini mengisahkan Naya, siswi SMA yang cuek dan suka baca novel alien, yang tanpa sengaja bertemu Raka, cowok nyentrik dan jenaka, saat sama-sama naik angkot. Pertemuan mereka yang awalnya konyol—karena tas jatuh dan AC rusak—berlanjut jadi kebiasaan duduk bersama di baris ketiga angkot yang sama setiap pagi..

~happy reading~




Bab 7: Baris Ketiga yang Terakhir...?

Hari itu suasana angkot terasa berbeda. Bukan karena sopirnya ganti lagu dangdut jadi EDM kampung, atau karena langit cerah setelah seminggu hujan. Tapi karena hati Naya resah.

Pagi-pagi, saat membuka chat grup kelas, dia membaca sesuatu yang bikin tangannya gemetar waktu ngaduk Milo.

📱 “Guys, si Raka katanya mau pindah sekolah ke Bandung bulan depan. Ada yang udah denger?”

Naya membeku. Pindah? Bandung? Tanpa bilang? Tanpa pamit? Bahkan semalam dia masih bahas mimpi konyol tentang angkot terbang.

Sambil melamun, Naya naik angkot seperti biasa. Tapi saat melihat ke baris ketiga, kosong.

Dia duduk di situ, seperti ritual pagi biasanya. Tapi kali ini, tidak ada suara usil, tidak ada kerupuk ikan, tidak ada lelucon aneh soal alien. Hanya sunyi dan suara rem angkot yang berdecit macam naga bersin.

Beberapa menit kemudian, suara pintu angkot terbuka.

Dan dia datang.

Raka.

Dengan napas sedikit terengah, rambut acak-acakan, dan ekspresi seperti habis lomba lari tanpa pemanasan.

“Gue kira... hari ini telat banget,” katanya sambil duduk di samping Naya.

“Gue kira... lo pindah,” jawab Naya cepat.

Raka menatapnya. Lalu senyum—tapi tidak seperti biasanya. Kali ini, senyumnya pelan. Hangat. Ada kesedihan samar di ujungnya.

“Gue mau ngomong soal itu,” katanya.

“Jadi... lo beneran pindah?” tanya Naya, berusaha terdengar biasa saja. Padahal hatinya lagi kayak Jenga—sedikit goyang, ambruk total.

Raka mengangguk. “Bokap dapet tugas kantor ke Bandung. Awalnya gue pikir gue bisa nolak. Tapi ternyata nggak bisa.”

Naya menunduk. Tangannya meremas ujung tas.

“Tapi sebelum gue pergi,” lanjut Raka, “gue mau bilang satu hal.”

Naya menoleh, pelan.

Raka menarik napas.

“Gue nggak cuma suka duduk di baris ketiga. Gue suka lo, Nay. Dari sejak tas lo jatuh dan lo bentak gue kayak cewek telenovela, sampai lo bilang gue bau ikan asin.”

Naya terdiam. Lalu tertawa kecil. “Lo emang bau waktu itu.”

“Dan lo... tetap duduk di sebelah gue setelah itu.”

Senyap sejenak. Lalu Naya berkata, “Gue juga... suka lo. Bahkan waktu lo pakai payung Hello Kitty dan bilang gue mirip alien.”

Raka tertawa, lega. “Berarti... ini bukan akhir ya?”

“Bukan,” jawab Naya. “Baris ketiga mungkin bakal kosong nanti. Tapi hati gue... masih lo dudukin.”

“Wah. Itu gombalan alien banget,” kata Raka sambil senyum lebar.

Angkot terus melaju. Mereka duduk diam beberapa saat, saling menatap, tanpa kata, tapi mengerti semuanya. Hujan mulai turun lagi, pelan-pelan.

Dan ketika angkot sampai di halte sekolah, mereka turun bersama. Raka membuka tasnya, mengeluarkan sesuatu.

Payung Hello Kitty.

“Sebagai simbol,” katanya. “Kita pernah duduk bareng, hujan bareng, dan ketawa bareng. Di baris ketiga.”

Naya menerimanya sambil tertawa kecil. “Gue bakal jagain payung ini. Dan... mungkin, baris ketiganya juga.”

Mereka berdiri di bawah gerimis, saling pandang.

Sebuah perpisahan? Mungkin. Tapi bukan akhir. Karena hati, seperti angkot langganan, selalu punya jalur untuk kembali.

sumber gambar : pinterest


SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA

Share:

Angkot dan Baris Ketiga [6/8]

Main : Raka, Naya
Rate: T
Genre: Teenfict
WARNING: AU, OOC, OC, typo.





SUMMARY :

Cerita ini mengisahkan Naya, siswi SMA yang cuek dan suka baca novel alien, yang tanpa sengaja bertemu Raka, cowok nyentrik dan jenaka, saat sama-sama naik angkot. Pertemuan mereka yang awalnya konyol—karena tas jatuh—berlanjut jadi kebiasaan duduk bersama di baris ketiga angkot yang sama setiap pagi..

~happy reading~



Bab 6: Ujian, Ucapan Aneh, dan Chat Jam Dua Pagi

Minggu ujian datang seperti meteor jatuh dari langit—panik, chaos, dan penuh suara jeritan dalam hati. Sekolah berubah jadi kamp latihan militer: guru galak, siswa stres, dan kantin mendadak jual kopi sachet triple shot.

Naya dan Raka tetap naik angkot bareng seperti biasa, tapi kali ini obrolan mereka bukan soal alien atau kerupuk, melainkan... matematika. Mimpi buruk sejuta umat.

“Kalau X sama dengan 3Y, dan Y sama dengan... eh, berapa sih?” Raka memelototi catatan di tangannya.

Naya menahan tawa. “Gue nggak yakin lo belajar atau lo nyari nama anak alien.”

“Gue lebih ngerti hubungan Mars dan Venus dibanding hubungan X dan Y,” keluh Raka sambil menjatuhkan kepalanya ke bahu Naya dengan dramatis.

Dan ya, kepala itu benar-benar mendarat di bahu Naya.

Naya membeku.

“Eh... Raka?”

“Bentar... 5 detik aja. Otakku panas. Bahu lo kayak pendingin alami.”

Naya ingin bilang "YA TUHAN TOLONG", tapi mulutnya hanya bisa menghela napas. Lima detik lewat. Raka tetap di sana.

“Lo hitungnya detik planet Pluto ya?” protes Naya.

Raka angkat kepala dengan senyum lelah. “Oke. Gue bangkit. Tapi kalo besok nilai gue jeblok, gue bakal nyalahin bahu lo.”

Ujian berjalan seperti biasa: penuh coretan, panik, dan harapan hidup yang menipis. Malam harinya, Naya sudah bersumpah tidak mau buka chat, tidak mau buka buku, dan hanya ingin rebahan seperti tokoh anime gagal.

Tapi pukul 02:13 dini hari, HP-nya berbunyi.

📱 Raka:
Nay... lo masih bangun gak?

Naya sempat bimbang. Balas gak ya? Tapi jari-jarinya lebih cepat dari logikanya.

📱 Naya:
Masih. Kenapa?

📱 Raka:
Gue abis mimpi aneh. Kita naik angkot... tapi angkotnya bisa terbang.

📱 Naya:
Lo yakin gak salah nyeduh kopi? Itu kayak campuran kopi + baygon.

📱 Raka:
Terus di mimpi itu, lo bilang sesuatu yang... bikin gue bangun mendadak.

📱 Naya:
Apaan?

📱 Raka:
Lo bilang, “Jangan suka aku cuma karena tempat duduk baris ketiga.”

Naya menatap layar. Lalu pelan-pelan, wajahnya memanas. Padahal ini jam dua pagi. Seharusnya suhu ruangan dingin.

📱 Naya:
Terus lo jawab apa di mimpi?

📱 Raka:
Gue jawab, “Enggak kok. Gue suka kamu karena kamu satu-satunya yang bisa bikin angkot jadi rumah.”

Naya menutup wajah dengan bantal. Bukan karena malu, tapi karena... OKE, ya, dia malu.

📱 Naya:
Mimpi lo... aneh banget.

📱 Raka:
Tapi jujur.

📱 Raka (lanjut):
Besok duduk bareng lagi ya.

📱 Naya:
Selama gak ada cewek rambut highlight, boleh.

📱 Raka:
Deal.
Dan... selamat tidur, alien girl.

📱 Naya:
Selamat tidur, cowok ikan asin.

Dan untuk pertama kalinya, Naya tidur dengan senyum di wajahnya, meskipun besok masih ada ujian fisika. Tapi malam ini, jantungnya lebih sibuk dari otaknya.

sumber gambar : pinterest


SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA

Share:

Angkot dan Baris Ketiga [5/8]

Main : Raka, Naya
Rate: T
Genre: Teenfict
WARNING: AU, OOC, OC, typo.




SUMMARY :

Cerita ini mengisahkan Naya, siswi SMA yang cuek dan suka baca novel alien, yang tanpa sengaja bertemu Raka, cowok nyentrik dan jenaka, saat sama-sama naik angkot. Pertemuan mereka yang awalnya konyol—karena tas jatuh—berlanjut jadi kebiasaan duduk bersama di baris ketiga angkot yang sama setiap pagi..

~happy reading~




Bab 5: Cemburu di Belakang Sopir

Hari itu, Naya datang sedikit telat ke halte. Bukan karena bangun kesiangan, tapi karena dia menata rambutnya lebih rapi dari biasanya, pakai parfum semprot dua kali, dan... membawa satu novel baru—Volume 4: Pernikahan di Planet Venus. Hanya untuk jaga-jaga kalau Raka bertanya.

Tapi saat angkot datang dan Naya naik, baris ketiga... sudah penuh.

Dan yang lebih parah, Raka duduk di sana.

Bersama cewek lain.

Bukan cuma duduk. Mereka ngobrol. Tertawa. Dan si cewek sesekali menepuk-nepuk bahu Raka sambil senyum manis.

Naya berdiri sejenak di pintu angkot. Sopir sudah ngomel, “Mau naik nggak, neng?” Tapi dia masih bengong.

Akhirnya, dengan jantung seperti habis dicekik bulu ayam, Naya duduk di depan—tepat di belakang sopir. Tempat yang panas, berisik, dan... tempat yang biasanya cuma diduduki kalau baris lain penuh.

Raka melihatnya. Ia melambai kecil. Tapi Naya pura-pura sibuk buka tas, nyari permen yang entah ada atau tidak.

Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Lagu dangdut remix masih jadi BGM tetap. Tapi di kepala Naya, lagunya beda: lagu patah hati dan hujan-hujanan di parkiran sekolah.

“Kenapa harus cewek itu sih?” pikirnya. “Tadi malam masih ngajak duduk bareng di bawah payung Hello Kitty, sekarang udah senyum-senyum sama cewek rambut lurus full highlight gitu?”

Saat angkot berhenti untuk menaikkan penumpang lain, Raka berdiri.

Dan pindah tempat.

Langkahnya pasti, tatapannya langsung ke arah Naya. Dia duduk di sebelahnya, walaupun sempit dan nyempil.

“Hai,” katanya pelan.

Naya tidak menoleh. “Bukan baris ketiga.”

“Gue tahu,” kata Raka. “Tapi kayaknya hari ini gue harus duduk di belakang sopir... buat ngejar orang yang lagi cemberut dari tadi.”

Naya mendesis pelan. “Lo nggak usah sok tahu.”

“Cewek tadi itu sepupu gue. Dia nebeng ke sekolah karena rumahnya deket. Jangan bilang lo... cemburu?”

Naya menoleh cepat. “Enggak!”

Raka tersenyum. “Oh... jadi itu bukan cemburu? Terus kenapa lo kayak pengen ngunyah novel lo sendiri dari tadi?”

Naya membuka mulut, lalu menutupnya. Dia kalah.

Raka mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya. Sebungkus kecil permen mint.

“Gue tau lo suka permen ini. Dulu pernah jatuh dari tas lo.”

Naya menatapnya, lalu mengambil satu.

“Lo beneran... sepupuan sama cewek tadi?” tanya Naya pelan.

Raka mengangguk. “Iya. Namanya Kiki. Dia suka ngasih kabar ke nyokap gue tentang nilai-nilai gue. Jadi agak rese. Tapi dia baik.”

“Dan nggak spesial?”

“Kalau dia spesial,” jawab Raka sambil menatap Naya penuh arti, “gue nggak akan ninggalin dia demi duduk bareng cewek yang hobinya baca novel alien dan marah-marah di belakang sopir.”

Naya menunduk, bibirnya menyunggingkan senyum kecil yang berusaha ditahan.

“Masih mau duduk bareng besok?” tanya Raka.

Naya mengangguk pelan. “Kalau baris ketiga kosong.”

Raka tersenyum. “Kalau penuh, gue yang duduk duluan dan reservasi buat dua.”

sumber gambar : pinterest


SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA

Share:

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com