Fly with your imajination

Showing posts with label Angkot dan Baris Ketiga. Show all posts
Showing posts with label Angkot dan Baris Ketiga. Show all posts

Wednesday, May 7, 2025

Angkot dan Baris Ketiga [8/8]

Main : Raka, Naya
Rate: T
Genre: Teenfict
WARNING: AU, OOC, OC, typo.





SUMMARY :

Cerita ini mengisahkan Naya, siswi SMA yang cuek dan suka baca novel alien, yang tanpa sengaja bertemu Raka, cowok nyentrik dan jenaka, saat sama-sama naik angkot. Pertemuan mereka yang awalnya konyol—karena tas jatuh—berlanjut jadi kebiasaan duduk bersama di baris ketiga angkot yang sama setiap pagi..

~happy reading~




Epilog: Payung, Pesan, dan Pagi yang Baru

Sudah dua bulan sejak Raka pindah ke Bandung.

Baris ketiga kini jarang diduduki Naya. Sesekali ada orang baru yang duduk di sebelahnya, tapi tidak ada yang menggantikan cara Raka duduk sambil menyandar sedikit, atau cara dia menyelipkan komentar nyeleneh di tengah macet.

Payung Hello Kitty masih tersimpan rapi di loker Naya. Kadang-kadang, saat hujan turun dan semua orang sibuk berteduh, Naya membawanya—bukan karena ingin basah-basahan, tapi karena ingin merasa dekat dengan kenangan.

Satu hal yang tetap konsisten: chat jam aneh Raka.

📱 Raka – 01:17
Nay, kalo alien beneran datang dan ngajak lo pindah planet, kabarin ya. Gue ikut.

📱 Naya – 01:19
Asal lo siap makan ikan asin rasa Mars.

Mereka tidak tahu bagaimana masa depan. Jarak bisa berubah, sekolah bisa pindah, dan baris ketiga bisa terisi orang baru. Tapi mereka punya sesuatu yang lebih kuat dari rutinitas pagi: kenangan yang lucu, manis, dan aneh.

Dan cinta yang... pelan-pelan tumbuh. Tanpa mereka sadari. Di antara lagu dangdut remix, angkot mogok, dan satu payung berkarakter kucing pink.

Pagi itu, seperti biasa, Naya duduk di angkot. Sendirian. Tapi hatinya tidak kosong.

Karena ia tahu, di suatu tempat, ada seseorang yang juga duduk di baris ketiga, memikirkan hal yang sama.

sumber gambar : pinterest


SEBELUMNYA CH LENGKAP

Share:

Angkot dan Baris Ketiga [7/8]

Main : Raka, Naya
Rate: T
Genre: Teenfict
WARNING: AU, OOC, OC, typo.





SUMMARY :

Cerita ini mengisahkan Naya, siswi SMA yang cuek dan suka baca novel alien, yang tanpa sengaja bertemu Raka, cowok nyentrik dan jenaka, saat sama-sama naik angkot. Pertemuan mereka yang awalnya konyol—karena tas jatuh dan AC rusak—berlanjut jadi kebiasaan duduk bersama di baris ketiga angkot yang sama setiap pagi..

~happy reading~




Bab 7: Baris Ketiga yang Terakhir...?

Hari itu suasana angkot terasa berbeda. Bukan karena sopirnya ganti lagu dangdut jadi EDM kampung, atau karena langit cerah setelah seminggu hujan. Tapi karena hati Naya resah.

Pagi-pagi, saat membuka chat grup kelas, dia membaca sesuatu yang bikin tangannya gemetar waktu ngaduk Milo.

📱 “Guys, si Raka katanya mau pindah sekolah ke Bandung bulan depan. Ada yang udah denger?”

Naya membeku. Pindah? Bandung? Tanpa bilang? Tanpa pamit? Bahkan semalam dia masih bahas mimpi konyol tentang angkot terbang.

Sambil melamun, Naya naik angkot seperti biasa. Tapi saat melihat ke baris ketiga, kosong.

Dia duduk di situ, seperti ritual pagi biasanya. Tapi kali ini, tidak ada suara usil, tidak ada kerupuk ikan, tidak ada lelucon aneh soal alien. Hanya sunyi dan suara rem angkot yang berdecit macam naga bersin.

Beberapa menit kemudian, suara pintu angkot terbuka.

Dan dia datang.

Raka.

Dengan napas sedikit terengah, rambut acak-acakan, dan ekspresi seperti habis lomba lari tanpa pemanasan.

“Gue kira... hari ini telat banget,” katanya sambil duduk di samping Naya.

“Gue kira... lo pindah,” jawab Naya cepat.

Raka menatapnya. Lalu senyum—tapi tidak seperti biasanya. Kali ini, senyumnya pelan. Hangat. Ada kesedihan samar di ujungnya.

“Gue mau ngomong soal itu,” katanya.

“Jadi... lo beneran pindah?” tanya Naya, berusaha terdengar biasa saja. Padahal hatinya lagi kayak Jenga—sedikit goyang, ambruk total.

Raka mengangguk. “Bokap dapet tugas kantor ke Bandung. Awalnya gue pikir gue bisa nolak. Tapi ternyata nggak bisa.”

Naya menunduk. Tangannya meremas ujung tas.

“Tapi sebelum gue pergi,” lanjut Raka, “gue mau bilang satu hal.”

Naya menoleh, pelan.

Raka menarik napas.

“Gue nggak cuma suka duduk di baris ketiga. Gue suka lo, Nay. Dari sejak tas lo jatuh dan lo bentak gue kayak cewek telenovela, sampai lo bilang gue bau ikan asin.”

Naya terdiam. Lalu tertawa kecil. “Lo emang bau waktu itu.”

“Dan lo... tetap duduk di sebelah gue setelah itu.”

Senyap sejenak. Lalu Naya berkata, “Gue juga... suka lo. Bahkan waktu lo pakai payung Hello Kitty dan bilang gue mirip alien.”

Raka tertawa, lega. “Berarti... ini bukan akhir ya?”

“Bukan,” jawab Naya. “Baris ketiga mungkin bakal kosong nanti. Tapi hati gue... masih lo dudukin.”

“Wah. Itu gombalan alien banget,” kata Raka sambil senyum lebar.

Angkot terus melaju. Mereka duduk diam beberapa saat, saling menatap, tanpa kata, tapi mengerti semuanya. Hujan mulai turun lagi, pelan-pelan.

Dan ketika angkot sampai di halte sekolah, mereka turun bersama. Raka membuka tasnya, mengeluarkan sesuatu.

Payung Hello Kitty.

“Sebagai simbol,” katanya. “Kita pernah duduk bareng, hujan bareng, dan ketawa bareng. Di baris ketiga.”

Naya menerimanya sambil tertawa kecil. “Gue bakal jagain payung ini. Dan... mungkin, baris ketiganya juga.”

Mereka berdiri di bawah gerimis, saling pandang.

Sebuah perpisahan? Mungkin. Tapi bukan akhir. Karena hati, seperti angkot langganan, selalu punya jalur untuk kembali.

sumber gambar : pinterest


SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA

Share:

Angkot dan Baris Ketiga [6/8]

Main : Raka, Naya
Rate: T
Genre: Teenfict
WARNING: AU, OOC, OC, typo.





SUMMARY :

Cerita ini mengisahkan Naya, siswi SMA yang cuek dan suka baca novel alien, yang tanpa sengaja bertemu Raka, cowok nyentrik dan jenaka, saat sama-sama naik angkot. Pertemuan mereka yang awalnya konyol—karena tas jatuh—berlanjut jadi kebiasaan duduk bersama di baris ketiga angkot yang sama setiap pagi..

~happy reading~



Bab 6: Ujian, Ucapan Aneh, dan Chat Jam Dua Pagi

Minggu ujian datang seperti meteor jatuh dari langit—panik, chaos, dan penuh suara jeritan dalam hati. Sekolah berubah jadi kamp latihan militer: guru galak, siswa stres, dan kantin mendadak jual kopi sachet triple shot.

Naya dan Raka tetap naik angkot bareng seperti biasa, tapi kali ini obrolan mereka bukan soal alien atau kerupuk, melainkan... matematika. Mimpi buruk sejuta umat.

“Kalau X sama dengan 3Y, dan Y sama dengan... eh, berapa sih?” Raka memelototi catatan di tangannya.

Naya menahan tawa. “Gue nggak yakin lo belajar atau lo nyari nama anak alien.”

“Gue lebih ngerti hubungan Mars dan Venus dibanding hubungan X dan Y,” keluh Raka sambil menjatuhkan kepalanya ke bahu Naya dengan dramatis.

Dan ya, kepala itu benar-benar mendarat di bahu Naya.

Naya membeku.

“Eh... Raka?”

“Bentar... 5 detik aja. Otakku panas. Bahu lo kayak pendingin alami.”

Naya ingin bilang "YA TUHAN TOLONG", tapi mulutnya hanya bisa menghela napas. Lima detik lewat. Raka tetap di sana.

“Lo hitungnya detik planet Pluto ya?” protes Naya.

Raka angkat kepala dengan senyum lelah. “Oke. Gue bangkit. Tapi kalo besok nilai gue jeblok, gue bakal nyalahin bahu lo.”

Ujian berjalan seperti biasa: penuh coretan, panik, dan harapan hidup yang menipis. Malam harinya, Naya sudah bersumpah tidak mau buka chat, tidak mau buka buku, dan hanya ingin rebahan seperti tokoh anime gagal.

Tapi pukul 02:13 dini hari, HP-nya berbunyi.

📱 Raka:
Nay... lo masih bangun gak?

Naya sempat bimbang. Balas gak ya? Tapi jari-jarinya lebih cepat dari logikanya.

📱 Naya:
Masih. Kenapa?

📱 Raka:
Gue abis mimpi aneh. Kita naik angkot... tapi angkotnya bisa terbang.

📱 Naya:
Lo yakin gak salah nyeduh kopi? Itu kayak campuran kopi + baygon.

📱 Raka:
Terus di mimpi itu, lo bilang sesuatu yang... bikin gue bangun mendadak.

📱 Naya:
Apaan?

📱 Raka:
Lo bilang, “Jangan suka aku cuma karena tempat duduk baris ketiga.”

Naya menatap layar. Lalu pelan-pelan, wajahnya memanas. Padahal ini jam dua pagi. Seharusnya suhu ruangan dingin.

📱 Naya:
Terus lo jawab apa di mimpi?

📱 Raka:
Gue jawab, “Enggak kok. Gue suka kamu karena kamu satu-satunya yang bisa bikin angkot jadi rumah.”

Naya menutup wajah dengan bantal. Bukan karena malu, tapi karena... OKE, ya, dia malu.

📱 Naya:
Mimpi lo... aneh banget.

📱 Raka:
Tapi jujur.

📱 Raka (lanjut):
Besok duduk bareng lagi ya.

📱 Naya:
Selama gak ada cewek rambut highlight, boleh.

📱 Raka:
Deal.
Dan... selamat tidur, alien girl.

📱 Naya:
Selamat tidur, cowok ikan asin.

Dan untuk pertama kalinya, Naya tidur dengan senyum di wajahnya, meskipun besok masih ada ujian fisika. Tapi malam ini, jantungnya lebih sibuk dari otaknya.

sumber gambar : pinterest


SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA

Share:

Angkot dan Baris Ketiga [5/8]

Main : Raka, Naya
Rate: T
Genre: Teenfict
WARNING: AU, OOC, OC, typo.




SUMMARY :

Cerita ini mengisahkan Naya, siswi SMA yang cuek dan suka baca novel alien, yang tanpa sengaja bertemu Raka, cowok nyentrik dan jenaka, saat sama-sama naik angkot. Pertemuan mereka yang awalnya konyol—karena tas jatuh—berlanjut jadi kebiasaan duduk bersama di baris ketiga angkot yang sama setiap pagi..

~happy reading~




Bab 5: Cemburu di Belakang Sopir

Hari itu, Naya datang sedikit telat ke halte. Bukan karena bangun kesiangan, tapi karena dia menata rambutnya lebih rapi dari biasanya, pakai parfum semprot dua kali, dan... membawa satu novel baru—Volume 4: Pernikahan di Planet Venus. Hanya untuk jaga-jaga kalau Raka bertanya.

Tapi saat angkot datang dan Naya naik, baris ketiga... sudah penuh.

Dan yang lebih parah, Raka duduk di sana.

Bersama cewek lain.

Bukan cuma duduk. Mereka ngobrol. Tertawa. Dan si cewek sesekali menepuk-nepuk bahu Raka sambil senyum manis.

Naya berdiri sejenak di pintu angkot. Sopir sudah ngomel, “Mau naik nggak, neng?” Tapi dia masih bengong.

Akhirnya, dengan jantung seperti habis dicekik bulu ayam, Naya duduk di depan—tepat di belakang sopir. Tempat yang panas, berisik, dan... tempat yang biasanya cuma diduduki kalau baris lain penuh.

Raka melihatnya. Ia melambai kecil. Tapi Naya pura-pura sibuk buka tas, nyari permen yang entah ada atau tidak.

Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Lagu dangdut remix masih jadi BGM tetap. Tapi di kepala Naya, lagunya beda: lagu patah hati dan hujan-hujanan di parkiran sekolah.

“Kenapa harus cewek itu sih?” pikirnya. “Tadi malam masih ngajak duduk bareng di bawah payung Hello Kitty, sekarang udah senyum-senyum sama cewek rambut lurus full highlight gitu?”

Saat angkot berhenti untuk menaikkan penumpang lain, Raka berdiri.

Dan pindah tempat.

Langkahnya pasti, tatapannya langsung ke arah Naya. Dia duduk di sebelahnya, walaupun sempit dan nyempil.

“Hai,” katanya pelan.

Naya tidak menoleh. “Bukan baris ketiga.”

“Gue tahu,” kata Raka. “Tapi kayaknya hari ini gue harus duduk di belakang sopir... buat ngejar orang yang lagi cemberut dari tadi.”

Naya mendesis pelan. “Lo nggak usah sok tahu.”

“Cewek tadi itu sepupu gue. Dia nebeng ke sekolah karena rumahnya deket. Jangan bilang lo... cemburu?”

Naya menoleh cepat. “Enggak!”

Raka tersenyum. “Oh... jadi itu bukan cemburu? Terus kenapa lo kayak pengen ngunyah novel lo sendiri dari tadi?”

Naya membuka mulut, lalu menutupnya. Dia kalah.

Raka mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya. Sebungkus kecil permen mint.

“Gue tau lo suka permen ini. Dulu pernah jatuh dari tas lo.”

Naya menatapnya, lalu mengambil satu.

“Lo beneran... sepupuan sama cewek tadi?” tanya Naya pelan.

Raka mengangguk. “Iya. Namanya Kiki. Dia suka ngasih kabar ke nyokap gue tentang nilai-nilai gue. Jadi agak rese. Tapi dia baik.”

“Dan nggak spesial?”

“Kalau dia spesial,” jawab Raka sambil menatap Naya penuh arti, “gue nggak akan ninggalin dia demi duduk bareng cewek yang hobinya baca novel alien dan marah-marah di belakang sopir.”

Naya menunduk, bibirnya menyunggingkan senyum kecil yang berusaha ditahan.

“Masih mau duduk bareng besok?” tanya Raka.

Naya mengangguk pelan. “Kalau baris ketiga kosong.”

Raka tersenyum. “Kalau penuh, gue yang duduk duluan dan reservasi buat dua.”

sumber gambar : pinterest


SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA

Share:

Angkot dan Baris Ketiga [4/8]

Main : Raka, Naya
Rate: T
Genre: Teenfict
WARNING: AU, OOC, OC, typo.




SUMMARY :

Cerita ini mengisahkan Naya, siswi SMA yang cuek dan suka baca novel alien, yang tanpa sengaja bertemu Raka, cowok nyentrik dan jenaka, saat sama-sama naik angkot. Pertemuan mereka yang awalnya konyol—karena tas jatuh—berlanjut jadi kebiasaan duduk bersama di baris ketiga angkot yang sama setiap pagi..

~happy reading~




Bab 4: Angkot Mogok dan Hujan Gerimis Romantis

Hari itu langit mendung. Jakarta kelabu, dan angin pagi membawa aroma tanah basah yang menggantung di udara. Naya nyaris tidak jadi berangkat karena ibunya bilang, “Nih langit udah kayak hati kamu kalau liat cowok ganteng: gelap, penuh guntur.”

Tapi tentu saja, semesta seperti biasa bekerja sama dengan genre cerita ini: Naya tetap naik angkot, dan seperti bisa ditebak, baris ketiga masih kosong. Tapi kali ini... tanpa Raka.

Naya duduk sendirian. Awalnya lega, tapi setelah lima menit perjalanan, dia mulai gelisah. Kemana Raka? Apa dia sakit? Apa kerupuk udang kemarin menyebabkan luka dalam?

Saat sedang sibuk berteori, suara pintu angkot terbuka. Dan muncullah dia—basah, rambut berantakan, dan memegang... payung bergambar Hello Kitty.

“Maaf, tadi hujan turun pas gue jalan. Gue pinjem payung adik gue,” jelas Raka sambil duduk di sebelah Naya.

Naya menatapnya lama, lalu berkata, “Kamu... mau aku kasih pelindung karakter?”

“Buat?”

“Menjaga harga diri lo yang barusan hancur.”

Raka cengengesan. “Terlambat. Udah hancur sejak lo liat stiker Sailor Moon di jaket gue kemarin.”

Tawa mereka belum selesai ketika angkot tiba-tiba berhenti mendadak di tengah jalan.

Sopir menggedor-gedor dashboard sambil berkata, “Waduh, mogok nih. Radiatornya panas. Turun dulu, ya. Jalan kaki bentar.”

Penumpang satu per satu turun dengan keluhan masing-masing. Naya dan Raka ikut turun, berdiri di trotoar, dan saat itu... gerimis turun.

Pelan, lalu jadi deras.

“Hari paling sial,” gumam Naya.

“Enggak juga,” kata Raka sambil membuka payung Hello Kitty-nya.

Dia menoleh ke Naya, mengangkat sebelah alis. “Mau nebeng payung cewek tangguh ini?”

Naya tertawa. “Sumpah ya, kalo ada lomba payung paling nggak macho, lo menang.”

“Tapi fungsional,” balas Raka sambil mendekat.

Akhirnya mereka berjalan berdampingan di bawah satu payung kecil bergambar karakter kucing pink. Lengan mereka saling bersentuhan, langkah mereka menyatu, dan untuk pertama kalinya... tidak ada canda. Hanya sunyi yang anehnya terasa hangat.

“Eh,” kata Raka tiba-tiba, memecah hening. “Kalau hidup ini film, adegan ini pasti dikasih musik latar romantis.”

“Sayangnya hidup ini kenyataan. Musiknya suara motor bebek dan truk lewat.”

Raka tertawa. Tapi lalu dia bicara lagi, kali ini lebih pelan.

“Gue seneng sih... kita sering ketemu di angkot.”

Naya menoleh. “Kenapa?”

Raka menatap lurus ke depan. “Karena... di antara semua kekacauan pagi, macet, dan bau ikan asin, lo satu-satunya alasan kenapa gue nggak malas bangun pagi.”

Deg.

Lagi. Kali ini, bukan karena jalanan licin. Tapi karena... itu barusan cukup manis untuk bikin gerimis terasa kayak film Korea.

Payung Hello Kitty terus melindungi mereka sampai halte berikutnya. Dan di sana, mereka berdiri diam sejenak sebelum berpamitan.

“Besok baris ketiga lagi?” tanya Raka.

Naya mengangguk. “Tapi lo bawa payung lain ya. Atau gue upload foto lo pakai yang ini ke Insta.”

“Lo tega banget.”

Naya senyum. “Baris ketiga milik kita. Tapi harga diri... tetap harus dijaga.”


sumber gambar : pinterest


SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA

Share:

Angkot dan Baris Ketiga [3/8]

Main : Raka, Naya
Rate: T
Genre: Teenfict
WARNING: AU, OOC, OC.




SUMMARY :

Cerita ini mengisahkan Naya, siswi SMA yang cuek dan suka baca novel alien, yang tanpa sengaja bertemu Raka, cowok nyentrik dan jenaka, saat sama-sama naik angkot. Pertemuan mereka yang awalnya konyol—karena tas jatuh—berlanjut jadi kebiasaan duduk bersama di baris ketiga angkot yang sama setiap pagi..

~happy reading~




Bab 3: Rebutan Kursi, Rebutan Hati

Pagi itu, Naya berangkat lebih awal. Bukan karena semangat sekolah, tapi karena satu misi penting: mengamankan kursi baris ketiga sebelum cowok ikan asin itu datang lagi.

Dia tidak mau lagi duduk di sebelah manusia absurd yang hobi makan keripik laut sambil mengomentari novel alien. Walaupun… diam-diam, bagian dari dirinya mulai menantikan pertemuan itu.

Saat angkot datang, Naya langsung lompat masuk dan—YES!—kursi baris ketiga masih kosong. Ia duduk manis dan tersenyum menang.

Tapi tak lama kemudian, suara itu terdengar lagi.

“Wah wah wah... kayaknya hari ini saya harus duduk di pangkuan alien girl nih,” ujar Raka yang entah muncul dari mana, berdiri di depan Naya sambil mengacungkan bungkusan plastik.

“Jangan bilang itu ikan asin lagi,” kata Naya curiga.

“Bukan. Kali ini inovasi baru—kerupuk udang level pedas dua belas.”

“Lo kira kita syuting acara kuliner di angkot?”

Raka hanya nyengir. Tapi belum sempat dia duduk, seseorang dari belakang mereka memotong antrean dan langsung duduk di sebelah Naya.

“Wah, udah ada yang ambil duluan,” kata Raka, nada suaranya pura-pura kecewa. “Oke deh. Saya... akan duduk di belakang. Sendiri. Ditemani kenangan.”

Naya pura-pura cuek. Tapi saat Raka lewat di belakangnya dan mulai batuk-batuk keras karena kerupuk udangnya pedas, dia tidak bisa menahan tawa. Sial. Kenapa cowok ini selalu berhasil bikin dia ketawa?

Beberapa menit berlalu. Saat penumpang lain turun, kursi sebelah Naya akhirnya kosong. Raka langsung lompat pindah tanpa permisi, nyaris menjatuhkan kerupuknya ke pangkuan Naya.

“Hai lagi,” sapanya dengan gaya sok cool.

Naya melirik. “Lo bener-bener nggak punya konsep malu ya?”

“Konsep malu sudah ketinggalan zaman. Gue hidup dengan prinsip: ‘Kalau malu, nggak dapet kursi.’”

Naya tak tahan. Dia tertawa lepas, dan Raka ikut tertawa juga. Untuk sesaat, angkot yang panas dan sumpek itu terasa seperti tempat paling nyaman di dunia. Mereka berbincang soal hal-hal remeh—tentang guru killer, soal mimpi buruk ketemu alien bawa cincin lamaran, hingga siapa yang lebih menyebalkan: temen satu kelas yang sok tahu, atau tukang parkir fiktif.

Lalu Raka bertanya pelan, “Eh, Nay… lo tiap hari naik angkot ini?”

“Sejak SMP,” jawab Naya. “Kenapa?”

“Berarti... gue telat tiga tahun buat duduk di sebelah lo.”

Naya menoleh cepat, tapi Raka sudah menatap ke depan, pura-pura fokus lihat jalan.

Deg.

Bukan karena jalanan berlubang. Tapi karena kalimatnya barusan. Garing? Iya. Basi? Mungkin. Tapi... manis? Sedikit. Oke, banyak.

Dan sejak hari itu, kursi baris ketiga resmi menjadi arena rebutan, baik kursi maupun hati.

sumber gambar : pinterest


SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA

Share:

Angkot dan Baris Ketiga [2/8]

 

Main : Raka, Naya
Rate: T
Genre: Teenfict
WARNING: AU, OOC, OC




SUMMARY :

Cerita ini mengisahkan Naya, siswi SMA yang cuek dan suka baca novel alien, yang tanpa sengaja bertemu Raka, cowok nyentrik dan jenaka, saat sama-sama naik angkot. Pertemuan mereka yang awalnya konyol—karena tas jatuh—berlanjut jadi kebiasaan duduk bersama di baris ketiga angkot yang sama setiap pagi..

~happy reading~




Bab 2: Si Cowok Misterius dan Cemilan Ikan Asin

Hari berikutnya, Naya bersumpah akan naik angkot yang beda. Apapun caranya, dia tidak mau satu baris lagi dengan cowok aneh yang kemarin memergokinya dengan novel alien dan pembalut ungu.

Tapi takdir, seperti biasa, punya hobi mengerjai manusia.

“Ya ampun, angkot kosong cuma satu ini doang,” gumam Naya saat melihat satu-satunya angkot yang masih muat penumpang. Dengan berat hati, dia melompat masuk.

Dan duduk di sana—di baris ketiga—adalah dia.

Cowok itu.

Dengan seragam sekolah yang sama, rambut tetap seperti baru bangun tidur, dan—astaga—sebungkus keripik ikan asin di tangannya. Di pagi hari. Di kendaraan tertutup.

Naya hampir keluar lagi.

“Eh, alien girl. Duduk sini, banyak angin,” sapa cowok itu santai sambil memukul-mukul kursi di sebelahnya.

Naya menghela napas dan duduk tanpa kata. Mungkin kalau dia diam, cowok itu akan berhenti bicara. Tapi harapannya pupus ketika aroma ikan asin menyerang lubang hidungnya seperti pasukan ninja bau.

“Kamu serius makan itu pagi-pagi?” tanya Naya sambil menutup hidung.

Raka—yang akhirnya memperkenalkan diri tanpa diminta—mengangkat bahu. “Kandungan proteinnya tinggi. Dan unik. Kayak kamu.”

Naya melotot. “Unik apanya?”

“Ya, biasanya cewek baca novel cinta-cintaan. Tapi kamu? Alien, planet Mars, jaket kulit? Itu level seni yang lebih tinggi.”

Naya memutar bola matanya. “Lagian kamu kenapa sih kemarin bantuin pungutin barangku? Bisa aja cuek kayak cowok-cowok normal lainnya.”

Raka pura-pura berpikir. “Pertama, aku nggak normal. Kedua, aku penasaran. Biasanya orang bawa satu buku. Kamu bawa lima, plus pembalut rasa stroberi.”

“Itu bukan rasa stroberi! Itu... kemasannya aja pink!”

Raka ketawa pelan. “Tenang. Aku nggak nge-judge. Justru itu... lucu.”

Percakapan itu berhenti sejenak karena sopir memutar lagu dangdut remix yang sama seperti kemarin. Angkot bergoyang-goyang di tengah kemacetan. Raka membuka bungkus keripik dan mulai makan.

“Lo sadar nggak sih, lo udah merusak atmosfer angkot ini dengan bau laut pagi-pagi?” tanya Naya sambil melirik jengkel.

Raka hanya mengangkat satu keripik. “Mau coba?”

Naya menatapnya seperti ditawari serangga goreng.

“Gue lebih pilih makan pembalut stroberi.”

Mereka berdua tertawa. Yang di belakang melirik aneh, tapi mereka tidak peduli. Ada sesuatu yang aneh tapi menyenangkan tentang momen itu—perpaduan antara jijik, canggung, dan... akrab.

Saat angkot melambat di depan sekolah Raka, dia bersiap turun. Tapi sebelum pergi, dia berkata, “Besok duduk sini lagi ya. Aku bawa keripik teri, biar kamu bisa bandingin sama ikan asin.”

Naya menatapnya dengan ekspresi setengah geli setengah gemas. “Lo serius?”

Raka menyeringai. “Serius. Dan jangan lupa bawa buku Volume 3. Aku penasaran alien-nya jadian nggak.”

Dan sebelum Naya sempat menjawab, pintu angkot tertutup, dan cowok misterius itu menghilang di antara gerombolan siswa yang menyeberang.

sumber gambar : pinterest

SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA

Share:

Angkot dan Baris Ketiga [1/8]

Main : Raka, Naya
Rate: T
Genre: Teenfict
WARNING: AU, OOC, OC





SUMMARY :

Cerita ini mengisahkan Naya, siswi SMA yang cuek dan suka baca novel alien, yang tanpa sengaja bertemu Raka, cowok nyentrik dan jenaka, saat sama-sama naik angkot. Pertemuan mereka yang awalnya konyol—karena tas jatuh—berlanjut jadi kebiasaan duduk bersama di baris ketiga angkot yang sama setiap pagi..

~happy reading~




Bab 1: Angkot, AC Rusak, dan Jatuhnya Tas

Jam menunjukkan pukul 06.45 pagi. Matahari belum terlalu tinggi, tapi Jakarta sudah mulai menggeliat. Klakson bersahutan, motor selip kiri-kanan, debu dan asap makin mengudara dan Naya—dengan rambut setengah kering yang susah payah dia ikat—berlari mengejar angkot jurusan Blok M—Kampung Melayu seperti atlet kehabisan napas.

“Bang, yang ini ke Blok M kan?” teriak Naya sambil melompat masuk. Napasnya agak ngos-ngosan.

“Naik dulu neng, nanti juga sampe,” Sopirnya tidak menoleh dan sibuk memainkan lagu dangdut remix yang volume-nya mengalahkan akal sehat.

Naya duduk di baris ketiga, tempat favoritnya. Tidak terlalu dekat sopir yang suka ngomel kalau telat bayar, dan tidak terlalu belakang yang kadang jadi tempat misterius bau aneh. Tapi hari itu berbeda. Penumpangnya padat. Ia harus berbagi baris dengan dua orang lain: ibu-ibu penjual gorengan dan seorang cowok yang baru masuk satu detik setelah dia duduk.

Cowok itu tinggi, pakai seragam SMA, rambut agak acak-acakan seperti belum siap hidup. Dia membawa tas selempang dan sekantong plastik yang isinya entah apa—mungkin bekal, mungkin... kepala ayam, Naya tidak mau tahu.

Nggak ada angkot yang punya AC, termasuk angkot yang dinaiki Naya. Padahal, cuaca Jakarta sudah seperti sauna yang kering. Kipas kecil di dashboard belakang hanya mengalirkan harapan palsu. Naya mulai kepanasan dan merasa lengket. Tapi semua itu belum seberapa dibanding kejadian yang terjadi di tikungan dekat Pasar Rumput.

BRAK!

Angkot menikung tajam. Ban depan kanan menghantam lubang kecil, dan dalam satu gerakan lambat tapi menyebalkan, tas Naya yang diletakkan di pangkuannya terjungkal dan isinya tumpah ke lantai.

"Ya ampun!" pekik Naya.

Buku catatan, tempat pensil, snack, novel, dan... pembalut kemasan ungu terang berhamburan. Sempurna. Naya menatap horor pada benda-benda malunya yang sekarang menjadi tontonan publik dalam kendaraan umum. Penumpang lain berpura-pura tidak melihat. Ibu-ibu di sebelahnya hanya senyum simpul.

Cowok di sebelahnya buru-buru membantu, memunguti satu per satu barang Naya. Tapi kemudian, dia berhenti ketika membaca sampul salah satu novel yang terguling ke kakinya:

Cinta Terakhir di Planet Mars — Volume 2: Aku, Kamu, dan Alien Berjaket Kulit.”

Dia menatap Naya, lalu tersenyum—bukan senyum mengejek, tapi seperti sedang menahan tawa yang akan meledak kapan saja.

"Ini... bukunya seru?" tanya si cowok, sambil mengulurkan novel itu ke Naya dengan nada yang terlalu serius untuk ukuran pertanyaan itu.

Naya rasanya ingin segera turun dari angkot, kalau perlu lompot sekalian. Wajahnya memerah. Dia meraih novel itu dan bergumam, “Itu... pinjeman teman.”

Cowok itu mengangguk dramatis. “Ah, iya, biasa. Teman pinjem buku aneh, terus kita keterusan bacanya sampai jam satu pagi. Paham.”

Naya tidak tahu apakah dia ingin tertawa atau meninju.

Sisa perjalanan berlangsung dalam diam. Tapi diam yang ganjil. Beberapa kali Naya melirik cowok itu dari ujung mata. Dia melihat cowok itu menahan senyum setiap kali matanya jatuh ke arah novel yang kini sudah masuk kembali ke tas Naya. Cowok itu tampak seperti seseorang yang terlalu nyaman di dalam angkot dan terlalu percaya diri untuk orang yang bawa plastik misterius di pagi hari.

Saat turun, cowok itu lebih dulu. Sebelum melompat keluar, dia sempat menoleh dan berkata, “Sampai jumpa, alien girl.”

Dan angkot pun melaju lagi, meninggalkan Naya yang bengong di baris ketiga.


sumber gambar : pinterest

CH LENGKAP SELANJUTNYA

Share:

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com