Fly with your imajination

Wednesday, May 7, 2025

Angkot dan Baris Ketiga [7/8]

Main : Raka, Naya
Rate: T
Genre: Teenfict
WARNING: AU, OOC, OC, typo.





SUMMARY :

Cerita ini mengisahkan Naya, siswi SMA yang cuek dan suka baca novel alien, yang tanpa sengaja bertemu Raka, cowok nyentrik dan jenaka, saat sama-sama naik angkot. Pertemuan mereka yang awalnya konyol—karena tas jatuh dan AC rusak—berlanjut jadi kebiasaan duduk bersama di baris ketiga angkot yang sama setiap pagi..

~happy reading~




Bab 7: Baris Ketiga yang Terakhir...?

Hari itu suasana angkot terasa berbeda. Bukan karena sopirnya ganti lagu dangdut jadi EDM kampung, atau karena langit cerah setelah seminggu hujan. Tapi karena hati Naya resah.

Pagi-pagi, saat membuka chat grup kelas, dia membaca sesuatu yang bikin tangannya gemetar waktu ngaduk Milo.

📱 “Guys, si Raka katanya mau pindah sekolah ke Bandung bulan depan. Ada yang udah denger?”

Naya membeku. Pindah? Bandung? Tanpa bilang? Tanpa pamit? Bahkan semalam dia masih bahas mimpi konyol tentang angkot terbang.

Sambil melamun, Naya naik angkot seperti biasa. Tapi saat melihat ke baris ketiga, kosong.

Dia duduk di situ, seperti ritual pagi biasanya. Tapi kali ini, tidak ada suara usil, tidak ada kerupuk ikan, tidak ada lelucon aneh soal alien. Hanya sunyi dan suara rem angkot yang berdecit macam naga bersin.

Beberapa menit kemudian, suara pintu angkot terbuka.

Dan dia datang.

Raka.

Dengan napas sedikit terengah, rambut acak-acakan, dan ekspresi seperti habis lomba lari tanpa pemanasan.

“Gue kira... hari ini telat banget,” katanya sambil duduk di samping Naya.

“Gue kira... lo pindah,” jawab Naya cepat.

Raka menatapnya. Lalu senyum—tapi tidak seperti biasanya. Kali ini, senyumnya pelan. Hangat. Ada kesedihan samar di ujungnya.

“Gue mau ngomong soal itu,” katanya.

“Jadi... lo beneran pindah?” tanya Naya, berusaha terdengar biasa saja. Padahal hatinya lagi kayak Jenga—sedikit goyang, ambruk total.

Raka mengangguk. “Bokap dapet tugas kantor ke Bandung. Awalnya gue pikir gue bisa nolak. Tapi ternyata nggak bisa.”

Naya menunduk. Tangannya meremas ujung tas.

“Tapi sebelum gue pergi,” lanjut Raka, “gue mau bilang satu hal.”

Naya menoleh, pelan.

Raka menarik napas.

“Gue nggak cuma suka duduk di baris ketiga. Gue suka lo, Nay. Dari sejak tas lo jatuh dan lo bentak gue kayak cewek telenovela, sampai lo bilang gue bau ikan asin.”

Naya terdiam. Lalu tertawa kecil. “Lo emang bau waktu itu.”

“Dan lo... tetap duduk di sebelah gue setelah itu.”

Senyap sejenak. Lalu Naya berkata, “Gue juga... suka lo. Bahkan waktu lo pakai payung Hello Kitty dan bilang gue mirip alien.”

Raka tertawa, lega. “Berarti... ini bukan akhir ya?”

“Bukan,” jawab Naya. “Baris ketiga mungkin bakal kosong nanti. Tapi hati gue... masih lo dudukin.”

“Wah. Itu gombalan alien banget,” kata Raka sambil senyum lebar.

Angkot terus melaju. Mereka duduk diam beberapa saat, saling menatap, tanpa kata, tapi mengerti semuanya. Hujan mulai turun lagi, pelan-pelan.

Dan ketika angkot sampai di halte sekolah, mereka turun bersama. Raka membuka tasnya, mengeluarkan sesuatu.

Payung Hello Kitty.

“Sebagai simbol,” katanya. “Kita pernah duduk bareng, hujan bareng, dan ketawa bareng. Di baris ketiga.”

Naya menerimanya sambil tertawa kecil. “Gue bakal jagain payung ini. Dan... mungkin, baris ketiganya juga.”

Mereka berdiri di bawah gerimis, saling pandang.

Sebuah perpisahan? Mungkin. Tapi bukan akhir. Karena hati, seperti angkot langganan, selalu punya jalur untuk kembali.

sumber gambar : pinterest


SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA

Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com