Fly with your imajination

Friday, September 12, 2014

Laporan Instrumen Spektroskopi

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN SPEKTROSKOPI

PERCOBAAN V

PENENTUAN KADAR KOBALT (Co) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)-NYALA (2012)



BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Spektroskopi merupakan cabang ilmu yang berhubungan dengan gelombang elektromagnetik yang diterjemahkan ke dalam komponen-komponen panjang gelombang untuk menghasilkan spectra, merupakan plot beberapa fungsi dari intensitas radian versus panjang gelombang atau frekuensi. Peran Spektroskopi yaitu untuk membedakan struktur molecular, mengindentifikasi molekul yang tidak diketahui, mendeteksi molekul yang sudah diketahui, dan mengukur konsentrasi.

Terdapat dua macam instrument spektroskopi yang sering dipergunakan yaitu Spektroskopi Molekuler dan Spektroskopi Atomik. Spektroskopi atomik digunakan untuk penentuan kualitatif dan kuantitatif. Ciri khas Spektroskopi Atomik adalah bahwa dalam spektroskopi atomik, sampel harus diatomkan terlebih dahulu. Air merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan makhluk hidup, sehingga kita perlu tahu persyaratan mutu air, yang dimaksud adalah syarat kualitas air minum, seperti mengandung zat tembaga minimal 0,3 ppm.

Tembaga adalah elemen kimiawi yang dapat ditemukan hampir disetiap tempat dibumi pada semua lapisan geologis dan di dalam air. Tembaga dalam air dapat berbentuk Cu (II) dan Cu (III) Cu (II) terlarut dapat bergabung dengan senyawa organic membentuk senyawa kompleks. Kadar tembaga dalam suatu air biasanya ditentkan dengan metode spektrofotometer. Untuk dapat kadar tembaga dalam air, maka perlu dilakukan suatu percobaan. Untuk itu percobaan ini dilakukan.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah:
1. bagaimana mengetahui kadar Co dengan metode spektrofotometri serapan atom (SSA)?
2. Bagaimana prinsip kerja dari spektrofotometri serapan atom?

C. Tujuan Tujuan pada percobaan ini adalah :
1. menentukan kadar Co dalam sampel air dengan menggunakan spektrofotometer serapan stom (SSA).
2. Untuk mengetahui prinsip kerja dari spektrofotometer serapan atom (SSA)

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan tempat

Praktikum instrument spektroskopi dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 14 November 2012 pukul 13.00 WITA di Laboratorium Instrument Fakultas MIPA UCoversitas Haluoleo Kendari.

B. Alat dan bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah spektrofotometri SSA-nyala, labu takar 50 ml, botol semprot, pipet 10 ml dan 5 ml, pipet tetes, batang pengaduk, Erlenmeyer 250 mL, labu takar 500 mL, 100 mL, dan 25 mL

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sampel air, HNO3 pekat, larutan standar logam Co 1000 ppm, gas asetilen, dan air bebas mineral


B. Pembahasan

Percobaan ini bertuuan untuk menentukan kadar Co dalam suatu sampel air dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA). Prinsip dasar Spektrofotometri serapan atom adalah interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan sampel. Spektrofotometri serapan atom merupakan metode yang sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah).

Cara kerja Spektroskopi Serapan Atom ini adalah berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengapsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya.

Hukum Lambert menyatakan bahwa, “Bila suatu sumber sinar monkromatik melewati medium transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorbsi.” Dalam penentuan kadar Co dalam sampel menggunakan spektrofotometri Serapan atom (SSA) perlu dilakukan pembuatan larutan standar, agar kurva kalibrasi yang nantinya akan digunakan untuk menghitung kadar Co dalam sampel air dapat dihitung. Sedangkan dalam pengukuran larutan standar dan sampel digunakan blanko berupa campuran larutan asam Nitrat dan larutan sampel air yang telah diambil dari berbagai tempat.

HNO3 berfungsi untuk mencegah terjadinya endapan, karena di dalam air, ion Co dapat mengalami hidrolisis dan membentuk Co(OH)3 yang merupakan padatan. Dengan memberikan suasana asam di dalam air, hidrolisis itu tidak akan terjadi sehingga ion Co tetap larut di dalam air dan tidak membentuk endapan. Pengendapan ini tidak boleh terjadi karena dapat menyebabkan ketidakakuratan pengukuran Selanjutnya yaitu penentuan Absorbansi maksimum dari tiap-tiap larutan sampel tersebut dengan panjang gelombang 240,7 nm.

Hasil dari AAS ini, dari tiap sampel adalah : 0.0323, 0.0613, 0.0918, 0.2013, dan 0.3684. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan larutan sampel. Sesuai hukum Lambert beer, A = ε b c, dimana absorbansi sebanding dengan konsentrasi larutan. Semakin besar konsentrasi larutan, maka absorbansi yang diperoleh juga akan semakin besar. Artinya bila dalam larutan tersebut banyak mengandung logam (Co), maka absorbansi yang diperoleh dari pengukuran semakin besar pula. Dari data absorbansi deret standar ini dibuat kurva kalibrasi dengan persamaan garis y = 0.070x - 0.045.

Selanjutnya adalah pembuatan larutan pengencer, dimana dalam percobaan ini digunakan aquades dan HNO3 pekat. Larutan pengencer ini adalah larutan aquades tanpa mineral. HNO3 pekat ini berfungsi untuk menghilangkan mineral yang terkandung di dalam air, dengan mengasamkan sampai pH 2. Selanjutnya larutan ini digunakan untuk pembuatan larutan kerja. Dimana larutan Cu 1000 ppm diencerkan sampai 100 ppm dan kemudian larutan 100 ppm ini dilarutkan menjadi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm. Dan selanjutnya diukur absorbansinya pada panjang gelombang 240,7 nm. Hasil yang diperoleh pada pengamatan sampel dengan baku mutu, pada tiap-tiap sampel memiliki konsentrasi -0.0008, 0.0028, 0.055, 0.0049, dan 0.0539 yang artinya bahwa tiap sampel jenis air yang ditelah diuji layak dikonsumsi, karena tidak melebihi dari baku mutu kadar Co dalam air, yaitu sekitar 0,2.
DAFTAR PUSTAKA

Day dan Underwood, A.L., 1981. Analisa Kimia Kuantitatif. PT Erlangga. Jakarta.
Matahelumual, B. C. 2007. 'Penentuan status mutu air dengan sistem STORET di Kecamatan Bantar Gebang'. Jurnal Geologi Indonesia. Vol. 2 No. 2. (diakses pada tanggal 17 November 2012).
Sumar Hendayana, dkk, 1994, Kimia Analitik Instrumen, IKIP Semarang.
Sutapa Ignusius, 2000, Uji Korelasi Pengaruh limbah Tapioca Terhadap Kualitas Air Sumur, Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2(1).
Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com