Fly with your imajination

Thursday, July 30, 2015

Hinata (6)

Sebelumnya : Chapter 5

Pair : [Naruto dan Hinata], [Sasuke dan Sakura]

Rate: T
Genre : Romance, Hurt/Comfort & drama
Disclaimer : NARUTO © MASASHI KISHIMOTO dan semua character yang ada di dalam cerita ini
WARNING : AU,OOC, typo, alur kecepatan, ga⎯je dan lain-lain (suka-suka Mickey), 
Hinata © Mickey_Miki
.
.
D L D R
.

.
.
~Happy Reading~
Kring....

Bel tanda pelajaran kedua berbunyi, semua murid konoha gakuen segera memasuki kelasnya masing-masing termasuk dua insan berbeda itu. selepas kejadian tadi tak ada yang saling buka suara. Naruto sibuk memikirkan kemungkinan yang tengah Sasuke lakukan tadi pada Hinata namun enggan untuk bertanya. dia takut perasaan tak mengenakkan itu kembali menggerayani tubuhnya. pasalnya dia sendiri melihat betapa Sasuke maupun Hinata sangat menikmati pelukan itu. mereka seolah pasangan yang telah lama terpisah apalagi pengakuan mengejutkan Sasuke pada Hinata.

“Ayo kita masuk, Hinata-chan.” Ucap Naruto seraya bangkit dari duduknya. Tak menatap sedikit pun pada Hinata dan malah jalan terlebih dahulu. Pikirannya tak lepas dari kejadian tadi. dia tidak cemburu, namun hanya merasa tidak enak. Perasaan tidak nyaman seolah ada ribuan nyengat yang menusuk-nusuk dadanya hingga menimbulkan perasaan sesak, tetapi tidak sakit. Entahlah dia sulit untuk mendefinisikan bagaimana perasaannya itu kerena perasaan itu baru pertama kali dia rasakan.

Hinata menyerngit mendapatkan perlakuan itu dari Naruto namun tetap menurut. “Iya, baiklah.” Sahutnya lantas berjalan mensejajarkan langkahnya dengan Naruto. “Ada apa Naruto-kun? Apa terjadi sesuatu?” Tanyanya memberanikan diri.

“Hm... Tidak. Hanya saja aku memikirkan bagaimana kalau kita jalan hari minggu nanti? Kita tidak pernah jalan-jalankan sebelumnya?” Naruto menatap Hinata yang menatapnya tak puas. Seolah bisa membaca kerisauannya. “Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu?” Tanyanya.

Hinata menggeleng. “Bukan apa-apa.” Bukannya merasa senang malah Hinata juga ikut memikirkan sesuatu. Dalam hati dia berharap apa yang tadi terjadi tidak terlihat oleh Naruto dan menjadi penyebab perubahan pada sikapnya itu .

“Ada apa? Kau tidak bisa yah?” Ucap Naruto sendu seolah mendengar jawaban penolakan dari Hinata.

Hinata menggeleng cepat. “Bu... Bukan begitu.” Sahut Hinata menatap wajah Naruto. “A... Aku cuma senang saja. Akhirnya kita bisa pergi bersama tanpa harus sembunyi-sembunyi.” Lanjutnya lantas menundukkan kepala menyembunyikan rona merah di wajah sambil memainkan kedua jari telunjuknya.

Naruto terkekeh melihat Hinata. Dia terlihat manis jika tengah malu-malu apalagi dengan rona merah di wajahnya itu. Seandainya ini bukanlah sekolah dan mereka tidak sedang berjalan di koridor yang banyak muridnya sudah pasti Naruto kembali merasakan manisnya bibir Hinata.

“Ke... Kenapa kau tertawa, Naruto-kun? Apa ada yang lucu?”

Naruto tak lantas menjawab namun mengacak-acak poni Hinata gemas. “Kamu.” Jawab Naruto memperlihatkan senyuman mematikannya.
Rona merah di wajah Hinata semakin merah tat kala mendengar jawaban Naruto apalagi setelah dia mendongak dan disuguhi dengan pemandangan senyum mempesona Naruto.

Tak ingin semakin membuat Hinata malu, Naruto menghentikan acara menggodanya itu lantas memegang tangan Hinata.

Dan tindakannya itu benar-benar sukses membuat Hinata semakin malu juga menambah rona kemerahan di wajah Hinata. Apalagi setelah diperhatikan oleh banyak murid.

“Na... Naruto...kun─”

“Sudah. Tidak usah pedulikan mereka. Kita akan telat jika jalanmu lambat Hime.”

...

Hari berganti menjadi pagi yang cerah. Matahari yang semula bersembunyi kini menampakkan bentuknya dan memberikan kehangatan juga semangat baru untuk semua penghuni kota itu. Gadis berambut indigo yang baru tersadar dari mimpi indahnya juga merasa nyaman dengan hawa pagi yang menyambutnya. Sejuk namun juga terasa hangat. Sungguh, tidurnya malam ini begitu nyenyak. Sang gadis bermata almetish itu tiba-tiba saja tersentak ketika merasa ada belaian tangan yang hangat di pipinya, sentak ia berbalik dan menatap orang tersebut. mata bulannya membulat ketika melihat seseorang yang tengah berbaring di sampingnya. Bertambah kaget lagi Hinata saat iris almetish-nya menangkap sosok bermata safir yang memakai sweater orange yang duduk di tepi ranjangnya. “Na... Naruto-kun?”

Ohayo hime.” Hinata tambah terbelalak mendengarnya, itu benar-benar suara asli sang lelaki yang Hinata kenal, tapi bagaimana bisa Naruto bisa berada di dalam kamarnya dan menyambutnya? Apa ini mimpi?

Naruto semakin memajukan wajahnya hingga hampir membuat tak ada jarak di antara mereka. Beberapa centi lagi hingga bibir keduanya bersentuhan. Hinata yang sadar akan apa yang terjadi selanjutnya sontak menutup mata dan saat itu pula ia merasakan sesuatu yang basah sedang bermain di bibirnya. Tak cuma di bibir, mata, hidung, dan pipi tak luput dari jilatan lidah itu.

“Mmm... Naruto-kun hentikan!” Rancau Hinata saat di rasa Naruto tak mau berhenti menjilati wajahnya.

“Meoooong...~”

“Naruto-kun!?”

“Meoooong....~”

“Meong!?” Beo Hinata mendengar sahutan Naruto. ‘Apa Naruto-kun pernah menjawab dengan mengeong?’ pikir Hinata. Tidak berapa lama Hinata pun sadar dan sentak membuatnya membuka mata secara paksa. Dapat dilihatnya seekor kucing tengah menjilati wajahnya saat ini. kucing dengan bulu hitam dengan totol putih di kedua telinga dan kakinya.

“Kuro-chan.” Pekik Hinata saat menyadari bahwa yang sedang menjilati wajahnya barusan adalah seekor kucing kesayangannya dan bukan Naruto. Dia pun bangun dan duduk sambil bersandar pada kepala ranjang sambil menggendong dan memainkan kucingnya. “Astaga, ternyata itu hanya mimpi. Tapi kenapa mimpiku mesum sekali?” Lanjutnya dengan bergumam.

....

Hinata kemudian pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya yang lusuh.

“Bagaimana kalau kita jalan hari minggu nanti? Kita tidak pernah jalan-jalankan sebelumnya?”

Kata-kata Naruto terngiang di kepalanya dan membuat dirinya tak melanjutkan acara membasuh wajah.

“Aku akan menjemputmu jam 09.00 pagi nanti, jadi bersiaplah sebelum aku datang.”

Hinata membulatkan mata setelah melihat pantulan jam dinding dari cermin kamar mandinya.

“Astaga kurang 20 menit lagi Naruto-kun akan menjemputku. Aduh, kenapa sampai lupa dan kenapa jadi telat bangun, sih?” Rutuk Hinata pada dirinya sendiri. Segera dia menanggalkan seluruh pakaian yang membungkus tubuhnya lantas bergegas menuju shower.

Dua puluh menit kemudian dia sudah siap, pakaian yang dia kenakan tidak terlalu mencolok dan sederhana walau begitu tetap menampilkan sisi kelembutannya. Gaun ungu muda dengan switer putih gading yang di padukan dengan sepatu converse black.
...

Tok.... Tok.... Tok....

One-chan ada tamu.” Kata Hanabi setelah membuka pintu.

“Iya, tolong katakan untuk menungguku sebentar lagi.” Ucap Hinata seraya merapikan penampilannya. Setelah dirasa penampilannya tak ada yang kurang ia pun memasukkan barang-barang dalam tas kecil rajut-nya yang barangkali di butuhkan saat jalan nanti. Kemudian menghampiri Naruto yang sejak tadi sudah menunggunya.

Di ruang tamu ada Neji yang menemani Naruto. Kakak Hinata itu nampaknya tengah memberikan petuah kepada Naruto. Sedang Naruto sendiri hanya bisa menganggukkan kepala tanpa ada bantahan atau pun protes.

“Naruto-kun, Neji-nii!?” Panggil Hinata.

Kedua orang yang dipanggi itu lantas membalikkan badan dan menatap Hinata. Neji menatap Hinata biasa saja sedang Naruto yang mungkin baru pertama kali melihat penampilan Hinata seperti itu sedikit terkejut dan mungkin juga terpesona.

“Neji-nii, kami akan langsung jalan.”

“Yah, baiklah. Ingat Naruto apa yang tadi ku katakan. Jangan melanggarnya atau kau tau apa akibatnya.” Ucap Neji menatap Naruto penuh ancaman.

Naruto mengangguk lantas memegang tangan Hinata dan membawanya cepat. “Ittekimas!”

Itterasai.”
...

“Naruto-kun kita akan kemana?” Hinata menatap Naruto yang tengah memfokuskan pandangannya pada jalanan. Dengan sekuat tenaga menekan perasaan gugup yang menghinggapi. Ini adalah kali pertama mereka jalan atau mungkin kencan pertama mereka setelah lebih dua bulan mereka menjadi sepasang kekasih.

“Di mana tempat yang ingin kau kunjungi?” Naruto menatap Hinata sekilas sambil tersenyum dan kembali beralih pada jalan di depannya.

Hinata menunduk, memikirkan tempat-tempat yang ingin dia kunjungi. Dahinya mengkerut memikirkan tempat-tempat yang menurutnya menarik dan Naruto juga bisa menikmatinya. “Mmm... Ke... Kebun binatang. A.. Aku ingin sekali melihat binatang-binatang di sana.”

“Baiklah, kita ke sana.”

“Eh... “ Hinata terkesiap lantas menatap Naruto panuh tanya. “Bukankah kau bilang kita akan jalan-jalan?”

“Mm...” Jawab Naruto mengangguk. “Lalu?”

“Bukankah itu artinya kau yang akan menentukan tempatnya?”

“Apa aku pernah bilang jika aku yang akan menentukan tempat kita kencan?” Hinata menggeleng pelan, “Dan bukankah kau ingin sekali pergi ke kebun binatang Hinata-chan?” Hinata mengangguk “Yah sudah kita ke sana saja. Bukankah lebih menyenangkan jika kita ke tempat yang kita sukai. Lagi pula aku juga ingin bersenang-senang hari ini.” Ucap Naruto memberikan senyumannya pada Hinata.

Hinata menunduk, perasaan bahagia menyeruak dari dalam dada hingga membuat wajahnya memerah. Kata-kata Naruto tadi bukankah bermakna jika dia sangat perhatian padanya? “Arigato.”

Naruto tak menjawab namun tersenyum kemudian mengacak poni Hinata dengan salah satu tangannya sedang yang lain memegang stir mobil. Dia tidak tahu rasanya akan sebahagia ini ketika melihat gadis indigo itu tersenyum karena dirinya. Akan tetapi, lagi-lagi sebagian dirinya harus menepis perasaan itu. Baginya hanya ada satu gadis yang berhak atas hatinya. Ialah gadis kecilnya dan setelah semua ini usai dia akan jujur pada Hinata dan akan mencari gadis kecilnya.

Butuh waktu lebih lama untuk sampai ke kebun binatang, dikarenakan hari ini adalah harinya untuk liburan keluarga. Kemacetan akibat kendaraan tak terelakkan dan itu juga yang dialami oleh mereka berdua.

~oOo~

Setibanya di kebun binatang, Naruto dibuat terkesiap oleh kelakuan Hinata. Gadis itu nampak sangat senang, padahal apa yang mereka lihat hanyalah binatang dan juga kebanyakan sangat sering ditanyangkan di tv. Hinata berjalan cepat bahkan sedikit berlari ketika melihat seekor hewan besar dengan leher panjang sedang menikmati makan siangnya.

“Wah... Lihat Naruto-kun, leher jerapah itu! Naruto-kun lihat lehernya, benar-benar panjang! Hebat! Ternyata lebih panjang dari yang biasa ku lihat di tv.” Hinata benar-benar terlihat kegirangan saat melihat hewan orange bertotol hitam itu tengah memakan daun-daun pada ranting-ranting pohon yang tinggi.

Naruto tersenyum kegelian saat melihat kelakuan Hinata yang nampak seperti seorang anak kecil yang baru pertama kali pergi ke kebun binatang. Entah kemana Hinata yang lembut dan dewasa. “Ini kali pertama aku melihat seseorang begitu senang melihat jerapah.” Ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepala namun tetap tersenyum melihat kelakuan Hinata.

“Naruto-kun ayo kemari. Lihat hewan itu, bahkan lebih besar dari pada yang terlihat dalam tv. Belalainya juga benar-benar terlihat lucu.” Kali ini Hinata menunjuk seekor gajah yang tengah menyemburkan air ke seluruh tubuhnya.

“Iya Hinata-chan. Kau terlihat sangat menggemaskan jika berekspresi seperti itu.” Naruto mengakhiri ucapannya dengan kekehan yang membuat Hinata menunduk malu. “Aku sangat menyukai Hinata-chan yang seperti ini.” Lanjutnya.

“Maaf Naruto-kun. Aku baru pertama kali datang ke kebun binatang. Ayah dan ibuku sibuk kerja sedangkan kak Neji juga sibuk mengurusi urusan kuliahnya. Apa aku membuatmu malu?” tanya Hinata menengadahkan kepalanya menatap iris safir Naruto.

CUP

Hinata terkesiap saat mendapatkan kecupan lembut itu dari Naruto. Walau cepat tetap saja meninggalkan bekas yang dalam baginya, terlebih di tengah kerumunan orang seperti ini.

“Aku menyukai wajah ceria Hinata-chan dan aku juga menyukai wajah malu-malumu. Kau terlihat menggemaskan dan itu membuatku ingin sekali menciummu. Seharusnya kita ke pantai saja tadi, kan di sana banyak tempat yang sepi, jadi aku bisa menciummu sepuasku. Hehehe...” Ucap Naruto dan semakin membuat warna kemerahan di wajah Hinata semakin kontras bahkan telinganya pun juga memerah.

...

“Apa kau tidak haus Hinata-chan?”

Pertanyaan Naruto itu sukses mendatangkan rasa haus Hinata. Ternyata sedari tadi dia tidak ingat haus lantaran terlalu kegirangan melihat para binatang itu. Hinata menunduk lantas menganggukkan kepalanya malu.

Naruto tersenyum kemudian membawa Hinata ke bangku khusus tempat orang untuk beristirahat. “Tunggu aku di sini, aku akan membeli minuman dulu.” Ucap Naruto lantas meninggalkan Hinata di bangku itu untuk membeli minuman.
...

Dan di sinilah Hinata berada. Duduk di bangku khusus tempat para pengunjung beristirahat. Tidak hanya dirinya yang berada di tempat itu, banyak dari pengunjung lain yang juga beristirahat. Senyum tak pernah pudar dari wajahnya. Sungguh hari ini adalah hari yang paling membuat dia bahagia. Bagaimana tidak, hari ini dia sedang berkencan dengan Naruto, pemuda yang diimpikannya sedari dulu, ditambah lagi dengan suasana yang cerah. Angin tak pernah berhenti berhembus lembut menerpa wajahnya. Seakan alam pun ikut senang dengan keadaannya saat ini, daun-daun bergesekan hingga menghasilkan suara simfoni alam yang melantunkan bait-bait cinta di indra pendengarannya.

Sangat berlebihan.


Dulu, dia hanya bisa menghayalkan ini semua, meminpikan sesuatu yang dia sendiri tahu itu sangat mustahil terwujud. Menjadi seorang murid yang berpenampilan tak menarik membuatnya sangat minder walau hanya untuk mencari teman. Apalagi dengan adanya insiden pembulian itu, benar-benar membuat dirinya sangat menjauhi pergaulan. Dan sekarang, semuanya telah berlalu. Apa yang pernah dia impikan kini telah terealisasikan dan semua itu berkat dia. Seseorang yang sudah mengisi hatinya.

Naruto Uzumaki atau Naruto Namikaze, seorang pemilik mata seindah langit biru dan senyuman secerah mentari mampu menariknya dari keterpurukan akibat bulian murid-murid sekolahnya. Memberinya kekuatan hanya dengan senyuman dan pelukan hangat. Dan laki-laki itu jugalah yang sudah mengisi sebagian dari hatinya.

...

“Hinata!”

Lama ia terdiam dalam angan indahnya bersama sang pemuda, hingga suara itu menyadarkannya, menariknya menuju dunia nyata. Ia berbalik untuk menatap orang itu. “Sakura-san, Sasuke-san.” Ucap Hinata saat melihat mereka yang ternyata adalah teman sekelasnya. “Kalian datang hanya berdua?” Tanyanya.

“Oh... Kami kebetulan bertemu.” Hinata menyerngit mendengar jawaban Sakura. Bukankah Sasuke adalah orang yang menjauhi keramaian? Lantas apa yang membuatnya bisa datang ke mari? Pikir Hinata.

“Kau sendiri datang ke sini bersama siapa Hinata-chan?” Tanya Sakura penasaran sambil ikut duduk di samping Hinata sedangkan Sasuke duduk di samping Sakura.

“A.. Aku bersama Na.. Naruto-kun.” Jawabnya sambil tertunduk. Hinata yakin sebentar lagi akan ada nada usilan dari Sakura tentang dirinya juga Naruto.

“Ehm, jadi begitu yah? Wah sudah berapa lama?” Pertanyaan dengan nada menggoda itu sukses membuat Hinata merah merona lantas menunduk menyembunyiakan rona di wajahnya itu. Sedang seseorang yang berada di samping Sakura malah mengeraskan rahangnya. Menutup mata berusaha menahan gejolak dalam dada.

Sakura tersenyum geli menatap Hinata walau sebagian dari dirinya merasa iri dan tak suka. Dia bisa merasakan perubahan sikap dari seseorang di sampingnya yang secara kebetulan dia temui. Sakura juga bisa merasakan perasaan itu. Perasaan sesak saat mengetahui bahwa orang yang dia sukai ternyata menyukai orang lain.

Cinta bertepuk sebelah tangan tak ada yang bisa menyangkal bahwa itu sangat menyakitkan. Ketika melihatnya terpaku pada seseorang, walau tak bersamanya namun hati orang itu sudah tak lagi di tempatnya.

Kenyataan yang begitu menyakitkan bukan?

Cinta, menurut Sakura adalah saat dimana dia bisa bersabar, ketika cinta masih belum menyadari bahwa ada seseorang yang menunggunya.

Cinta menurut Sakura adalah rasa sakit, dia harus merasakan sakit terlebih dahulu agar dia bisa mengerti arti dari kata cinta itu dan pada saatnya nanti dia yakin rasa sakit yang sudah dilaluinya itu akan menuntunnya pada cinta itu.

Tetapi sampai kapan dia harus bersabar? Sampai kapan dia harus menerima rasa sakit itu? Entahlah. Dia sendiri tak yakin dengan hal itu.

Tetapi dia yakin pada saatnya nanti hati Sasuke akan melihatnya dan menerimanya karena dia sangat meyakini bahwa cinta itu akan selalu datang. Cinta tak pernah pergi atau pun meninggalkan orang yang sudah menantinya.


“Jadi dimana Naruto-baka itu sekarang?” Sekali lagi dia merasakan perubahan dari orang yang sedang duduk di sampingnya itu namun tetap berpura-pura tak tahu. Entah kapan perasaan itu juga diberikan padanya.

Hinata meremas roknya berusaha meredakan perasaan malunya dan juga rasa tidak enak pada seseorang yang berada di samping gadis musim semi di sampingnya itu. Dia juga tahu bahwa sedari tadi laki-laki itu sudah menunjukkan rasa tak nyaman karena rentetan kata-kata yang dituturkan oleh Sakura.

“Dia─”

“Hinata ini minuman─ eh. Kalian berdua?” Ucapan Hinata terpotong karena interupsi dari Naruto yang telah tiba.

Pandangan mereka semua tertuju pada laki-laki blonde itu. Hinata merasa tertolong sekaligus tidak enak ketika melihat Naruto yang melihat Sasuke dengan tatapan dingin. Sedang Sasuke sendiri, laki-laki itu hanya mengalihkan pandangannya dari Naruto. Hinata yakin Sasuke merasa tak enak, sekaligus masih merasa bersalah akibat kejadian itu.

“Dobe.”

Naruto menaikkan satu alisnya ketika mendengar sapaan Sasuke padanya. Seminggu setelah kejadian tak hadirnya Hinata di sekolah membuat mereka tak pernah saling sapa.

“Teme. Apa yang kalian berdua lakukan di sini?” Matanya memicing menatap kedua pasang itu. Dilihatnya Sakura yang salah tingkah akibat pertanyaannya itu sedang lawan bicaranya hanya menatapnya datar lalu mengalihkan tatapannya.

...

“Na... Naruto-kun. Boleh aku meminta minumannya?”

Ucapan Hinata membuatnya menghentikan kelakuannya itu dan menatap gadis itu lembut lantas memberikan minuman yang tadi dibelinya.

“Hehehe... Maaf yah Hinata-chan.” Ucapnya lantas memberikan minumannya pada Hinata.

Gadis itu menerimanya lantas meneguknya hingga setengah. Rupanya rasa gugup juga memengaruhi dahaga sang gadis Hyuga itu. “Arigato Naruto-kun.”

“Karena kita sudah bertemu, sebaiknya kita jalan bersama saja. Bagaimana?” Tanya Sakura antusias. Walau dalam hati merutuki keceplosannya.

“Apa ini sudah jadi takdir kita yah?” Gumam Hinata namun tak seorang pun mendengarnya. Kembali lagi ingatannya menjelajah ke masa lalu, dimana dia dan mereka masih berada dalam satu play group bermain bersama, tertawa, dan saling menghibur. Saat itu hanya ada kesenangan dalam hari-hari kebersamaan, tak ada pikiran tentang cinta seperti sekarang. Cinta membuat mereka terpecah, cinta membuat mereka tak saling mengingat, cinta membuat mereka saling mendiamkan, dan juga membawa luka. Ia ingin sekali kembali seperti masa lalu, kembali merajuk tali pertemanan dan tanpa ada masalah yang membelit.

Hinata tersenyum lantas mengangguk. Sedang Sasuke dan Naruto tampak tersentak. Ada raut enggan saat mendengar penuturan gadis merah muda itu namun mereka pun tak bisa menolak.

“Baiklah. ayo.” Naruto menggenggam tangan Hinata sedikit lebih erat. Entah kenapa dia merasa Sasuke akan merebut Hinata jika dia melepaskan genggamannya.

“Na... Naruto-kun?” kening Hinata sedikit mengkerut saat mendapatkan perhatian tak biasa Naruto. Walau ia merasa bahagia, tetap saja dia merasa ada yang aneh dengan perlakuan itu. ‘Apa Naruto-kun tahu kejadian di belakang sekolah tempo hari dan menjadi salah paham?’ pikir Hinata. ‘atau karena Naruto-kun takut aku akan dibuli lagi oleh Sasuke?’ lanjutnya menatap pemuda blonde itu.

“Ada apa Hinata? kau membutuhkan sesuatu?”

Hinata menggeleng dan tersenyum, “Tidak ada.” Jawabnya.

“Wah... lihat itu Naruto-kun, hewan itu lucu sekali. Dia seperti boneka Hanabi.” Dan sekali lagi kelakuan tak biasa Hinata itu sukses membuat Sakura dan Sasuke heran namun merasa lucu.

“Sakura-san, Sasuke-san. Mereka lucu kan!?” Kata Hinata seraya berlari menghampiri binatang itu. Menyanggah tangannya pada pagar pembatas sambil berlompat-lompat kegirangan. Matanya berbinar penuh bahagia, seolah baru melihat harta karun luar biasa indah.

“Hinata, apa kau baru pertama kali ke kebun binatang?” Sakura berdiri di samping Hinata dan menatap Hinata lucu. Padahal itu hanya panda yang sedang memakan bamboo, tetapi Hinata menanggapinya berlebihan. Dilihatnya wajah Hinata yang sangat berbeda dari beberapa minggu yang lalu. Hinata yang seperti ini terlihat sangat cantik dengan senyum dan binar bahagia itu di matanya.

Hinata mengangguk. “Oto-san dan Oka-san sibuk bekerja, sedang Neji-nii juga sibuk. Jadi aku tidak pernah ke tempat ini sebelumnya.” jelasnya tak menatap Sakura.

Sakura menatap Hinata sedikit iba. “Kalau begitu aku akan menunjukkanmu hewan-hewan yang lebih lucu lagi. Ayo!” ucapnya seraya menarik tangan Hinata. banyak hewan-hewan yang mereka jumpai, mulai dari harimau yang dianggap Hinata adalah kucing besar yang lucu dan hampir saja membelainya kalau tidak dihentikan oleh Naruto, monyet yang dianggap Hinata boneka yang sering memainkan alat music piringan, burung beo yang bisa mengulang kata dan banyak hewan yang belum pernah dilihat Hinata sebelumnya. Mereka berempat kembali beristirahat setelah puas menjelajahi kebun binatang itu. Hinata pamit beberapa menit kemudian untuk ke toilet.

“Maaf aku pergi permisi sebentar.” Kata Hinata bangkit.

“Apa perlu ku temani Hinata?” tanya Sakura namun dijawab Hinata dengan gelengan.

Beberapa menit setelah puas menunaikan hasratnya Hinata keluar dari toilet. Dia baru sampai di pintu ketika suara itu mengalihkan atensinya. “Hinata!?”

Hinata berbalik menatap laki-laki yang sudah memanggilnya. “Ah... Sasuke-san. Ada apa?” tanya Hinata menatap laki-laki itu
Sasuke berjalan menghampiri Hinata. “Tidak. Aku hanya ingin menemuimu. Ada yang ingin ku sampaikan”

Hinata menyerngit bingung, namun tak juga membuka suara. “Bisakah kau bersikap biasa padaku, tidak menghindariku lagi? Aku tahu mungkin sulit, tapi ku mohon berusahalah. Aku tidak akan menuntut balasanmu untuk perasaanku, karena ku tahu kau dan Dobe saling menyukai. Tapi kelakuanmu itu menyalitiku, Hinata.” Kata Sasuke penuh harap.

Hinata diam sesaat. Beberapa kali berkedip hingga senyuman itu akhirnya terbentuk di wajahnya. yah dia sadar selama penjelajahannya tadi, dia selalu menghindari interaksi dengan Sasuke. Hinata tersenyum dan menganggukkan kepalanya, “Ma... Maaf ka.. kalau sikapku tadi membuatmu tidak nyaman.”

Sasuke tak menjawab namun tersenyum. Senyum yang membuat wajah Hinata merona. Sasuke menggerakkan tangannya lantas mengacak poni Hinata. “Ayo kita kembali.”

Hinata mengangguk dan berjalan bersisian dengan Sasuke. Beberapa kali melangkahkan kakinya hingga sebuah akar hampir membuatnya terjatuh. Sasuke dengan sigap menahan Hinata dan membantunya berdiri. Gerakan itu membuat mereka seolah adalah sepasang kekasih yang tengah berpelukan. Hinata dengan sigap melepaskan diri dari rangkulan Sasuke, “Ma.. Maaf.” Ucap Hinata menunduk malu.

“Bukan masalah. Ayo.” Ucap Sasuke kembali melanjutkan perjalananya.

Hinata pun juga ikut berjalan namun beberapa menit kemudian dia merintih kesakitan. Sasuke berbalik melihat Hinata. “Kau kenapa Hinata?”

Hinata masih mengusap-usap matanya, tak menghiraukan pertanyaan Sasuke.
“Jangan diucap, matamu akan iritasi. Buka matamu!” Sasuke menyuruh Hinata lantas memegang kelopak mata Hinata dan meniupnya. “Sudah baikan?” Tanyanya.

Hinata mengangguk, “Terima kasih.”

Mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju tempat Naruto dan Sakura menunggu namun dalam diam. Tak ada satu pun di antara mereka yang buka suara, mereka terdiam dalam lamunan mereka sendiri.

...

Setelah sampai di sana, tak satupun dari mereka yang terlihat. Baik Sakura maupun Naruto sudah tak ada lagi di tempat itu. Tidak beberapa lama kemudian, bunyi ponsel Hinata berbunyi. Di ambilnya ponsel itu dalam tas kecilnya lantas membaca pesan yang masuk dari ponselnya.

Hinata, maaf aku pulang duluan. Ada urusan mendadak. Kau boleh pulang di antar Sasuke. sekali lagi maafkan aku, Hinata-hime. Oka-san menyuruhku agar segera pulang.

Hinata terdiam beberapa detik kemudian dia berbalik menatap Sasuke yang juga sibuk dengan ponselnya. Entah apa yang laki-laki itu lihat hingga keningnya dia kerutkan.

“Ada masalah, Sasuke-san?” Hinata masih memegang ponselnya ketika menghampiri Sasuke.

“Sakura pulang duluan, katanya ada urusan mendadak. Kemana Naruto?” Sahut Sasuke menatap Hinata yang tampak ingin mengatakan sesuatu.

Hinata terdiam beberapa saat. Hingga beberapa detik kemudian, ia kembali berujar, “M...mm.. Na.. Naruto-kun bilang ia juga pulang duluan. A.. Ada urusan mendadak. Dan... Dan.. Dia mengatakan ka.. Kalau Sasuke-san yang akan mengantarku pulang. Ta... Tapi kalau kau keberatan, aku akan pulang naik bus sa.. Saja.”

“Aku akan mengantarmu pulang Hinata. Naruto akan memarahiku jika aku membiarkanmu pulang sendiri.” Jawabnya, “Apa kau ingin langsung pulang atau masih ingin melihat-lihat kebun binatang ini?” lanjutnya bertanya.

“Kita pulang saja. Lagi pula hari juga sudah sore.” Sahutnya cepat namun tak menatap Sasuke.

Mereka kemudian pulang dengan perasaan tak begitu baik. Hinata masih memikirkan Naruto yang pergi meninggalkannya.
.
.
.

Di sisi lain tanpa mereka ketahui, kejadian saat mereka bersama telah terlihat oleh orang lain namun dengan anggapan yang berbeda hingga membuat mereka begitu sedih kemudian pergi meninggalkan mereka dengan alasan yang berbeda.

.
.
.
.

Wah... akhirnya ch 6 ter-update, tapi berakhir dengan gajenya. Hahaha... :-D. ah.. nikmati sajalah. BTW, Sebelumnya Author minta maaf bila apa yang author posting ada yang gak disukai atau ada banyak kata-kata yang menyinggung dan maaf juga yah kalau peng-update-an fict ini gak menentu, yah tahulah kesibukan *Makan-tidur-berfikir-nonton, dll* hahaha... *Kerjanya orang malas*.

Ah.. sudahlah. BTW lagi ada beberapa lagi nih review yang bakalan author balas.

Hinata tau gak kalau Sasuke itu teman masa kecilnya?

Iya tahu, tapi Sasuke tidak tahu kalau Hinata itu teman masa kecilnya. Jawaban pastinya kalian akan tahu pas chapter khusus untuk Sasuke dan Sakura.

Kenapa Naruto gak nyadar kalau Hinata itu teman kecilnya sekaligus gadis kecil yang dia cari-cari dan malah Sakura yang dia anggap sebagai teman masa kecilnya?

Tahu sendirikan gimana sifatnya Naruto. Dia itu BAKA, gak peka, susah membedakan. Hehehe... maaf yah Naruto-kun author menghinamu. Sebenarnya itu karena perubahan sifat dari Hinata sendiri. Padahal sewaktu kecil dia adalah tipe periang, semangat, dan tidak pemalu. Dan karena kejadian junior high school dia berubah.

Kenapa fict ini alur ceritanya beda dengan judulnya? Judulnya Hinata namun malah nama dia yang letaknya paling belakanagan? Apa ganti tokoh utamanya jadi Sakura or Naruto?....

Pertanyaan ini yang kusuka. Hahaha... akhirnya ada yang bertanya dan menyadari bahwa fict ini tidak terlalu mengisahkan Hinata, mungkin hanya diawalnya saja kebanyakan. Hehehe.. terima kasih kritiknya.

Namun walau judulnya itu Hinata, bukan berarti dia juga yang ambil banyak scene di fict ini. kalau kebanyakan Hinata konfliknya kayaknya kurang kenna ajah. *itu sih menurut author untuk fict ini*

Sebenarnya awalnya author juga rada aneh dengan alur fict ini karena sebetulnya ide awalnya itu hanya berkisah tentang pembullian dan diakhiri oleh teman masa kecil sekaligus cinta pertama dari korban bullian itu, tapi entah kenapa pas nulis di chapter-chapter selanjutnya, author malah menceritakan tokoh yang lain, karena mereka juga menunjang jalan cerita ini. Ide itu datangnya seperti air yang mengalir, ada-ada saja yang bisa muncul dan berbeda-beda, jadi mungkin jalan ceritanya juga rada aneh tapi masih mudah untuk dimengerti. Dan karena ini masihlah setingan sekolah jadi konfliknya yang tidak terlalu rumit dan juga pasaran (mungkin). Dan mungkin untuk setingan pull Hinata-nya bakalan sulit saya tuliskan, mungkin ada sedikit dari pemeran lain yang ikut andil. (kamu benar author kurang konsisten) Sekali lagi arigato atas pertanyaan juga kritikannya. *,*))

Naruto itu tulus gak cinta sama Naruto?

Sebenarnya Naruto awalnya hanya ingin membantu Hinata supaya dia gak dibuli lagi dan menyadarkan Sasuke kalau perbuatannya itu tidaklah benar. Namun semakin lama Naruto malah suka sama Hinata tetapi dia tetap gak bisa, karena janji pada masa kecilnya. Jadi dia menganggap dia masih bisa memikirkan Hinata tetapi tidak untuk dimiliki. -_- *Naruto jahat yah?*

Apa Sasuke bakal jadian sama Hinata?

Sepertinya tidak. Ada yang menunggu Sasuke. hahaha... :-D, jadi untuk yang mengharapkan sasu-hina, maaf sepertinya gak akan terwujud. Hohoho.... @,@ nanti di jelaskan di chapter selanjutnya.

Dan maaf kalau pairnya ini tidak jelas!!! Semoga chapter ini bisa diterima. Jika kalian ada yang ingin ditanyakan jangan sungkan untuk menuliskannya di kolom review atau lewat PM.

Sekian.

Arigato gozaimas sudah menyempatkan membaca fict abal dengan ide pasaran ini 
...
...

Next.......... Chaper 7
Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com