"Apa yang membuat kamu menyukai dia?"
"Mengapa kamu memilih dia di antara banyaknya teman lelakimu?"
"Sebenarnya apa alasanmu? Apa yang ada di dirinya hingga kamu menyukai dia sampai seperti itu?"
Namun aku hanya diam tak menjawab. Aku juga tidak tahu apa yang membuatku begitu menyukaimu. Yang aku tahu, rasa ini tiba-tiba mendatangiku begitu saja tanpa undangan. Tak bisa kutolak pun kuhilangkan begitu saja.
Meskipun banyak yang bilang jika kamu memang pantas untuk dikagumi. Kamu menarik dengan wajahmu yang memang enak dipandang. Dari matamu yang memandang orang dengan lembut, dari senyummu yang selalu menenangkan, Dari gerakanmu yang selalu menempatkan diri. Namun, bukan karena itu. Aku juga tidak tahu, apa yang sudah memengaruhi pikiranku hingga yang terlihat di mataku hanyalah sosokmu. Bahkan sering kali aku tanpa sadar memperhatikan wajahmu lekat-lekat.
Aku akui, kamu memang memiliki kepribadian yang menyenangkan. Kamu sering melucu, meski guyonan yang sering kamu keluarkan begitu garing di telinga. Tapi, entahlah. Aku menyukainya.
Kamu juga tidak seperti kebanyakan lelaki yang kukenal. Kamu lembut namun tidak seperti laki-laki KW yang sering nongkrong di perempatan lampu merah sambil melambai-lambai pada pengendara. Tidak. Kelembutanmu tidak mengandung hal menyimpang seperti itu. Kamu lembut, dari caramu berbicara. Kamu lembut, dari caramu memperhatikan. Kamu lembut, dari caramu memberi saran. Dan kamu lembut, dari caramu memandang orang.
Lalu, apakah dari kepandaian yang kamu miliki?
Setidaknya satu-satunya hal yang kutahu dari kemampuan yang kamu miliki adalah kemampuan bahasa inggrismu berada di atasku. Kamu lebih fasih, kamu lebih aktif dan tidak pasif sepertiku. Kamu mampu memahami kata-kata sulit yang sulit kupahami. Dan selebihnya, aku tidak tahu.
Dan karena latar belakang?
Aku bahkan tidak terlalu mengenal dirimu hingga tahu seluk beluk dari yang kamu miliki. Yang kuingat kamu hanya memiliki sebuah motor yang biasa kamu gunakan untuk berpergian.
Namun, bagaimana pun kamu. Apa yang aku rasakan saat ini memang tanpa alasan. Aku jatuh begitu saja. Dan saat sadar, tiba-tiba saja apa yang kamu miliki begitu istimewa di mataku. Hari ke hari intensitasnya semakin bertambah bahkan rasanya meski dibandingkan dengan opa-opa Korea, mereka tidak ada apa-apanya dibanding kamu. Kamu terlalu istimewa.
Dan aku benar-benar sudah jatuh pada kedalaman rasa yang sulit terjangkau. Lalu dengan angan-angan yang semu terus bertahan dalam penantian.
Bahwa meski aku terus bertahan, kamu tidak punya alasan untuk tinggal. Kamu bisa pergi kapan saja.
...
Mickey139 03.03.19
Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Tes
ReplyDelete