Fly with your imajination

Friday, October 16, 2020

Untukmu Si Penghianat


sumber gambar : Pinterest
 
Untuk mantanku yang sedang membaca ini,

Hai, apa kabar? Apa di sana kamu baik-baik saja dengan pilihanmu? Sesama penghianat harusnya baik-baik saja, yah? Ah, apa kata-kataku seperti menyinggung? Maaf, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin menyapa. Jadi jangan tersinggung, oke. 

Ngomong-ngomong, kemarin aku tidak sengaja lihat salah satu gambar posting-an teman kita di Insgram. Gambar undangan. Di sana tertera nama kamu dan Si Mantan Sahabat. Selamat yah. Hubungan kalian rupanya sangat baik sampai melangkah ke jenjang serius.

Sebenarnya, aku tidak tahu motivasi teman kita memposting gambar itu. Entah dia ingin memamerkan kalau kalian sekarang hidup bahagia atau berharap aku semakin terpuruk. Yang jelas, aku tahu bahwa dia adalah salah satu pendukung garis keras kalian. Orang yang selalu membantu menutupi kecurangan kalian di belakangku.

Tapi, tenang saja. Aku tidak terlalu memikirkannya, kok. Sekarang aku sudah sadar, aku terlalu berharga untuk meratapi hal itu. Orang-orang yang menyayangiku akan kecewa bila memikirkan penghianat seperti kalian. Lagipula, daripada terpaku pada masa lalu lebih baik membayar waktu berhargaku yang dulu saat bersamamu. Aku sadar, rupanya banyak sekali kesenanganku yang sudah kusia-siakan karena memperioritaskan kamu dulu. 

Oh ya, aku sedikit penasaran. Kata teman kita yang lain, kamu terlihat sangat berbeda dari terakhir kita bertemu. Kamu kelihatan tak terurus. Badanmu kurus, seperti sudah berpuasa berbulan-bulan. Bukan cuma itu, mukamu kusam, berjerawat, dan bakal janggut tumbuh tak terawat. Dia bilang, kamu seperti tidak ada kehidupan. Padahal, seingatku kamu itu tipe orang yang mementingkan penampilan. Kenapa berubah? Atau mungkinkah karena karma?

Yah, terlepas apakah itu benar atau tidak karena aku tidak pernah mencari tahu, kamu memang pantas mendapatkan itu.

Kamu ingat ucapanku sebelum berpisah?

"Aku melepasmu."

Tentu saja aku melepasmu. Aku tidak begitu bodoh untuk mempertahankan penghianat sepertimu. Aku juga tidak mungkin memaafkanmu begitu mudah setelah perlakuan kejam yang sudah kamu berikan. Waktu itu aku benar-benar sakit hati dan ingin sekali berteriak sambil mengutuk kalian, tapi aku sadar hal itu hanya akan membuatku semakin terlihat menyedihkan.

Aku benar-benar tidak mengerti, dulu itu salahku apa sampai kalian berbuat demikian? Kamu hanya bilang aku terlalu kasar dan banyak menuntut. Tapi, selama kita bersama aku selalu menjaga ucapan dan tindakanku. Aku tidak pernah menuntut minta dijemput atau diantar, malah sebaliknya akulah yang selalu menjemput atau mengantar kamu kalau motor kamu sementara diservis. Aku juga tidak pernah merengek dan minta dibelikan sesuatu, justru akulah yang sering membelikanmu hadiah. Aku hanya cerewet jika kamu sakit karena kesalahanmu sendiri.

Sampai beberapa waktu lalu, aku selalu memikirkan kesalahan lain yang mungkin saja kuperbuat. Namun, aku sadar. Penghianat ada, bukan karena kesalahan yang dilakukan pasangannya, tetapi karena Penghianat tidak bisa menjaga komitmennya. 

Yah, tapi kuakui dulu itu memang salahku. Aku terlalu bodoh untuk merelakan dan hanya menangis dalam diam melihat kalian melenggang santai lalu menjauh sambil bergandengan. Aku terlalu bodoh karena hanya bisa diam melihat kalian bermesraan setelah meninggalkan luka menyayat menyakitkan tanpa membalas ... Tapi, aku bahkan tidak bisa berpikir apa yang harus kulakukan waktu itu.

Kalian sengaja memilih tempat yang sering kita datangi, kafe kecil yang penghuni dan pelanggannya sudah mengenal kita. Kalian tahu, aku tidak mungkin berteriak di sana, karena pemiliknya adalah tetangga rumahku. Tidak mungkin juga aku bertindak kasar, dengan melempari kalian berdua kursi, sementara kafe itu bukan milikku. Kalian tentu tahu aku bukan tipe anarkis yang ekspresif, yang langsung mengekpresikan emosinya saat itu juga. Jadi, kalian memilih tempat itu. Tempat yang bisa mengekang emosiku.

Yah, tapi itu sudah berlalu. Meski sampai beberapa waktu yang lalu, aku masih mengutuk kalian dalam diam. Meminta pada Sang Pencipta agar menghukum kalian.

Dan untungnya aku sadar. Caraku itu hanya memperburuk keadaan hatiku. Maka dari itu aku ikhlas. Benar-benar ikhlas.

Aku melepaskan ikatan yang menjerat hatiku. Sakit yang terus bersarang karena sedih dan kekecewaan, semuanya sudah kuikhlaskan.

Dan aku berharap, kamu benar-benar baik-baik saja dengan dia.
Mickey139



Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com