Fly with your imajination

Saturday, October 17, 2020

Not Perfect#10

Seperti permintaan Lingga semalam, sekarang Yoga sudah berada di taman bermain bersama Sang Malaikat kecil. Rara namanya. Gadis manis berambut bergelombang dengan lesung pipit di pipinya itu membuat Yoga jatuh hati pertama kali bertemu.

Yoga juga tak begitu mengerti dengan dirinya. Padahal ia yakin tak begitu menyukai anak kecil sebelumnya, tetapi ketika bertemu dengan Serena dan Rara pandangan Yoga berubah. Lelaki dewasa itu langsung menyukai anak kecil. Yah, meski beberapa hal ada yang membuat Yoga tak suka, namun itu bisa ditolerir. Ah, Yoga merutuki dirinya yang sangat lemah terhadap keimutan anak kecil.

"Om ...."

Yoga menoleh ke bawah. Memperhatikan sikap malu-malu Rara yang sangat menggemaskan. Lelaki itu tersenyum, lalu menyamakan tingginya dengan Rara.

"Ada apa?"

Sekali lagi Rara menunjukkan sisi imutnya hingga Yoga tak tahan ingin mencubit pipi gadis cilik itu yang sayangnya harus dia tahan, jika tidak, mungkin Rara tidak akan kembali pada ayahnya, tetapi akan terkurung di kamar Yoga. Tapi, bukan berarti Yoga seorang pedofil yah, ia hanya terlalu menyukai keimutan gadis itu hingga ingin mengurungnya di dalam kamar, agar ia bisa nikmati kapan saja. Loh, kenapa Yoga nampak sepertj psikopat?

Yoga menggeleng. Pikirannya mulai ngawur sekarang. Ia harus berhenti sekarang juga.

Kembali pada realita, Yoga kembali menggulirkan pandangannya pada Rara. Gadis cilik itu masih nampak diam dengan sikap malu-malunya. Dan ia tahu kalau sebenarnya Rara menginginkan sesuatu, tetapi belum mau mengungkapkannya. Yah, tipikal anak kecil pemalu. Tapi, kenapa anak Lingga sepemalu itu? Mengingat ayahnya yang serampangan dan ibunya ... Yoga bahkan tidak tahu bagaimana wujud ibu Rara.

"Ada yang Rara mau?" Sekali lagi Yoga bertanya karena Rara urung menjawab pertanyaannya.

"Mmm... boleh aku minta gulali?" Pertanyaan itu terlontar seiring dengan tatapan mata berbinar Rara yang hampir saja menghancurkan dinding pertahanan Yoga.

Aduh, sumpah yah. Yoga benar-benar ingin mencubit pipi Rara saking menggemaskannya anak itu.

"Oh, tentu boleh, dong."

Mata Rara semakin berbinar. Bocah kriting itu kelihatan sekali sangat senang.

"Makasih, Om."

Oh lihat senyum gadis cilik itu. Manis sekali. Yoga sampai terpana melihatnya. Yoga penasaran, segini kecilnya saja sudah membuat orang jatuh hati, bagaimana jika anak itu dewasa? Berapa banyak kira-kira lelaki yang akan terpanah? Dan berapa banyak lelaki yang harus dia tendang jauh-jauh? Eh, loh, itu kan bukan tugasnya. Astaga, Yoga benar-benar hampir lupa diri.

Ah, Yoga sampai menyesal hampir menolak tawaran Lingga semalam. Tapi, kalau didatangi oleh orang yang tidak pernah mengajakmu berbicara lalu meminta tolong, bukankah itu tidak sopan? Atau keterlaluan? Meski dia adalah sepupu.

"Sudah?"

Rara tersenyum ketika menghampiri Yoga. "Om mau?" Kemudian ia menyodorkan gulali miliknya.

Yoga menggeleng, "Buat Rara saja. Nanti om beli sendiri." Sebab ia tak suka manis. "Rara mau main apa lagi?"

"Yang ada dinonya, om."

"Jurassic Island?"

"Gak tau." Rara menggeleng diikuti rambut kincirnya yang bergerak sirama. Astaga, rasanya ingin Yoga bawa pulang saja.

adis cilik itu kembali menunduk dan bersikap malu-malu membuat Yoga terkekeh.

Meski Lingga bilang sifat Selena dan Rara sama, nyatanya sangat berbeda. Selena itu aktif sementara Rara justru pemalu.

Yoga kemudian mengait tangan kiri Rara dan menuntunnya menuju wahana.

Beberapa menit kemudian, ketika mereka keluar dari wahana, Rara terlihat sangat bersemangat. Gadis cilik itu tak henti-hentinya membahas tentang apa yang mereka lihat di dalam sana.

"Kamu suka?"

Rara mengangguk, "Aku suka Tirex. Besar dan kuat. Sama dengan ayah."

Yoga mengangkat keningnya. Meski penasaran dengan pemikiran Rara, tetapi ia tak mau membahasnya.

"Rara masih mau main?"

Rara mengangguk. Kali ini lebih semangat dari pada sebelumnya.

"Tapi, Rara boleh makan ice cream gak om?"

Bagaimana bisa Yoga menolak jika melihat wajah Rara yang menggemaskan?

"Oke."

"Yey...." Rara berjingkak kesenangan. "Ayo, om."

Dan kali ini bukan lagi Yoga yang mengaitkan tangannya duluan, tetapi Rara. Gadis cilik itu benar-benar lupa kalau sebelumnya ia takut pada Yoga.

...

Taman bermain masih seramai tadi siang, meski warna langit sudah berubah lebih redup. Orang-orang yang berlalu lalang tampak riang dari rautnya. Bersama keluarga atau teman, mereka habiskan waktu di taman itu.

Yoga masih menunggu es krim miliknya dibuat. Berdiri di depan kios bersama beberapa antrian yang lain. Sementara Rara menunggunya di bangku tak jauh darinya.

"Pergi!"

Yoga refleks berpaling pada suara keras yang menggelegar di taman. Suara cewek. Yoga tak melihat langsung bagaimana ekspresi dua orang yang berselisih tak jauh darinya itu, tetapi ia paham, dua sejoli itu bertengkar. Dan itu bukan urusannya.

Tapi, ngomong-ngomong penampakan dari belakang perempuan itu mirip sekali dengan Nayla. Ah, sepertinya itu tidak mungkin. Kebetulan seperti itu sepertinya agak sulit terjadi, mengingat lokasi taman dan tempat Nayla berada terpaut sangat jauh. Beda kota malah. Dan juga, mana mungkin gadis itu mau mempermalukan dirinya di tempat ramai seperti ini?

"Please, Nay ...."

"Please, jangan buat gue tambah malu karena lo. Dan gue juga gak mau buat lo malu di sini."

Yah, meski suara perempuan itu mirip dengan suara Nayla. Yoga menggeleng pelan. Mengenyahkan pikiran yang ingin menjelekkan Nayla di kepalanya.

"Nay... aku tahu, aku salah. Tapi, harusnya kamu bisa lihat situasiku saat itu. Aku, bukan. Tapi, Yola, Nay. Dia yang goda aku."

Dan secara garis besar Yoga sudah paham permasalahan mereka. Ah, jangan katakan kalau Yoga itu cenayang. Tidak. Yoga manusia biasa. Tapi, ayolah... siapa pun yang dengar penjelasan laki-laki itu pastilah paham masalah mereka. Laki-laki itu selingkuh dan terciduk oleh pacarnya.

"Goda? Cewek tolol mana sih yang bakal percaya alasan itu? Kenapa gak sekalian aja lo bilang, kalau Yola maksa lo buat buka baju dia dan ngerape badan dia. Sinting ya lo. Cih ...."

Yoga tanpa sadar menggeleng di antara antrian. Lalu melihat Rara yang duduk di bangku. Untung saja Rara tetap tenang di sana. Tapi, pertengkaran dua orang itu benar-benar mengganggu. Apa mereka tidak berpikir bahwa di sini adalah tempat ramai? Banyak anak-anak yang datang. Bagaimana jika anak-anak mencontoh mereka? Ah, semoga saja Serena dan Rara jadi anak baik terus.

Dan kenapa pula petugas lama sekali datang untuk melerai mereka? Lalu para pengunjung, bukannya melerai malah mengabadikan momen itu. Benar-benar kurang kerjaan.

"Nay...."

"Jangan kejar gue!"

Lalu adegan sinetron yang meracuni anak-anak itu selesai. Para pengunjung bubar dan es krim Yoga sudah selesai diracik. Yoga kembali ke tempat Rara setelah membayar. Mata gadis cilik itu seketika berbinar melihat es krim yang dibawa Yoga.

"Makasih, Om."

Yoga mengangguk disertai senyum. "Rara suka banget ya sama es krim?"

Rara mengangguk antusias sampai lelehan es krimnya jatuh ke baju. "Mama dulu suka buatin Rara es krim om. Enaaaak banget. Rasanya kayak es krim ini. Tapi, sekarang enggak lagi. Dan papa larang aku buat makan es krim. Katanya nanti gigi aku copot." Anak gadis itu menunjukkan deretan giginya yang masih rapi tersusun, "Padahal gigi aku kuat. Dan mama juga dulu suka lihat aku makan es krimnya ...."

Kening Yoga menaut melihat perubahan raut Rara yang tiba-tiba, padahal detik sebelumnya gadis cilik itu sangat girang. Tapi, Yoga tak bisa bertanya, meski ia penasaran.

"Oh iya Rara habis ini mau main apa lagi?" Yoga mengalihkan.

"Mau main... eh, papa. Papa!" Rara tak melanjutkan kata-katanya lantas berdiri dan melambaikan tangan ke arah pria yang berjalan ke arah mereka.

Dan meski gadis cilik itu senang, ia tak juga pergi menyambut ayahnya. Ia hanya menunggu sampai ayahnya tiba di dirinya dan Yoga.

Semakin dekat Yoga bisa melihat raut laki-laki itu. Tampak telah tetapi masih memaksakan senyum ketika menyapa anaknya. Dan Yoga yakin laki-laki itu belum menyelesaikan masalahnya.

"Thanks sudah jagain anak gue."

Yoga mengangguk. Wajah datar kembali ia perlihatkan.

 

Mickey139

Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com