Fly with your imajination

Sunday, February 25, 2024

Scary#2

sumber gambar : Pinteres
Design by Mickey139

Nafas anak kecil itu sudah tak beraturan karena lari. Di belakangnya ada seorang gadis remaja yang membawa pisau terus mengejar.

Gadis mengerikan dengan mata berkobar marah. Rambut acak-acakan dengan wajah penuh coretan. Di bajunya terdapat bercak darah yang terlihat masih baru.

"Berhenti di sana!"

Gadis itu berteriak, membuat burung-burung yang bertengger, terbang karena kaget. Tapi, tidak mungkin anak kecil itu berhenti, bukan?

Tanpa menyahut, anak kecil itu terus berlari, melewati bebatuan di pinggir sungai, melewati aliran sungai kecil. Sayangnya, karena ia tak memperhatikan ada batuan besar di depannya, ia terjatuh. Bajunya basah, tangannya terluka sampai berdarah, dan seketika tangisnya meledak.

"Tuh kan, makanya dibilang berhenti malah ngeyel."

"Sakit, Kak! Hua ....!"

Gadis itu menghela, kalau sudah begini terpaksa ia harus meredam kemarahannya. Meski sebenarnya, ia ingin sekali mencincang adiknya yang sudah membuat penampilannya bak seorang psikopat gila.

Mickey139


Share:

Thursday, February 22, 2024

ANAK TOKO - Setan?

Sangat disarankan memberi kritik dan saran.

Main : Tini, Mila, Mulyadi, Agus, Ridho
Rate: T
Genre: Slice of Life
WARNING: AU, OOC, OC, typo, alur GaJe cerita se-mau-gue.
Story by
MICKEY139




SUMMARY :

Kisah para kacung alias anak toko yang ditempatkan di minimarket desa. Desa itu agak sepi, apalagi saat malam. Rata-rata aktivitas di lakukan saat pagi hingga jam delapan malam. Di sana tidak ada hiburan. Jadi, hiburan satu-satu nya anak toko adalah ketika pembeli datang ke toko.

~happy reading~


BAGIAN 2 : SETAN?

“Gus, sudah jam berapa?” Aku sedikit berteriak agar MD mendengar suaraku yang berada agak jauh dariku.

Sejenak dia berhenti menghitung uang kemudian melihat jam tangan. “Sejam lagi Bu baru tutupan.”

Aku mengangguk, kemudian lanjut mengisi barang kosong di rak display dan merapikan barang-barang. Tidak sampai setengah jam, Mila, Mulyadi, dan Ridho datang. Mereka membawa gorengan juga nasi bungkus yang langsung mereka simpan ke dalam gudang.

Toko semakin sepi, tidak ada lagi pelanggan yang masuk dan tepat jam sepuluh malam, Agus keluar untuk menutup folding gate. Mila, Mulyadi, dan Ridho keluar dari gudang dengan membawa kardus lalu melebarnya di depan kasir. Selanjutnya, mereka menata makanan di atas kardus.

“Itu kasus anaknya Bu Mega, betulkah?”

Aku hanya menaikkan alis, belum ikut nimbrung karena lebih memilih fokus untuk melakukan tutup bulanan.

“Yang katanya dibawa sama kalong wewe?”

Wajah Mila tampak antusias, dan aku juga memasang telinga tetapi tetap fokus pada pekerjaan.

“Itu serius apa bohongan? Jangan-jangan cuma dikarang saja. Tahu sendiri toh, itu Bu Mega bagaimana?” Aku berpaling pada Agus. Rupa-rupanya dia juga mendengarkan percakapan mereka.

“Betulan.” Ridho menyahut sambil mengangguk pelan. “Masalahnya itu anak tidak bisa bicara. Biar dipaksa bicara, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.”

Aku mengedipkan mata beberapa kali. Agak kaget. Kupikir Wewe Gombel itu hanya karangan orang-orang dulu untuk menakuti anak-anak, ternyata betulan ada. Aku jadi ingat kembali cerita yang selalu kakek ceritakan waktu masih kecil. Biarpun aku selalu mengeluh bosan dan minta cerita yang lain. Namun, kakek hanya tersenyum dan tetap menceritakan kisah Wewe Gombel. Jadi, inilah alasannya kenapa kakek selalu menceritakan kisah itu.

“Terus keadaan anaknya Bu Mega bagaimana sekarang?” tanyaku penasaran.

“Sudah baikan. Cuma masih tetap belum bisa bicara.”

“Kasihannya Didit.”

Aku mengangguk lalu melanjutkan pekerjaan dan mengabaikan obrolan mereka yang sudah berubah ke topik yang lain.

Hanya berselang lima belas menit, ketika kami masih menunggu loading tutup bulanan selesai, aku mendengar suara gesekan plastik di dalam gudang. Anak toko yang lain sepertinya tidak mendengar suara itu, sampai aku menyuruh mereka diam dan ikut memfokuskan pendengaran.

"Tikus?"

Aku mengerut, "Coba cek dulu."

"Mila, tidak ada yang kamu bikin toh? Cek coba."

"Loh, kok saya? Kamu saja. Kan dari tadi kerjamu cuma makan."

"Astaga, cuma ngecek aja, bicaranya banyak banget."

"Ya udah, kamu aja gih yang cek."

"Lah, kenapa jadi saya?"

Aku menghela, agak jenuh dengan sikap kekanakan mereka. "Kenapa kalian jadi saling suruh? Pergi saja cek. Teriak kalau ada apa-apa."

"Ih, bu jangan kasi takut, dong."

Aku mendelik pada Mila yang protes.

"Please, Bu. Jangan saya ya, Bu. saya takut."

Aku menghela. Agak jengkel juga. Padahal mereka takut, tapi malah bercerita horor?

Malas mendengar alasan mereka aku berbalik pada Agus. Meski sebenarnya dia juga malas, karena pekerjaannya pun belum selesai, tetapi dia tetap menurut. Untung saja, ada anak toko yang berani.

Kurang lebih lima menit, Agus keluar dengan kening mengkerut. Dia menjelaskan kalau tidak ada apa-apa di dalam gudang. Namun, satu menit setelah dia keluar suara plastik bergeser kembali terdengar. Kami semua saling pandang, tetapi tidak ada yang mau mengeceknya lagi.

Agus sebenarnya tidak takut, tetapi lebih memilih menyelesaikan tugasnya. Sementara aku sendiri pun menunggu sampai unduhan laporan bulanan selesai.

"Itu apaan, sih?"

Mila kembali bersuara setelah hening beberapa menit.

"Kalau penasaran, ya udah pergi cek aja."

Mulyadi menyahut. Namun, Mila tak lagi menyahut. Dia lebih asik memainkan gawainya sambil memotret dirinya.

Agus yang pergi mengembalikan pel, kembali masuk dalam gudang sembari mengecek tanpa kusuruh. Akan tetapi, setelah kembali beberapa menit kemudian, muka Agus menegang. Dia tidak bersuara dan hanya mendekat ke dekat kasir tempat Mila dan yang lain duduk.

Aku yang penasaran kemudian bertanya, tetapi agus hanya menggeleng dan bilang besok pagi baru dia jelaskan.

Selang beberapa menit kemudian, loading tutup bulanan akhirnya selesai, kami memulai acara tutup bulanannya dengan makan gorengan. Setelah makanan itu habis dan memastikan keadaan toko aman, kami akan kembali ke kos masing-masing.

Tapi, itu keinginan kami, sebelum kami sama-sama mendengar samar seperti bisikan yang jelas sekali itu bukan suara di antara kami.

Kami saling berpandangan. Wajah Mila dan Ridho sudah memucat. Badanku benar-benar sudah menggigil karena ketakutan. Dan, sebelum kami berlari, Pak Rahmat tiba-tiba muncul dari samping toko.

Mila jatuh terduduk, dia memegang dadanya yang kuyakini kalau jantungnya berdetak tak karuan seperti jantungku. Para laki-laki pun tampak kaget awalnya sebelum bersikap tenang, kecuali Ridho yang tadi sempat terpekik.

Rupanya, suara gesekan plastik yang kami dengar tadi berasal dari pak Rahmat yang sedang mengumpulkan buah salak dari kebunnya yang terletak di belakang toko kami, dan bisikan yang tadi memanglah suaranya karena mengadah kesakitan sebab dengkulnya menabrak balok yang menyembul dari pagar rumahnya.

Tapi, kenapa tingkah Agus seperti tadi? Dan, sekpresinya sekarang malah seperti ... ketakutan?

Aku menggeleng, tidak mau lagi memikirkan sesuatu yang bisa membuatku membayangkan hal-hal horor, kemudian ulang setelah berbincang sejenak dengan pak Rahmat.

Kendari, 21 Februari 2024

Mickey139


Share:

Friday, February 16, 2024

REVIEW - Player Who Return After 10.000 Years

 


Judul : Player Who Return After 10.000 Years
Penulis : Butterfly Valley
Ilustrator : Team 4PLAYER
Genre : Aksi, Komedi, Fantasi,

sinopsis

Suatu hari, Kang Woo tiba-tiba jatuh ke neraka. Yang dia miliki hanyalah keinginan bertahan hidup yang kuat dan skill predator.

Dari neraka tingkat ke-1 hingga ke-9, dia memakan ratusan ribu demon, sampai pada akhirnya 7 Archduke tunduk padanya.

“Master, kenapa Anda ingin kembali? Bukankah Anda sudah memiliki semua yang ada di neraka?”

“Tepatnya apa yang aku miliki?”

Tidak ada yang bisa dimakan ataupun sesuatu yang menghibur! Hanya tanah tandus dan demon mengerikan yang memenuhi neraka.

“Aku akan pulang.” Setelah 10.000 tahun di 9 neraka, dia akhirnya kembali ke Bumi.

...

Jujur saja, saya paling tidak suka membaca kalau ada karakter antagonis yang kejam, picik dan licik yang senang melakukan segala cara termasuk menipu untuk mendapatkan keuntungan dan keinginannya. Tetapi, karakter utama di Player Who Return After 10.000 Years, meskipun memiliki sifat itu tidak membuat saya jengkel. Seringnya terpingkal malah.

Oh Kang Woo sang karakter utama adalah definisi gila sesungguhnya. Dia kejam, menakutkan, dan licik. Dia tidak akan segan terhadap musuhnya. Yah, apa yang diharapkan dari karakter yang baru kembali dari neraka. Hidup di antara para monster tentu membuat Kang Woo ikut terbawa pada kehidupan di sana.

Dia jadi memanfaatkan orang untuk ambisinya, tetapi bukan berarti Kang Woo memanfaatkan dengan tujuan untuk kehancuran. Kang Woo ingin mendapatkan kekuatannya kembali. Dan, meskipun dibilang memanfaatkan, sebetulnya dia juga membantu. Yah, kecuali sih terhadap si calon pahlawan.

Bukannya apa, dia terkurung di Neraka selama 10.000 tahun dan ketika dia kembali pulang, tahu-tahu saja dunianya sudah berubah. Ada gate yang isinya adalah monster dan kekuatannya tersegel. Padahal dia cuma ingin hidup damai di bumi setelah pulang.

Hal lain yang membuat saya suka adalah kelucuan yang biasa dilakukan Oh Kang Woo. Kelicikannya seringkali digambarkan dengan ekspresi yang kocak dan bikin pembaca terpingkal. Ekspresi kejamnya, bukannya membuat bergidik malah jadi kocak.

Interaksi terhadap karakter lain pun cukup menghibur. Terutama ketika dia bersama dengan naga kecil Echidna.

Namun, di atas semua itu, hal yang bikin saya agak ragu adalah kekuatan karakter utamanya terlalu kuat. Meskipun sebagian besar kekuatannya tersegel, tetapi dia masihlah kuat. Kecepatan kembalinya kekuatannya juga cepat. Dan, sama seperti cerita klasik di mana sang karakter utama yang terlalu broken membuat pertarungan jadi agak membosankan.

Untungnya, sampai pada chapter 69 yang saya baca, saya belum menemukan pertarungan seperti itu. Authornya benar-benar apik dalam menggambarkan bagaimana kekuatan Kang Woo bisa mengalahkan musuhnya sekaligus menghibur.

Di beberapa pertarungan yang harusnya bikin tegang, justru Menghibur karena Kang Woo harus menahan dirinya agar tidak langsung membunuh musuh dalam sekali serang.

Ada juga yang membuat saya merasa agak kurang, yaitu art-nya berubah ketika rilis kembali setelah end season. Sebenarnya art nya lebih bagus, lebih soft, dan komposisinya juga semakin bagus. Sayangnya, itu justru mengurangi kadar kelucuan Kang Woo.

Namun apapun itu, saya benar-benar penasaran dan menantikan bagaimana Author akan mengembangkan cerita ini ke depannya agar tidak membuat pembaca jadi bosan. Bagaimana Author akan menyeimbangkan alur cerita dengan art barunya.

Secara keseluruhan manhwa Player Who Return After 10.000 Years benar-benar sangat menghibur. Baik secara alur maupun art-nya yang memanjakan mata.

Rate : 8.5/10


Share:

Thursday, February 15, 2024

REVIEW - Manhwa Trash of the Count Family

sumber gambar : pinterest

Judul : Trash of the Count’s Family
Pengarang: 별나래, 유려한
Ilustrator: PAN4
Grafis: Seinen
Genre: Aksi, Petualang, Komesi, Fantasi
Status : On-going

SINOPSIS

Ketika membuka mata, aku sudah berada di dalam sebuah novel. The Birth of a Hero. Sebuah novel yang berfokus pada petualangan Choi Han, Sang karakter utama. Choi Han merupakan anak sekolah menengah yang dipindahkan ke dunia lain yang berbeda dari Bumi, bersamaan dengan kelahiran banyak pahlawan di benua itu.

Aku menjadi bagian dari novel itu sebagai sampah keluarga Count, keluarga yang mengawasi wilayah dimana desa pertama yang dikunjungi Choi Han berada.

Masalahnya adalah Choi Han menjadi gila setelah semua orang di desa itu dihancurkan oleh para pembunuh.

Masalah yang lebih besar adalah Aku akan dipukuli sampai babak belur karena tidak tahu kenyataan tentang apa yang terjadi di desa itu dan malah mengganggu Choi Han.

"Ini akan jadi masalah yang memusingkan."

Aku merasa sesuatu yang serius sudah terjadi padaku.

Tapi tak ada gunanya mengeluh. Karena ini sudah menjadi kehidupanku.

...

Trash of the Count’s Family adalah salah satu manhwa recomended. Kenapa? Yah, tentu saja karena bagus. 

Salah satu yang membuat saya jatuh hati pada Manhwa Trash of the Count's Family adalah grafisnya yang sangat bagus. Komposisi yang pas dan sejujurnya wajah Cale dan pangeran adalah salah satu favoritku. Saya bisa menambahkan mereka dalam list karakter tampan untuk seri manhwa. Hehehe.... Lanjut.

Manhwa Trash of the Count’s Family adalah manhwa dengan tema fantasi petualang. Karakter utamanya adalah Cale Henituse yang berusaha untuk mengubah kehidupannya agar dia bisa hidup dengan santai di kehidupannya yang damai.

Meskipun manhwa ini memiliki tema fantasy petualang, namun karakter utamanya tidak memiliki kekuatan atau bakat dalam sihir. Dia adalah seseorang yang bertrasmigrasi dalam sebuah novel fantasi, di dalam tubuh karakter sampingan Cale Henituse. Di dalam novel, Cale merupakan seorang putra Count di wilayah Henituse yang terkenal karena sifatnya yang sering membuat onar serta tukang mabuk.

Untungnya, sebelum karakter utama dipindahkan ke dunia novel, dia sudah membaca beberapa informasi penting dari novelnya. Jadi, dia berusaha mendapatkan kekuatan untuk melindungi dirinya sendiri.

Secara pribadi, saya sangat menyukai karakter Cale. Dia realistis, cerdas, dan agak licik. Dia mampu memanfaatkan pengetahuannya dan pandai berbicara. Bahkan bisa sampai seimbang dengan pangeran yang notabenenya adalah seseorang yang pintar dan juga licik. Yah, sebenarnya karakter mereka sebelas dua belas. Yang membedakan adalah tujuan mereka.

Karakter-karakter dalam manhwa ini pun digambarkan sangat baik. Mereka semua pintar. Meski perkembangan mereka tidak digambarkan secara rinci seperti karakter utama. Mereka adalah karakter kuat yang manusiawi. Mereka punya keunikan masing-masing. Dan, tentu saja punya kekurangan bahkan kelemahan. Maksudnya, meski mereka kuat, mereka cukup rapuh.

Saya suka interaksi Cale dengan teman-temannya. Terutama terhadap Naga dan Kucing-kucing. Mereka lucu dan menggemaskan. Dan, saya paling suka ketika mereka menjalankan rencana diam-diam. Meskipun, mereka masih anak-anak dalam usia mereka, tapi mereka cukup lihai untuk mengikuti apa yang Cale inginkan. Btw, jangan berpikir kalau Cale mengekploitasi mereka, karena mereka sendiri yang ingin membantu Cale.

Untuk alur, manhwa Trash of the Count’s Family memiliki premis yang berulang, yaitu karakter utama pergi ke tempat baru, kemudian bertemu musuh, dan dalam prosesnya dia akan bertemu dengan rekan baru. Hal itu sejalan dengan bagaimana dia mendapatkan kekuatan untuk melindungi dirinya dan masa depannya untuk bermalas-malasan.

Secara keseluruhuan, manhwa ini sangat direkomendasikan. Tapi, jika kalian mencari romansa, Trash of the Count's Family tidak termasuk di dalamnya, karena manhwa ini tidak membahas romansa sama sekali. Hanya tentang cinta pada keluarga dan teman.

Rate : ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ : 11/10



Share:

NOT PERFECT#18

 Sangat dianjurkan memberi saran dan kritik.

Terima kasih 😊.

SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA

...

"Mama..."

"Yoga... mama harap kamu bisa menikmati hidupmu."

"Ma..."

"Ingat sayang, mama mau kamu bisa hidup sesuai yang kamu inginkan."

Ma

"Mama harap Yoga punya banyak teman..."

Tolong hentikan

"Mama ingin sekali lihat Yoga dewasa..."

Mama.

Kumohon.

"Yoga..."

Tidak.

Tolong jangan ambil mama.

Siapa pun, kumohon biarkan mama tetap bersamaku.

"Yoga..."

Aku tidak bisa hidup tanpa mama.

"Yoga..."

Hanya dia yang kupunya.

"Mas Yoga!"

Yoga tersentak, ketika tepukan keras mendarat di bahunya. Pandangannya belum beralih saat Yoga mencoba menenangkan kepalanya yang masih terasa oleng. Ia memijat pangkal hidungnya sebelum mengangkat kepalanya dan menemukan seseorang yang baru beberapa menit lalu berpisah dengannya.

Sepertinya Yoga belum cukup jauh dari rumah sakit tempat ibu Nayla dirawat. Padahal Yoga yakin kalau ia sudah berjalan cukup jauh dari rumah sakit. Meski, setelah Yoga dan Nayla berpisah, Yoga tak lantas mencari kendaraan online, dan lebih memilih duduk di pinggir taman karena kata bos sialannya akan ada seseorang yang datang untuk menjemputnya. Tetapi, meski ia sudah menunggu hampir satu jam, orang yang dimaksud Kenzo belum tampak batang hidungnya. Pada ahkirnya, ia malah ketiduran. Untung saja ia masih selamat dan aman dari para begal.

"Mas, kamu tidak apa-apa?"

Yoga menggeleng lalu memberikan senyum. "Ah, tidak apa-apa, Nay. Terima kasih."

Nayla menghela. Rupanya apa yang tadi ia khawatirkan terjadi. Yoga masih belum baik-baik saja setelah berpisah dengan Leon dan Jelita beberapa saat yang lalu. "Mas belum dapat ojek online-nya?"

Yoga menghela. Lebih baik berbohong daripada dikasihani. "Iya. Saya juga tidak tahu kenapa dari tadi tidak ada yang berhasil terhubung."

"Mungkin karena titik jemputnya kali, ya? Kalau begitu bagaimana kalau ikut aku ke rumah sakit? Kita tunggu di lobi. Biasanya aku menunggu ojek online di sana."

Yoga mengangguk dan menjawab, "Baiklah."

Namun, meskipun Yoga sudah setuju dengan saran Nayla, entah kenapa tubuh Yoga teras berat untuk melangkah. Sepertinya mimpi tadi membuatnya kembali teringat kenangan buruk makanya tubuhnya enggan bergerak.

"Mas, kamu yakin baik-baik saja? Atau sekalian saja kita cek kesehatanmu."

Yoga memaksakan senyumnya terbit. "Saya baik-baik saja, Nay. Kenapa?"

Meski pencahayaan di sekeliling mereka tidaklah terang, namun Nayla bisa melihat bagaimana kondisi Yoga yang tidak baik-baik saja. Entah mungkin karena masalah yang tadi masih mengganggu pikirannya, atau....

"Apa rumah sakit mengingatkanmu kenangan buruk, Mas?"

Yoga tersentak mendengar tebakan Nayla yang benar.

"Yah. Tapi, sudah lama sekali."

Dan mimpi tadi memicu Yoga bersikap demikian.

"Maaf." Nayla menyesal.

"Kenapa?"

"Karena aku sudah membuatmu mengingatnya."

Yoga terkekeh. Entah kenapa melihat reaksi Nayla, pikirannya jadi teralihkan pada yang lain. Dan, tiba-tiba saja ia malah mengingat Rara.

"Kenapa ketawa?" Nayla mengerutkan keningnya. Penasaran dengan tingkah Yoga yang berubah hanya dalam waktu singkat.

"Ah, aku tidak bermaksud menertawaimu."

Nayla mengangguk dan merasa kesal. Padahal mereka sedang bersama tetapi Yoga malah mimikirkan hal lain. "Yah, tidak masalah, sih."

Astaga, Yoga sebenarnya merasa agak menyesal tapi ia benar-benar tidak bisa menghentikan dirinya semakin terkekeh melihat ekspresi kesal Nayla yang lucu.

"Ngomong-ngomong, terima kasih Nayla."

"Untuk?"

Yoga tersenyum, lalu mengusap kepala Nayla. "Semuanya."

"Sumpah, aku nggak ngerti loh Mas. Maksudnya apaan sih? Terus tadi, perasaan muka kamu kecut kayak jeruk nipis yang baru diperas, tapi sekarang malah senyum-senyum gak jelas."

Boleh gak sih Yoga cubit pipi Nayla?

Kenapa ada cewek yang menggemaskan kayak dia?

Yoga menggeleng. "Gak apa-apa. Jangan dipikirkan."

"Ampun..." Nayla menepuk jidatnya. "Gak jelas banget deh."

Yoga tertawa. Sungguh Nayla sangat lucu, "Kalau gitu aku tinggal yah. Titip salam buat ibu kamu. Semoga cepat sembuh."

"Eh? Loh? Ojek online-nya sudah datang?"

Yoga hanya tersenyum, sembari menunjuk mobil hitam yang terparkir tidak jauh dari mereka.

"Itu ojek online-nya?"

"Bukan, itu mobil orang yang saya kenal."

Meski, Nayla bingung, ia tetap mengangguk. Sepertinya Yoga ingin merahasiakan identitas si pengendara mobil. Apa itu pacarnya? Tetapi, sebelumnya Yoga bilang tidak ada. Apa Yoga berbohong? Karena tidak mungkin Yoga masih sendiri sementara rupa Yoga begitu memikat, pastilah banyak perempuan yang mengantri untuk mendapatkan perhatiannya. Dan si pengendara itulah yang berhasil mendapatkannya.

Namun, kenapa seperti ada sesuatu yang tidak menyenangkan dari dalam dirinya. Tiba-tiba saja Nayla merasakan perasaan tak enak hati. Benar-benar aneh. Apa mungkin perempuan itu yang tadi dipikirkan Yoga? Nayla menggeleng. Apa sih yang ada dipikirannya, kenapa malah berpikir yang tidak-tidak. Lagipula, kenapa juga Nayla merasakan perasaan tak nyaman? Apa mungkin ia ingin ke kamar mandi? Yah, pasti itulah penyebabnya karena tadi pagi ia belum sempat.

"Kalau begitu saya pergi, yah Nay. Sampai ketemu lagi."

Nayla tersenyum. Entah kenapa mendengar kata-kata Yoga membuatnya lupa dengan kekesalannya tadi. "Ah, i-iya. Terima kasih Mas Yoga. Hati-hati"

Yoga mengangguk sebelum menjauh.

 Kendari, 16 Februari 2024

Mickey139



SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA




Share:

Saturday, February 10, 2024

Si Pendatang


Namanya Kucing,
Cing adalah panggilannya.
Punya corak tiga warna.
Putih, orange dan abu.
Cing dulu punya majikan,
Tapi pergi
Memilih majikan baru

Egois,
Itu mungkin sifatnya
Namun,
siapa yang tak suka dengan kenyamanan?

Awalnya majikan baru tidak peduli
Hanya ada empati
Pikirnya Cing cuma mampir bermain
Nanti juga akan pulang

Tetapi,
Lama-lama menjengkelkan
Cing malah keenakan
Semakin berani

Mulai menginvasi
Tidak ada yang luput dari kaki mungilnya
Dari ruang tamu hingga dapur
Bahkan tempat tidur

Sang Majikan terusik
Mulai mengusir
Namun, Cing selalu kembali
Menggoda dengan wajah menggemaskan

Satu bulan berlalu
Majikan tergoyah
Luluh
Kemudian menerima

Si Kucing makin terbiasa
Nyaman dengan keramahan Majikan
Pelan-pelan menginvasi
Tak ada yang luput dari jejaknya

Atas lemari adalah tempat kesukaannya
Sementara lantai selalu dia hindari kecuali saat bermain
Si kucing paling suka ketika tertidur di selimut
Itu adalah tempat hangat dan lembut
Seperti bulunya
Hal yang paling tidak dia sukai adalah mandi
Air selalu membuatnya kedinginan
Meski ia selalu menolak
Membuat raut sedih
Dan bergelayut manja
Sang majikan tidak peduli

Lima bulan berlalu
Si Kucing jadi manja
Selalu minta dielus
Tidak mau ditinggal

Majikan memaklumi
Mengikuti
Lalu memanjakan

Rupanya Si Kucing tengah hamil
Sebentar lagi akan melahirkan
Detik jam berlalu
Si Kucing mulai mengejan

Anak pertama lahir
Kemudian yang kedua
Hingga tiga anak
Semuanya tampak sehat

Majikan hanya menghela
Tidak marah
Tidak juga senang
Tetapi lega
Karena para kucing
Terlahir sehat

Mickey139




Share:

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com