BACA : BAGIAN 3
MY SECRET FEELING © mickey miki
Rate: M
Genre: Romance & drama
WARNING: typo, alur kecepatan, ga⎯je dan lain-lain (suka-suka Mickey),
Story by
Mickey_Miki
.
.
SUMMARY
Apakah dalam sebuah perjodohan akan menghasilkan sebuah cinta?
Walau awalnya tak saling mengenal dan memulainya bukan dengan tak saling mencintai?
Bisakah?
Apakah dalam sebuah perjodohan akan menghasilkan sebuah cinta?
Walau awalnya tak saling mengenal dan memulainya bukan dengan tak saling mencintai?
Bisakah?
.
.
.
.
.
.
BAGIAN 4
Apa benar kau ingin tahu apa yang ku inginkan selama ini?” tanyanya dengan nada menggoda. Astaga kenapa jantungku jadi berdetak lebih cepat.
Aku mengangguk seraya menatapnya. Dalam hati berdoa agar dia tidak meminta sesuatu yang aneh apalagi menikah lagi.
Dia mendekatkan bibirnya di telingaku, “Anak.” Bisiknya dan satu kata itu sukses membuat wajahku merona serta jantung yang semakin berdetak tak karuan.
Aku menunduk menyembunyikan rona merah ini dari dia.
DUK
Auh....
Aku mengerjapkan mata saat rasa sakit dipunggungku semakin menjadi. “Jadi dari tadi aku hanya bermimpi?” Gumamku.
Sejenak ku pejamkan mata. Berusaha mengumpulkan semua nyawaku yang masih tercecer. Bangkit dari lantai dan melirik ke arah jam dinding. Astaga sudah jam 22.15 malam, dan aku masih berada di ruang ganti tempat latihanku. Aduh apa yang harus kukatakan pada Jo jika dia bertanya nanti?
Tidak mau banyak buang waktu, aku bergegas membereskan semua barang-barangku dan pulang. Untunglah tempat latihan ini selalu dijaga oleh petugas keamanannya jadi aku tidak lama terkunci di dalam dojo.
...
Sepanjang perjalanan tak hentinya pikiranku berkelana tentang hubunganku dan Jo. Perkawinan atas dasar perjodohan hingga akhirnya membuatku benar-benar jatuh cinta padanya namun nampaknya tidak dengan dia. Sikap yang dia tunjukkan tiap hari adalah buktinya. Dingin dan taktersentuh bahkan sikap acuhnya kadang membuatku merasakan sesak, diabaikan benar-benar membuatku seolah angin yang hanya bisa dia rasakan tanpa bisa dilihat. Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk bisa membuka hatinya agar dia bisa menerimaku. Dia seolah membangun dinding kuat tak kasat mata yang tidak bisa ditembus oleh apapun dan membuatku tak bisa menyentuhnya.
Bahkan tiap ku ajak bicara pun dia hanya membalasnya dengan gumaman atau hanya anggukan. Well, kecuali tadi pagi dan saat kami buat perjanjian dalam pernikahan kami.
Kadang kala jika pikiranku sedang kalut, ingin sekali aku datang padanya dan bertanya apa salahku hingga dia mengacuhkanku seperti itu. Sejujurnya aku lelah dengan perasaan tak terbalas ini walau dia tak tahu dengan perasaanku, setidaknya dia bisa menganggapku ada jika kami hanya berdua terlebih di dalam rumah.
Kupikir dengan berjalannya waktu kebersamaan kami akan membuatnya berubah, setidaknya sedikit kehangatan bisa dia perlihatkan padaku. Tetapi kenyataannya tidak. Bahkan terkadang sikapnya lebih dingin jika dia merasa aku mulai mengusik dirinya.
Aku istrinya tetapi kenyataannya, aku bukanlah siapa-siapa baginya. Aku hanya istri berdasarkan status dan segurat tanda tangan di atas kertas.
Ponselku berdering membuyarkan segala lamunanku. Rupanya Mai yang tengah menghubungiku. Dia hanya bertanya tentang salinan laporan yang diminta pak Doni tempo hari karena ada beberapa yang tidak dia mengerti. Tidak lama kami saling berkomunikasi karena aku kembali disibukkan dengan pikiranku tentang rumah. Ini sudah malam dan makan malam belum kusediakan. Well, walau dia sangat...sangat jarang memakan masakanku.
Dan apakah dia menungguku? Ku rasa tidak. Karena sepanjang pernikahan kami, akulah sebagai pihak yang biasa menunggunya.
Tidak lama kemudian taxi yang kutumpangi tiba di depan pekarangan rumahku. Rumahku masih gelap yang artinya, Jo belum pulang dari kantor. Padahal jam kantor sudah beberapa jam yang lalu usai, tetapi dia masih sibuk dengan pekerjaannya.
Setelah membayar uang taxi, aku bergegas masuk ke dalam rumah. Perutku sudah sangat lapar karena hanya sedikit yang makanan yang ku makan saat istirahat makan siang tadi.
Baru beberapa langkah memasuki rumah, aku dikejutkan dengan penerangan ruangan yang tiba-tiba. Aku sedikti menyerngit untuk menyesuaikan pandanganku.
“Jo!” Gumamku saat melihat seorang lelaki yang sedari tadi ku pikirkan tengah duduk dengan angkuhnya di sofa sambil melihatku dengan tatapan tajamnya seolah dia baru saja menangkap seorang pencuri yang berusaha mencur di rumahnya.
“Dari mana saja kau, jam segini baru pulang?” Tanyanya dengan penekanan.
Jujur, aku takut, tapi rasa bingung jauh lebih mendominasi diriku. Sejak kapan dia peduli padaku. Bukankah selama ini dia selalu tidak acuh terhadapku bahkan terkesan tidak peduli?
Aku ingin sekali menjawab, ‘bukan urusanmu dan apa pedulimu?’ tetapi, “Maaf, aku ketiduran di tempat latihan.” Ucapku sambil menatap tas tanganku, tak berani menatap manik hitamnya secara langsung.
Keningnya menyerngit namun tak ada satu pun kata yang terlontar dari mulutnya untuk membalas ucapanku.
Merasa tak ada lagi yang akan dia ucapkan, aku kembali melanjutkan langkah kakiku menuju dapur. Mengambil air lalu meneguknya cepat. Ku rasa selain kelaparan, rasa takut karena aura dari Jo membuat kerongkonganku jadi kering.
Aku kembali beranjak menuju kamarku, mengganti pakaian lalu menuju dapur masak mie instan yang memang sudah ku beli untuk mengisi perutku.
Jo masuk ke dapur dan mengambil segelas air lalu diteguknya. “Kau sudah makan, Jo?” tanyaku saat dia melihatku sedang memasak mie instan.
Tak ada jawaban tetapi tatapannya terus mengarah pada sesuatu yang berada di tanganku.
“Apa kau mau makan mie instan, Jo?”
Lama dia tidak menjawab, mungkin sedang mempertimbangkan tawaranku. Dia kemudian duduk di salah satu kursi makan. Kurasa dia juga mau makan mie instan. Tapi kalau dia mau makan juga, bukankah itu berarti dia belum makan malam? Astaga istri macam apa aku ini, membiarkan suamiku terlantar seperti ini.
15 menit kemudian mie instan dengan toping-topingnya yang ku masak sudah jadi. Kami makan bersama dalam keheningan seperti biasa. Aku tahu Jo tidak terbisa makan sambil berbicara jadi kubiarkan dia dengan kegiatannya itu dan aku makan dengan pikiran yang berkelana kemana-mana.
...
...
TBC
.
.
a/n : Sorry singkat. Hehehe...
See U
Mickey 19.07.16
See U
Mickey 19.07.16
Next : BAGIAN 5
Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
0 komentar:
Post a Comment