Fly with your imajination

Wednesday, September 26, 2018

Senja Di Penghujung Tahun - Ke Dokter Gaara


Pair : Naruto, Hinata
Rate : K+
Genre : Romance, Hurt/Comfort & drama
Disclaimer : NARUTO © MASASHI KISHIMOTO dan semua character yang ada di dalam cerita ini
WARNING : AU,OOC, typo, alur kecepatan, ga⎯je dan lain-lain (suka-suka Mickey),
Story by
Mickey139

Bagian 3 : Ke Dokter Gaara

sumber gambar google

Keesokan harinya sesuai janji Naruto pada anak-anak, ia membawa mereka untuk mencari Hanabi. Namun, terlebih dahulu, ia membawa mereka ke rumah sakit tempat Gaara bekerja.

Selain mengecek kondisi anak-anak, Naruto tentu saja ingin menjawab rasa penasarannya. Apakah mereka berdua memanglah anaknya? atau itu semua hanyalah sebuah kebetulan dari takdir.

Tiba di rumah sakit, mereka langsung menuju ruangan Gaara yang sebelumnya sudah diberitahu.

Naruto ingat ketika ia memberitahu, laki-laki itu langsung menyetujui dan malah lebih girang daripada Naruto. Nampaknya Gaara memang sangat menantikan ini.

"Paman, kenapa kita ke sini? Apa bibi Hanabi ada di dalam?" Himawari bertanya dengan raut menggemaskan miliknya.

"Bibi Hanabi tidak ada di dalam, Sayang. Aku hanya ingin memastikan jika Boruto benar-benar baik-baik saja. Kalian tidak ingin membuat ibu, bibi Hanabi, dan kakek kalian khawatir, kan?" Mereka berdua menggeleng dan Naruto melihat Himawari menggandeng lengan kecil kakaknya untuk segera berlalu ke ruangan Gaara, "Ayo, kak." ucapnya.

Naruto mengikuti mereka dengan perasaan hangat. Seperti ada unggun kecil yang menghangatkan hati beku miliknya.

Seandainya saja mereka berdua memanglah anaknya...

Naruto tersentak dengan pikirannya sendiri. Jika mereka memang adalah anaknya, memang apa yang akan dia lakukan? Merebutnya? Meminta hak asuh mereka dan kembali melukai hati Hinata- wanita yang amat sangat dia cinta bahkan hingga detik ini? Ataukah membiarkan mereka, lalu melupakan dirinya dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa, lalu membuat hatinya kembali diliputi oleh rasa bersalah dan penyesalan?

Naruto memejamkan mata, lalu menghela nafas, dia benar-benar bingung dengan langkah yang akan dia ambil untuk kedepannya.

Naruto kembali memperhatikan tingkah mereka. Mereka berdua memang seperti replika dirinya dan Hinata. Bahkan teman-temannya pun beranggapan sama ketika melihat mereka.

Lalu kalau mereka bukanlah anaknya seperti yang ia harapkan, bagaimana?

Lagi-lagi Naruto tersentak dengan pemikirannya sendiri. Tapi, kalau memang demikian, maka tidak apa. Setidaknya rasa penasarannya bisa terpuaskan. Dan lagi, bukankah ia bisa mengunjungi mereka berdua untuk melepaskan rindunya terhadap sang terkasih yang─ entah─ sudah dipanggil oleh Tuhan tanpa ada embel-embel apapun?

sumber gambar google

Ah, sudahlah. Lebih baik fokus di sini dulu, yang lain nanti diurus belankangan.

Naruto melepas pandangannya dari Boruto dan Himawari ketika tiba di depan ruangan Gaara. Ia mengetuk beberapa kali sebelum dipersilahkan masuk oleh Gaara.

"Akhirnya kau mengikuti saranku." Ucap Gaara kemudian mempersilahkan mereka untuk duduk.

sumber gambar google

"Hn.." senyum kaku Naruto terbit dan memberikannya pada Gaara. "Apa kita bisa memulainya Gaara. Aku harus mengantarkan mereka pada Hanabi. Tolong periksa mereka, pastikan mereka baik-baik saja."

"Yah, kau tenang saja." sahutnya kemudian menuntun Himawari dan Boruto menuju ranjang pasien untuk pemeriksaan. "Halo anak-anak..." Gaara menyapa mereka dengan senyum ramah khasnya untuk anak-anak. Tetapi senyum yang sangat berbeda untuk orang-orang dewasa, seperti pasien-pasiennya yang lain.

Himawari dan Boruto memandang Gaara, tersenyum lebar yang memperlihatkan gigi-gigi kecil mereka dan membalas sapaan Gaara, "Halo paman."

Gaara menyuruh Boruto membuka bajunya dan memeriksa tubuh Boruto, "Bagaimana kabarmu, Boy?"

"Baik, Paman." sahut Boruto dengan senyum yang memperlihatkan gigi-gigi kecilnya.

Gaara mengangguk sambil tersentum kecil. "Nah, sekarang waktunya paman menmeriksa." Lalu ia menekan lembut lengan boruto, "Bilang ke paman kalau ada yang sakit yah?"

Boruto mengangguk. "Oke."

Namun, sampai semua pemeriksaan yang Gaara lakukan, bocah cilik itu tak juga mengeluh. "Nah, sekarang sudah selesai. Boruto tidak apa-apa." "Terima kasih, Paman."

"Sama-sama. Nah, sekarang giliran Himawari." kata Gaara sambil membantu Boruto memperbaiki bajunya dan menurunkan Bocah itu dari ranjang lalu membantu Himawari untuk menggantikan Boruto. "Kalau anak manis ini, bagaimana? Coba bilang, A..."

Himawari menirukan gaya Gaara dan membuka lebar-lebar mulutnya. Selanjutnya, Gaara memeriksa Himawari sama seperti Boruto barusan. Menekan titik-titik tertentu di badan gadis cilik itu dan memeriksanya. 

Naruto berdiri di samping mereka hanya melihat dan sesekali tersenyum mendengar pembicaraan mereka, "Bagaimana?"

Gaara berpaling dan menatap Naruto sejenak, "Mereka baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir." sahutnya.

"Kau yakin?"

"Kau pikir aku siapa, Naruto?"

"Yah, aku tahu kau siapa. Tapi, bisa saja, kan ada kesalahan."

Gaara menggeleng. "Kau terlalu berlebihan. Mereka benar-benar baik-baik saja. Tidak ada masakah yang serius."

Meski Naruto masih khawatir, tetapi Naruto tetap menghembuskan napas lega. "Baiklah. Terima kasih."

 

"Bukan masalah. Oh ya, Minggu depan hasil lab-nya bisa kau ambil." Gaara menjelaskan, "Tapi Naruto, kalau memang mereka adalah anak-anakmu itu artinya Hinata... masih hidup, lantas mengapa mereka mengatakan jika Hinata sudah meninggal dan melakukan upacara pemakaman?"

Naruto bergeming, tidak menjawab. Ingatan itu kembali lagi dalam benaknya.

Gaara menghiraukan ekpresi Naruto lalu melanjutkan. "Lalu apa yang akan kau lakukan jika itu semua memang benar?" Gaara membereskan peralatannya dan kembali duduk di kursinya, meninggalkan Himawari dan Boruto yang berbincang ala anak kecil di atas ranjang.

Naruto menghela nafas, "Entahlah, aku belum tahu. Aku... saat ini hanya ingin tahu kebenaran ini dan semuanya."

Gaara memandang Naruto dalam, dalam diam. Tidak menyahuti pun bertanya lagi.

sumber gambar google

"Baiklah, kalau begitu. Kuharap kau bisa menghadapinya lebih dewasa, Naruto." kata Gaara kemudian.

"Apa maksudmu, Gaara?"

"Bukan apa-apa─ ah, aku hampir lupa. Ini." Gaara memberikan satu undangan berwarna Gold pada Naruto. "Reuni angkatan 69. Kau akan datang, kan?"

"Entahlah." Naruto terdiam beberapa detik. "Mungkin iya, kalau aku tidak sibuk. Kalau begitu kami permisi. Aku harus mengantar mereka pada Hanabi."

Lalu Naruto permisi pada Gaara dan membawa Boruto dan Himawari keluar dari ruangan Gaara.

Gaara menatap punggung Naruto yang semakin jauh dan hilang di balik pintu ruangannya. "Semoga kau menemukan kebahagiaanmu, Naruto..." lirihnya.
sumber gambar google

 

Mickey139



Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:
Comments
Comments

1 comment:

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com