Fly with your imajination

Thursday, December 12, 2019

Not Perfect#5

SEBELUMNYA CHAPTER LENGKAP SELANJUTNYA
Mickey139

...

Matahari sudah beranjak lebih tinggi ketika Yoga membuka mata. Terbukti dari silau yang mengintip dari balik gorden juga suara-suara aktivitas orang-orang di luar yang terdengar sangat jelas, meski tidak sebising suara-suara di perkotaan.

"Apa aku mengganggumu?"

Yoga menatap Nayla yang tengah tersenyum meringis padanya lalu menggeleng pelan. "Tidak. Saya sudah terbiasa bangun pagi." Lalu ia bangkit dan duduk menyandar di kepala ranjang sambil memperhatikan Nayla yang tengah sibuk mencari sesuatu di dalam lemari.

Sakit kepala yang semalam ia rasa sudah mereda, begitu juga dengan demamnya. Perasaannya sudah lumayan membaik setelah istirahat beberapa jam-- Yoga tidak tahu berapa lama ia tertidur sampai perutnya sangat keroncongan sekarang.

"Syukurlah." Nayla menghela nafas, kemudian ia menghampiri Yoga setelah lembar kertas yang ia cari sudah didapat dan menempelkan jemarinya di kening lelaki itu. "Bagus. Demammu sudah reda. Apa kamu butuh sesuatu?" Ia bergerak mundur.

"Trims. Saya sudah sangat terbantu dengan istirahat di sini." Yoga masih menyandar. Bahasa formal yang baru saja ia ucapkan sedikit menganggunya. Tetapi, Yoga tak bisa melepaskan kebiasaan itu, apalagi terhadap orang baru yang ia temui. Yah, meski gadis itu sudah menyelematkannya.

Mengambil ponsel yang ia simpan tanpa sadar di samping bantal tidur. Yoga kemudian memeriksa jam. Sudah pukul 12 tengah hari, pantas saja perutnya sangat keroncongan. Lalu ia kembali menatap Nayla yang tengah tersenyum melihat ponselnya dan entah kenapa Yoga tak bisa mengabaikan ekspresi itu. Senyum gadis itu seperti mempunyai magis memikat yang menarik dirinya, membius seluruh syaraf di otaknya untuk terus memandangi keindahan itu.

"Oh, ya..."

Yoga tersentak. Buru-buru ia alihkan pandangannya pada ponsel yang ia pegang. Lalu pelan-pelan mengangkat kepalanya untuk menatap Nayla. "Yah?"

"Omong-omong Mas mau ke mana semalam? Apa ada keluarga Mas di sini?"

Yoga meringis, mengingat kejadian semalam sungguh membuat ia malu. Bagaimana bisa ia sampai kesasar sampai di tempat yang ia tak tahu? Ah, Yoga ingat. Itu semua gara-gara bir sialan.

"Saya... kesasar." Dan Yoga menyesal sudah menjawab dengan kata-kata itu. Bukan karena jawabannya sukses membawa tawa pada Nayla. Bukan. Laki-laki itu bahkan rela menyewa badut atau pelawak terkenal untuk melihat tawa Nayla yang sangat enak dipandang. Ia hanya malu karena sudah menunjukkan kebodohannya pada gadis yang baru saja ia temui.

"Bir memang mengerikan." Kata-kata itu meluncur setelah tawa Nayla reda. Dan ia sedikit menyesal karena sudah menertawakan laki-laki di depannya itu. Oh, ingatkan Nayla untuk memukul kepalanya setelah ini karena sudah membuat laki-laki itu malu.

Tetapi, sungguh Yoga itu sangat lucu. Nayla belum pernah menemui lelaki dewasa namun begitu polos. Rata-rata laki-laki yang ia tahu adalah pria bejat yang berpura-pura polos untuk menarik simpati gadis-gadis. Dan ia tahu kalau Yoga itu tak seperti mereka. Sebab ia punya banyak teman lelaki yang terlihat polos namun sangat bejat.

"Oh, maaf." Nayla menyesal.

"Tidak." Karena itulah keadaannya. Yoga mabuk dan membuat penglihatannya memburuk. Lalu bagaimana gadis itu tahu?

Dengan reflek Yoga membaui badannya dan bau busuk dari alkohol menyeruak, menyengat hidung. Pun dari mulutnya. Ia meringis, membayangkan bagaimana gadis itu menahan diri demi menolong dirinya.

"Bau badanku menyengat yah semalam?"

Nayla mengangguk pelan, "Iya. Dan sebenarnya itu juga yang membuat kakakku tidak ingin membiarkanmu menginap di sini. Kami membenci minuman itu."

"Maaf merepotkan. Dan terima kasih sekali lagi."

Nayla angkat bahu, "Bukan masalah." Lalu gadis itu kembali bergerak setelah melihat ponselnya. "Aku mau keluar, kamu bisa istirahat. Dan kalau kamu lapar, ada makanan di bawah tudung saji." Nayla mengambil tas kecil yang ia simpan di gantungan lalu memasukkan kertas yang ia temukan tadi.

"Eh?"

Garakan menyampir tas Nayla terhenti. Ia menatap Yoga yang sudah duduk dengan tegak di kepala ranjang. "Kenapa?"

"Kamu mau meninggalkanku sendirian di rumah?"

Nayla mengangguk dan membuat Yoga sedikit resah. Harusnya gadis itu tahu Yoga adalah orang baru, kenapa malah diberi kebebasan? Meski laki-laki itu tak mungkin berniat buruk, ia juga tak bisa menerima kebebasan itu.

"Sebaiknya kita sama-sama keluar. Saya juga harus pulang sekarang."

"Eh, jangan! Demammu memang sudah sembuh, tapi pasti tubuhmu masih lemah."

"Tidak apa-apa."

Dari pada dibiarkan sendiri di rumah orang asing.

"Biar kuantar kalau begitu."

"Tidak usah. Kamu punya urusan lain, kan?"

Nayla menggeleng, "Aku cuma mau ambil SKHU di sekolah. Kalau begitu aku mengantarmu dulu baru ke sekolah."

Yoga ingin menolak, namun ia sadar kondisinya tak memungkinkan untuk bergerak sendiri.

"Baiklah. Aku benar-benar sangat merepotkanmu."

Nayla tersenyum. Senyum yang membuat Yoga tak bisa berpaling ke arah lain.

"Tidak masalah. Menolong sesama manusia itu adalah kebaikan. Dan aku percaya, kalau kebaikan yang aku lakukan akan mendapatkan balasan yang sama."

"Kenapa saya merasa ada makna tersirat di dalam kalimat itu?"

Dan Nayla terkekeh karena balasan itu. Yoga benar-benar polos. Jadi, bagaimana mungkin ia tak percaya lelaki itu dan membiarkannya menginap untuk memulihkan diri.

 

Mickey139

...

Mickey139
SEBELUMNYA CHAPTER LENGKAP SELANJUTNYA
Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com