Fly with your imajination

Thursday, December 12, 2019

Not Perfect#6

SEBELUMNYA CHAPTER LENGKAP SELANJUTNYA

...

Hela nafas menderu tiap langkah. Seperti sudah berusia seabad, langkah lebar Yoga sulit mengikuti langkah kecil di sampingnya.

Ialah Selena, gadis cilik manis dan menggemaskan. Anak Kenzo, sepupu sekaligus bosnya di kantor. Karena memiliki urusan yang sangat mendesak laki-laki itu tak bisa menemani sang anak untuk jalan-jalan dan melimpahkan tanggung jawab tersebut pada Yoga.

Yah, Yoga sih tak keberatan. Siapa yang ingin menolak jalan-jalan dengan Selena yang menggemaskan? Hanya saja, Yoga belum cukup beristirahat pasca demam kemarin.

Selepas pulang di penginapan, Yoga langsung berberes untuk kembali di kota asal. Bukan hanya ingin beristirahat penuh karena sudah mendapatkan cuti, tetapi juga ia harus mengurus bisnisnya yang lain.

Dan ketika urusan bisnis sudah selesai, laki-laki itu tak langsung beristirahat melainkan terus menggunakan otaknya untuk memikirkan kapan lagi ia bisa bertemu dengan Nayla yang tinggal di daerah berbeda dengannya.

"Om, kita ke sana lagi."

Kembali Yoga menghela ketika Selena menarik dirinya menuju kandang monyet.

Binatang-binatang itu bergelantungan di pohon. Ada yang di darat membentuk kelompok dan saling mencari kutu. Ada juga yang hanya diam sembari memperhatikan para manusia yang menatap mereka dengan penasaran, khususnya anak kecil, seperti Selena.

"Om, kenapa monyet suka bergantung?" Tiba-tiba Selena menyelutuk, menatap Yoga dengan mata binar penuh rasa ingin tahu.

"Supaya mereka tinggi, Sayang. Jadi, kalau Selena ingin tinggi harus banyak bergantung."

"Tapi, mereka gak tinggi."

"Yah, makanya mereka berusaha."

Selena mengangguk, seolah paham dengan penjelasan sembarangan Yoga. Gadis cilik itu kembali menatap para monyet dengan binar kagum.

Lebih dua jam mereka mengelilingi hutan kota, dan selama itu Yoga selalu dibuat kewalahan oleh si cilik Selena. Bukan hanya karena sifat aktif dan ingin tahu gadis kecil itu yang sangat besar, ia pun sering merengek dan meminta hal-hal berbahaya pada Yoga.

Seperti ketika mereka melihat singa. Selena menangis karena tak diizinkan masuk kandang dan mengelus singa itu. Untungnya, pawang singa mengerti dan mau berkompromi-tentu saja di bawah pengawasan.

Atau ketika Selena melihat jerapah. Entah apa yang ada di pikiran gadis cilik itu hingga ingin bermain seluncuran di leher sang binatang. Ketika Yoga bertanya, Selena hanya menjawab, "Gloria suka main seluncuran di leher Melman. Kan asik." Yoga hanya menggeleng sambil menepuk jidat. Kartun benar-benar tidak baik untuk anak kecil kalau tak diawasi. Untung saja, Yoga bisa menghentikan keinginan Selena. Yah, meski dengan susah payah.

"Selena istirahat dulu yah?"

Yoga benar-benar lelah. Kakinya serasa kebas pun tenggorokannya yang sudah kering.

Selena menggeleng. "Bentar Om. Lihat Cibi dulu."

Awalnya Yoga tak mengerti Cibi itu apa, sampai ia melihat binar polos penuh kekaguman Selena pada panda gempal tidak jauh dari mereka.

"Ayo om. Jalannya cepat."

Gadis cilik itu berlari sambil nenarik tangan Yoga penuh semangat. Dan lagi-lagi membuat Yoga kesusahan.

"Om kok Cibi warnanya hitam putih?"

Karena kalau kuning nanti dikira boneka beruang, Sayang. Yoga ingin sekali menjawab seperti itu.

"Karena Cibi suka warna hitam putih."

Yah, jawaban simpel selalu diterima anak kecil, kan?

"Terus kok mereka makan bambu?"

Karena mereka hanya dikasi bambu. Coba dikasi daging, pasti mereka lebih milih daging.

"Karena mereka suka."

"Enak yah om?"

Memang Yoga pernah makan?

Yoga menggeleng. Pengaruh lelah membuat otaknya sedikit malfungsi.

"Iya."

"Kayak permen?"

"Iya."

"Kalau gitu, Om kita beli bambu."

"Buat apa?"

"Dimakan."

Yoga menepuk jidatnya. Harusnya ia tahu, anak kecil itu punya rasa ingin tahu yang besar. Salah jawab tanggungannya besar.

Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com