Fly with your imajination

Sunday, December 15, 2019

Not Perfect#7

SEBELUMNYA CHAPTER LENGKAP SELANJUTNYA


Sama halnya pelangi yang muncul setelah badai. Atau musim semi hangat datang seusai musim dingin mengguyur. Seseorang harus melewati berbagai cobaan dulu baru mendapatkan kebahagiaan.

Yoga selalu percaya itu.

Sesukar apapun rintangan yang menghadang, ia akan melewatinya.

Tetapi, kapan kira-kira Yoga mendapatkan kebahagiaan itu?

Sudah lebih sepuluh tahun berlalu, kehidupan Yoga belum berubah sama sekali.

Yoga masih tak dianggap di keluarganya. Begitupun dengan rekan kantor yang sering tak menghargainya.

Tak ada yang peduli.

Yoga tetap merasa sendiri.

Bahkan ketika usianya baru menginjak angka 12. Saat mestinya Yoga  mendapatkan perhatian, ia justru diperlakukan seperti sampah.

Saat harusnya ia bersenang-senang, ia justru harus bekerja keras.

Dan sekarang, salahkah jika ia memberontak dan meminta keadilan?
...

"Om, kenapa?"

Yoga menggeleng. Lamunannya buyar karena gadis kecil di sampingnya sudah menggoyangkan tubuhnya. "Kenapa?"

Serena menggeleng, anak kecil itu tampak khawatir tadi, tetapi sekarang ekspresinya sudah kembali ceria setelah mendengar Yoga meresponnya.

"Dari tadi aku manggil, tapi Om gak bicara. Om terus diam kayak Cibi di rumahku."

"Om gak apa-apa." Yoga mengelus kepala Serena dengan lembut dan penuh kasih. Entah kenapa tiba-tiba ia membayangkan seseorang dengan senyum lembut di wajahnya. Dan bukan hanya itu, ada sesuatu yang berdesir di dadanya. Sakit tetapi hangat secara bersamaan.

Yoga menggeleng, kembali atensinya ia arahkan pada Serena. Gadis cilik yang kembali tenang menikmati es krim yang tadi mereka beli.

Banyak pengunjung yang berlalu lalqng di hadapan mereka. Dan sepanjang pengamatan Yoga, tak satu pun dari mereka yang datang ke hutan kota sendirian. Yah kecuali para petugas pengawas.

Ponselnya bergetar, Yoga mengeluarkan dari saku lalu membaca isi pesan yang masuk. Itu dari Kenzo, ia bilang ia sudah ada di depan dan menunggu mereka. Kemudian tanpa membalas pesan tersebut, Yoga kembali menyimpan benda persegi panjang miliknya di saku celana.

"Habis makan es krim kita pulang yah, papamu bilang ia sudah selesai kerja jadi bisa pergi bareng Serena lagi."

Serena berseru semangat. Matanya berbinar ketika melihat Yoga, "Beneran Om?"

"Iya." Yoga terkekeh.

Serena menegakkan tubuh, menghabiskan es krimnya dengan cepat, lalu manarik tangan Yoga agar pergi ke tempat ayahnya sesegara mungkin. "Ayo Om."

Yoga juga bangkit dan bergerak menjauh dari bangku. "Serena sayang banget sama papa yah?"

Serena mengangguk antusias, "Sayang banget."

Dan Yoga iri karenanya.

Ia juga ingin memiliki seseorang yang menyayanginya, yang butuh dirinya seperti air dibutuhkan oleh makhluk hidup, yang menantinya ketika ia pergi kerja, yang menyambutnya ketika ia pulang. Atau yang selalu menyebut namanya di setiap doa yang ia panjatkan.

Tapi, kapan kira-kira itu terjadi?

"Papa!"

Yoga tersentak ketika Serena tiba-tiba berseru, lalu berlari menerjang kerumunan orang-orang setelah melepaskan tangannya dari genggaman Yoga.

"Ser--" Yoga menghentikan teriakannya ketika matanya langsung memandang pemandangan di depan. Serena sedang dipeluk oleh orang yang ia kenal. Papa Serena sekaligus bosnya di kantor. Kenzo.

Laki-laki itu tersenyum. Tampak aura kebahagiaan menyelimuti wajahnya. Dan sekali lagi Yoga merasakan sesuatu berdenyut di dadanya. Kapan ia bisa merasakan perasaan bahagia itu?

"Thank's"

Yoga mengangguk. Raut wajahnya berubah. Tak ada senyum hangat seperti saat bersama Serena. Ia sudah seperti menggunakan topeng wajah datar.

"Besok malam, jangan lupa datang di rumah utama."

Kali ini bukan hanya tak ingin menyahut, Yoga justru ingin bersembunyi di tempat yang tak bisa ditemukan.

 

Mickey139

SEBELUMNYA CHAPTER LENGKAP SELANJUTNYA



Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com