Fly with your imajination

Monday, December 16, 2019

Not Perfect#8

SEBELUMNYA CHAPTER LENGKAP SELANJUTNYA

....

Denting sendok dan piring menggema dalam ruangan. Bisik-bisik mulai terdengar meski makanan belum tandas. Namun begitu, Sang kepala keluarga tetap tenang dengan hidangan di hadapnya. Sesekali ia mengabaikan etika dan bertanya pada orang-orang. Dan Yoga jelas tahu, pertanyaan tak mungkin terlontar padanya.

Yah, katanya malam ini adalah acara bulanan keluarga Erlangga yang biasa diadakan tiap akhir bulan agar sesama keluarga tak saling melupa. Tapi, bagi Yoga perkumpulan itu sama saja seperti kurungan tak kasat mata yang mengekang dirinya. Ia terperangkap dalam orang-orang berlabel keluarga.

Kalau tidak mengingat janjinya pada Nenek, Yoga tak akan pernah datang ke kediaman kepala keluarga Erlangga. Dan membuat dirinya tersiksa dengan kebisingan memuakkan yang mereka dengungkan. Ia pasti lebih memilih merancang rencana perluasan bisnisnya sendiri di rumah.

Tapi, mungkin ini juga lebih baik. Yoga bisa mengetahui sedikit tentang seberapa banyak anggota keluarganya agar di masa depan ia bisa lebih memilah rekan bisnis dan tak sampai salah memilih keluarganya untuk ikut andil. Yoga tak ingin ada bibit penyakit yang mengancam pertumbuhan bisnisnya.

Yoga menghela, makanan lezat di depannya terasa hambar. Sangat sulit ditelan. Seperti kelat yang menyumbat tenggorokannya.

"Bagaimana perkembangan bisnismu, Erlan?"

Yoga menatap laki-laki yang dimaksud Sang Kepala Keluarga. Si pemilik rambut kismis dengan kacamata membingkai wajahnya. Terlihat dingin dengan wajah yang kaku. Dan Yoga baru kali ini melihatnya. Dia adalah anak tertua kakak ibu Yoga. Laki-laki itu menghabiskan waktunya di Singapura untuk mengembangkan bisnis.

"Lancar, Kek. Sekarang kami sudah mengembangkan di daerah lain. SDM dan bahan-bahan lain sangat memadai."

Kakek mengangguk. Yoga bisa melihat senyum samar yang membingkai wajah tua kakeknya. Kentara sekali kalau kakeknya sangat kagum pada cucu kelimanya itu.

"Karlita giliranmu. Kamu juga gak kalah hebat dengan Erlan."

Kali ini Yoga mengalihkan atensi pada cewek tinggi semampai di depannya. Cantik dan terlihat arogan. Tetapi, pandangan itu berubah ketika cewek itu ditegur dan tiba-tiba tersentak hingga menampakkan raut konyol. Yoga benar-benar ingin tertawa saat itu juga.

Finalis Asian Top Models itu memberenggut. Namun, anehnya orang-orang duduk di dekat mereka justru terkekeh, termasuk perempuan yang di bawa Sean, sepupunya yang lain.

"Kamu gak banyak berubah, Lit. Mukamu aja yang dilihat sombong, tapi sifatmu masih konyol." Seseorang berkomentar. Ibu muda yang tampak sedang menyuapi anaknya. Yoga tahu siapa dia. Hana. Suami Regan, sepupunya yang lembut. Dan sama seperti Regan, Hana pun sangat lembut. Di antara keluarganya yang lain, Yoga merasa mereka tidak pernah mengucilkan dirinya.

"Maaf yah buat kalian kecewa. Tapi, sifatku memang kayak begini. Gak bisa berubah." Karlita menyahut apatis. Lalu pandangan gadis itu langsung menuju pada Yoga. Ia mendengus, lalu mencibir, "Gak usah ditahan. Kalau mau ketawa yah ketawa aja."

Namun, Yoga tak menyahut dan langsung mengalihkan tatapannya pada makanan. Ia tahu, Karlita pasti hanya ingin mengejeknya. Dan tak menanggapi ucapan itu adalah salah satu cara agar ia tak perlu masuk dalam percakapan mereka yang ujung-ujungnya hanya akan mencela dirinya.

Yoga tak peduli lagi pada percakapan mereka selanjutnya. Begitu juga dengan tanggapan miring yang lain.

"Gak usah pedulikan manusia batu itu. Gak penting, Lit."

Yoga tetap diam.

"Mika!"

Meski ada yang menegur sindiran itu.

Mereka cuma menganggapnya bahan ejekan. Atau mengabaikan dirinya bagaikan angin malam yang dianggap tidak terlalu penting di sana.

 

Mickey139

SEBELUMNYA CHAPTER LENGKAP SELANJUTNYA
Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com