Fly with your imajination

Monday, May 24, 2021

FAKE N FATE : BAB LIMA

 Silahkan di baca pelan-pelan ya guys...

SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA
...

BAB LIMA : Dua Lelaki


Angin dingin menerpa tubuh ringkih Alena ketika membuka jendela kamarnya. Matahari masih belum ada tanda-tanda mau menampakkan diri, namun Alena sudah terbangun dari tidurnya. 

Jam pada dinding kamarnya masih menunjukkan angka satu pagi. Terlalu dini untuknya bangun. Bahkan para pekerja rumah tangga pun belum mulai bekerja.

Alena melangkah menuju balkon sambil menghirup udara segar dari luar, rasanya dingin, menyejukkan, dan menyegarkan. Meski langit begitu kelam, namun rasanya begitu damai berdiri di sini.

Alena kembali masuk ke dalam kamarnya ketika rasa dingin yang merayap ke tubuhnya sudah terlalu berlebihan, ia kemudian menutup jendela.

Baru saja tangannya ingin menutup tirai jendela, ia melihat sebuah mobil baru saja keluar dari halaman rumah. Lampu halaman yang redup membuatnya sulit menerka mobil siapa yang keluar.

Alena menggeleng pelan. Kenapa ia harus memikirkan mobil siapa yang keluar? Itu kan bukan urusannya, dan siapapun yang keluar pada dini hari seperti ini pasti memiliki kesibukan sendiri.

Cukup ia disebut sebagai parasit oleh Derry, Alena tak mau bila diberikan julukan baru oleh orang-orang di sini.

Sambil menguap, Alena meneruskan langkahnya kembali ke ranjang. Ia memasang kembali selimutnya yang tadi dia hempaskan sampai jatuh di bawah ranjang karena kesal rasa kantuknya tak kunjung datang.

Alena mulai menghitung dalam hati. Cara ini adalah cara yang ia dapat dari dokter Diandra untuk mendapatkan rasa kantuk.

Satu ....

Dua ....

Tiga ....

Lima puluh ....

Matanya masih nyalang menatap langit-langit kamar.

Setatus ....

Dua ratus ....

Dan ketika angka dua ratus tujuh puluh satu, mata Alena perlahan tertutup dan tidak lama ia jatuh ke dalam dunia indah yang hanya ia seorang dapat lihat.

...

"Kau kenapa?" kepala Rexa mengangguk-angguk mengikuti alunan musik yang dimainkan oleh DJ. Minuman di tangan sebelah kirinya perlahan dia sesap kemudian sloki kosong tersebut diletakkan kembali ke atas meja.

Mereka berdua duduk di sofa besar di sudut ruangan yang juga diduduki oleh beberapa pria yang tentu saja sudah ditemani beberapa wanita.

"Tidak apa." sahut Derry tanpa minat lalu ikut menikmati black label yang sudah dituangkan oleh seorang wanita yang duduk di sebelah Rexa.

"Oh, baiklah. " kata Rexa lalu berpaling pada wanita yang tadi menuangkannya minuman dan mengajaknya ke dance floor untuk berdansa, "Kalau begitu aku duluan."

"Hm..." Derry mengangguk singkat.

"Wanna dance, Honey?" seorang wanita tiba-tiba saja duduk di samping Derry lalu mengajaknya turun ke dance floor. Pakaiannya minim, hanya gaun mini yang cuma bisa menutupi setengah payudara dan tiga perempat pahanya.

Sexy, cantik, dan menarik adalah kesan Derry terhadap wanita itu. Sayangnya, wanita itu tak sanggup menarik perhatiannya.

"Ajak yang lain saja. Kali ini aku hanya ingin duduk." sahutnya tanpa minat.

Wanita itu memberenggut. Memasang wajah imutnya supaya Derry lebih memperhatikan dirinya. Ia semakin merapat pada Derry, menggodanya dengan sengaja menyenggolkan payudaranya yang ranum di lengan Derry.
"Oh, ayolah. Kita ke sana dan bersenang-senang." bujuknya, tak mau melewatkan kesempatan bisa bersama pria setampan Derry.

"Kiran benar, Man. Seharusnya kita kesini untuk menikmati pesta Andrew bukan murung seperti laki-laki yang ditinggal orgasme pasangannya." Alex menimpali.

Derry meliriknya. Laki-laki itu memang terlihat sangat menikmati pesta yang dibuat Andrew. Lihat saja caranya memuaskan tangannya dengan menyentuh milik wanita di sampingnya.

"Ck, lihat dirimu sendiri. Kata-kata itu harusnya kau tujukan untuk dirimu sendiri. Yang kurang kepuasan di sini itu kau sendiri, kan?" balas Derry dengan sinis.

Sedangkan Alex hanya menyengir. Seolah tak tersindir dengan kata-kata Derry, ia kembali melanjutkan aksi tangannya.

"Lagipula, Honey. Semua orang yang datang ke sini bukan untuk mengingat masalah mereka tapi melupakan masalah mereka. Ayolah kita ke sana. Melepaskan beban dengan menggoyangkan tubuh. Kau akan merasakan kebebasan yang nikmat." Kiran kembali merayu Derry.

Tapi, Derry tak menghiraukan Kiran. Laki-laki itu malah mengangkat tangan kanannya sembari menolak halus ajakan wanita itu, sekali lagi.
"Ya, sudah kalau begitu. Aku akan menemanimu bercerita di sini, bagaimana?" Kiran tak mau mengalah.

Dan akhirnya, kesabaran Derry pun habis. Ia menatap Kiran dengan pandangan tajam yang menghunus. "Aku hanya ingin sendiri. Carilah pria lain yang ingin ditemani." sahutnya dingin.

Derry hanya membutuhkan ruang lapang untuk mengistirahatkan kepalanya yang tiba-tiba berdenyut, bukan bersama wanita penggoda.

"Tidak asik." balas Kiran kemudian mengajak pria lain yang berada di dekatnya.

Derry melirik di sekeliling sofa tempatnya duduk. Rupanya hanya ia sendiri di sana. Alex baru saja menyingkir sembari membawa wanita yang tadi bersamanya pergi. Sedangkan Rexa juga sibuk menggoyangkan tubuhnya bersama wanita yang tadi bersamanya di dance floor.

Orang-orang sudah mulai kehilangan pikiran, mereka mulai sibuk memuaskan diri. Menggoyangkan tubuh mengikuti irama musik yang menghentak dari sang DJ. Bahkan tak sedikit pasangan yang saling mencumbu tanpa tahu malu di dance floor.

Rexa pun tak mau ketinggalan. Bibirnya sudah berada di leher wanita yang ia ajak tadi dengan tangannya yang juga sibuk menjelajah ke tubuh wanita itu. Sedangkan sang wanita malah semakin asik menggoda Rexa dengan meliukkan tubuhnya secara erotis.

Derry memghela nafas. Seharusnya ia juga seperti itu, seharusnya ia menikmati keberadaannya di sini, seharusnya ia ikut bersenang-senang, bukan malah meratapi kepalanya yang tiba-tiba terasa pening.

Derry kembali mengangkat minumannya, barangkali minuman itu bisa menghilangkan rasa sakitnya, namun bukannya menghilangkan, sakit kepalanya semakin terasa. Ia kembali meletakkan sloki di atas meja lalu menyandarkan tubuhnya di sofa sembari menutup mata untuk menghilangkan pening yang ia rasa.

Entah berapa lama Derry memejamkan matanya, tiba-tiba saja ia sudah merasakan kursi sofa di sampingnya melambai. Derry membuka matanya sekilas hanya untuk melihat siapa, kemudian menutup kembali. Derry menghela nafas, setidaknya orang itu bukan salah satu wanita penggoda yang dipekerjakan oleh klub malam itu. Jadi, dia bisa kembali mengistirahatkan kepalanya.

"Kenapa dari tadi kau hanya diam?" Kening Rexa mengkerut melirik Derry. Tidak biasanya sahabatnya itu diam, merenung, dan tak bergairah menikmati pesta yang diadakan oleh salah satu teman mereka. Biasanya ialah yang paling bersemangat dan tak pernah menolak tawaran wanita yang ingin membukakan kakinya.

Derry melirik ke arah Rexa yang tengah menyesap minumannya dan tiba-tiba saja dia merasa jenuh dan jengkel. Minuman yang tadi ia minum terasa lebih pekat dan pahit malah membuat kepalanya semakin menjadi. Rasa manis dan masam dari Black Label menguap berganti hambar yang tidak enak. Belum lagi musik yang dimainkan DJ di lounge itu dan para wanita penggoda yang berusaha menarik perhatiannya, semuanya membuat kepala Derry pusing. Sesuatu yang sangat tidak biasa bagi dirinya seorang penikmat dunia malam. Dan lebih tidak biasa karena ia ingin segera pulang dan tidur tanpa wanita yang menemaninya.

"Entahlah. Aku juga merasa aneh dengan diriku. Kepalaku pusing."

Satu kening Rexa terangkat, lalu tidak lama ia menyeringai. "Kau mungkin butuh pelepasan malam ini." Dan pandangannya mengarah pada wanita-wanita cantik di sekelilingnya. "Bagaimana jika kau mengajak salah satu dari mereka? Bukankah itu yang biasa kau lakukan jika sedang jenuh?"

Derry mendengus. Anggapan Rexa tidak Jauh dari Alex. Ia memang sudah lama tidak melakukan hubungan sex, lebih dari sebulan tepatnya, tapi bukan berarti ia akan menerima saran dari Rexa.

"Kenapa tidak kau saja yang coba salah satu dari mereka? Lalu berikan aku rekomendasi mana yang terbaik." Derry balik bertanya dengan nada mengejek.

"Ck. Aku tidak akan melakukannya." Rexa menolak tegas sambil mengibaskan tangannya.

Rexa memang senang bermain dengan banyak wanita, tapi ia tidak pernah melampaui batas yang sudah ia tetapkan. Hanya sebatas menyentuh, oral ataupun blow job tanpa sex.

Selain itu, ia juga tidak ingin menyamakan dirinya sebagai kucing kampung yang senang menghamburkan spermanya ke banyak betina. Tidak ada yang tahu milik wanita itu bersih atau sudah terjangkit penyakit kelamin, kan?

"Aku bukan lelaki murahan yang suka memasuki lubang yang sudah berulang kali dimasuki oleh milik lelaki lain. Lagi pula aku hanya memberimu saran." elaknya.

"Saran tak bermutu, tepatnya." kata Derry sambil memutar bola matanya bosan.

"Lalu apa masalahmu? Kau tidak biasanya bersikap seperti ini." Rexa bersikeras. Tiba-tiba ia juga merasakan pusing di kepalanya.

"Entahlah. Kepalaku tiba-tiba saja pusing ketika sampai di sini." sahutnya masih menyandarkan tubuh.

"Ini aneh." kata Rexa sambil memijat pangkal keningnya. "Kenapa kepalaku juga pusing?"

Derry menatap Rexa dengan kening yang bertaut, "Jangan mengikutiku! Aku tidak ingin disamakan denganmu." tukasnya sambil menatap sinis pada Rexa.

Rexa mendengus, "Apa aku seperti maniak sampai mengikutimu? Dasar."

"Kau membuat kepalaku tambah pusing."

"Memang apa yang sudah kulakukan— ah, sial." Rexa merintih saat kepalanya semakin menjadi. "Aku juga harus pulang."

"He, tidak biasanya." ucap Derry dengan nada mengejek.

"Jangan mengembalikan kata-kataku..."

Derry menghela nafas, "Kalau begitu kita pulang sama-sama"

"Tidak usah. Aku akan pulang sendiri."

"Bahkan kau terlihat lebih buruk dibanding denganku. Tapi, memang benar kita harus terpisah. Aku tidak ingin membahayakan diriku dengan bersamamu."

Satu alis Rexa naik, "Apa maksudmu?"

"Sepertinya salah satu di antara mereka sudah mencampuri minumanmu dengan obat."

"Ck, brengsek."
...

TBC. 

masih awal, silahkan comment yah 😊


Mickey139


02.01.18


SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA

Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com