Fly with your imajination

Monday, April 28, 2025

Dia Siapa?

 


👻👻👻

Hotel Teent yang sudah sangat terkenal di Kota X saat ini sedang merayakan ulang tahun yang ke-30. Seluruh area hotel sudah dihias dengan dekorasi mewah, balon berwarna gold dan putih, serta meja makan yang dipenuhi makanan lezat.

Namun, karena baru saja di promosikan menjadi supervisor, Alya tak langsung ikut perayaan itu. Ada beberapa pekerjaan yang harus dia harus selesaikan di ruangan adminisstratif agar bisa ikut dalam acara itu tanpa dibawayangi pekerjaan.

Suasana kantor cukup sepi, rata-rata orang administrasi pergi menikmati acara itu dan di dalam ruangan yang tertata beberapa meja kantor hanya ada dirinya yang lembur. Kebanyakan lampu di ruangan itu pun sudah dimatikan dan menyikan satu lampu yang hanya menyinari tempatnya.

Sesekali Alya mendengar suara dari lantai atas. Suara tawa, musik, dan suara langkah kaki yang memenuhi ballroom tempat acara berlangsung sedikit membuat kakinya ingin ke sana juga. Sayangnya, Alya hanya berharap agar acara itu belum selesai ketika pekerjaannya selesai dia kerjakan. Namun, semakin malam, suara itu mulai memudar, berganti dengan keheningan yang sangat mencekam. Dan, pekerjaannya belum
selesai.

Tak lama setelah itu, Alya mendengar suara langkah kaki yang datang dari lorong kantor yang gelap. Pikirnya, mungkin itu rekan kerja yang sedang menuju ruangannya, namun saat dia menoleh ke arah pintu, tidak ada siapa-siapa. Langkah kaki itu semakin dekat, dan Alya merasa ada yang mengawasi dari balik pintu.

Kemudian, terdengar suara wanita berbisik pelan di belakangnya, "Alya…". Alya terlonjak dan berbalik, namun hanya ada kegelapan di sana. Tidak ada orang.

"Siapa?" Bisiknya.

Cemas, Alya mencoba menenangkan dirinya sendiri dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Tetapi, rasa takut mulai merayap. Ketika hendak pergi ke ruang arsip, Alya merasa suhu ruangan tiba-tiba berubah dingin. Saat membuka pintu ruang arsip, Alya terkejut melihat bayangan hitam melintas cepat di dalam ruangan. Alya menutup pintu dengan panik dan lari ke ruang kerjanya.

Tiba-tiba, lampu kantor berkedip-kedip dan komputer di mejanya mati. Alya mencoba menyalakan komputer, tetapi monitor hanya menampilkan gambar gelap dan kosong. Ketika dia melihat ke atas, dia melihat sesuatu yang membuat darahnya dipompa kencang: sebuah foto lama tergantung di dinding, foto hitam-putih para pendiri hotel, tetapi ada satu wajah yang terlihat kabur dan mengerikan—seorang wanita yang tampak sedang tersenyum dengan bibir yang terlalu lebar. Matanya pun terlalu besar daripada mata orang normal.

Dengan jantung yang berdebar, Alya, yang sudah hampir gila karena ketakutan, akhirnya memutuskan untuk keluar dari kantor dan menuju lantai utama untuk mencari teman-temannya. Saat dia melangkah ke lorong yang gelap, dia melihat wanita itu lagi—wanita berpakaian serba putih yang tadi dia lihat di ujung lorong. Alya bisa merasakan jantungnya hampir melompat keluar dari dadanya.

Wanita itu berdiri di sana, di tengah lorong yang sepi, membelakangi Alya. Suasana begitu sunyi, hanya suara detakan jantung Alya yang terdengar jelas di telinganya. Dia menggigit bibir, mencoba untuk tidak berteriak. Perlahan, dia melangkah maju, dan begitu hampir dengan wanita itu, dia terpaksa memanggilnya dengan suara yang parau, "Pe ... Per ... Permisi, Mbak...."

Wanita itu perlahan-lahan berbalik. Alya siap untuk melihat wajah yang mengerikan—mungkin wajah penuh luka dan berdarah atau mata kosong yang menakutkan. Tapi yang dia lihat justru sesuatu yang jauh lebih aneh….

Wanita itu… tersenyum lebar. Hingga membuat sesuatu yang seperti kulit kering mengelupas dan jatuh.

"Aaaaa...." Alya tentu saja berteriak. Jantungnya benar-benar ingin lepas rasanya.

Lalu suara cekikikan terdengar dan membuat Alya semakin ketakutan hingga kakinya terasa lemas. Dia terjatuh di lantai. Rasanya air matanya sudah akan mengalir kalau katabselanjutnya tidak keluar dari mulit setan itu.

"Sumpah, kamu lucu sekali, Alya. Ya, ampun harusnya aku abadikan momen ini."

"Tika?"

Tika hanya cengengesan di tempat. Masker wajahnya makin berjatuhan ke lantai.

"Tika!!! Dasar kurang ajar. Hampir saja aku kenna serangan jantung, gila!"

"Hehehe, maaf yah." Tika menyahut sambil mengulurkan tangannya. "Ini prank."

"Kenapa kamu nyamar jadi hantu?!"

Ini kan ulang tahun kantor, ada yang bikin acara horror-horror gitu, aku pikir buat seru-seruan aja."

Alya hanya bisa menatap Tika dengan tatapan jengkel, dan hampir marah. "Prank? Prank apa yang bikin orang sampai nyaris pingsan? Aku kira kamu beneran hantunya! Sial, aku kira aku bakal mati di sini."

Tika malah makin tertawa. "Hahaha, maaf, maaf. Aku nggak nyangka kalau ternyata kamu beneran percaya! Aku cuma mau kasih kejutan. Tadi aku denger kamu lagi ngerjain laporan, jadi aku pikir, 'Kenapa nggak sekalian kasih kejutan horor?' Eh, ternyata malah takut setengah mati."

Alya mendelik, sambil sedikit tertawa kesal. Legah juga. "Ck, jangan main-main gitu dong! Aku kira beneran ada yang ngikutin aku dari tadi."

Tika yang masih ngakak mencoba menenangkan Alya. "Iya, iya. Gak ada kok yang ngikutin kamu. Lagian kan kita lagi merayakan ulang tahun kantor, harus seru dong! Sekarang kita ke atas yuk, liat acara ulang tahunnya yang mulai beres. Gimana, siap nggak jadi hantu juga?"

Dengan malas, Alya menghela napas dan akhirnya ikut tertawa. "Ya sudah, deh. Tapi abis ini, aku cabut duluan ya! Aku nggak mau lagi kalau ada ‘hantu’ lagi yang ngerjain aku. Aku udah trauma!"

Akhirnya, mereka berdua kembali ke ruang perayaan yang sudah mulai sepi. Tamu-tamu sudah mulai pulang, dan para staf sibuk membereskan dekorasi ulang tahun. Alya menghela napas lega, meskipun dia tahu, kejadian tadi akan menjadi cerita seru yang bakal dia bagi di grup karyawan.

Tapi saat dia melangkah ke ruang perayaan, tiba-tiba ada satu sosok yang berdiri di tengah ruangan—seorang pria berjaket hitam dengan topi, wajahnya tertutup oleh bayangan. Alya, yang sudah mulai sedikit paranoid, langsung menatap Tika dan berbisik, "Tika, apa itu lagi…?"

Tika menatap pria itu dengan tatapan bingung, lalu tersenyum. "Tenang, Alya, itu cuma Pak Tutu, cleaning service-nya. Dia memang suka main-main di akhir acara, kadang berpura-pura jadi hantu juga. Jangan kaget, ya!"

Alya menatap pria itu, yang kemudian membuka topinya dan tersenyum lebar. "Hai, Alya! Kaget, ya? Ha-ha, aku cuma lagi testing kostum buat Halloween nanti."

Alya, yang mulai kehilangan sabar, cuma bisa tertawa sambil geleng-geleng kepala. "Oke, kalian semua mau bikin aku stres, ya? Besok aku nggak kerja deh, kalian udah terlalu banyak nge-prank!"

Tetapi, hanya berselang beberapa menit kejengkelan Alya berubah jadi rasa penasaran. "Ngomong-ngomong, siapa yang manggil aku di kantor tadi? Menjengkelkan banget."

Kening Alya mengerut, bingung. "Aku nggak lihat siapa-siapa tadi. Pak Tutu lihat, nggak?"

Pak Tutu menggeleng. "Saya dari tadi tidak lihat siapa-siapa yang naik."

"Setahuku juga cuma kamu yang masih betah di kantor sih."

"Tamu?"

"Gak mungkin, Alya. Karena saya dari tadi jagain di pos masuk kantor karyawan."

Bulu kudu Alya seketika meremang. Apalagi, ketika potret wajah mengerikan yang dia lihat di kantor tadi terbayang di kepalanya dan dia seolah bisa mendengar suaranya yang berkata, "Itu saya yang manggil."

"Wah, gila!" Alya berseru dan tanpa peringatan apapun, Alya langsung kabur, diikuti oleh Pak Tutu dan Tika yang juga ikut berlari dengan wajah kebingungan namun juga ketakutan.

👻👻👻
Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com