Fly with your imajination

Friday, March 22, 2024

NOT PERFECT#19

 Sangat dianjurkan memberi saran dan kritik.

Terima kasih 😊.

SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA





***

"Sudah kamu serahkan titipan saya yang kemarin?"

Yoga menatap kesal Kenzo. Jika ia tahu akan bertemu masa lalunya, ia tak akan mau mengantarkan pesanan laki-laki itu. Terlebih ia juga terjebak hujan dan pulang sangat terlambat.

"Sudah. Pak." Yoga sengaja menekan kata-katanya.

Tetapi, pada dasarnya Bos tak suka disalahkan, Kenzo menaikkan sebelah alisnya sebagai respon.

"Aku akan pura-pura tak mendengar nada jawaban kamu."

Terserah. Mau dipedulikan pun Yoga tidak peduli. Malah bagus jika ia dipecat. Yoga bisa lebih fokus menjalankan bisnisnya.

"Apa ada lagi yang bapak butuhkan?"

Kenzo diam beberapa detik, tampak menimbang apa yang ingin dia katakan pada Yoga. Sebelum membuka suara, "Yog," dan kembali menjeda ucapannya.

Yoga menaikkan sebelah alisnya ketika Kenzo menjeda ucapannya. Tetapi, ia tetap diam dan menunggu sampai Kenzo menyelesaikan ucapannya. "lo bisa... ketemu kakek?"

Dan Yoga menyesal membiarkan Kenzo meneruskan kata-katanya.

"Sebulan sekali kita bertemu." Yoga menyahut dingin. "Personal. Tidak dengan keluarga yang lain." Yoga tak menyahut lantas berdiri, bersiap pergi dari ruangan Kenzo.

"Yog, sejujurnya gue penasan, apa yang lo pikirkan. Sebenarnya lo bisa, tapi lo malah..."

"Ada lagi yang Bapak butuhkan? Kalau tidak, saya akan kembali ke ruangan saya." kata Yoga, tak mau mendengar ocehan Kenzo yang mungkin akan membuatnya lepas kendali

Tak mendapat sahutan dari Kenzo, Yoga segera berjalan dan meraih gagang pintu. Ia benar-benar tak menyukai cara Kenzo yang mengingatkan dirinya dengan mengungkit masa lalu.

Terlebih pada orang yang membuangnya. Orang yang membuat dirinya kesepian.

Tidak mengapa jika itu hanyalah Yoga, masalahnya hanya karena nenek memedulikan dirinya, orang itu juga membuang nenek. Wanita yang selalu setia dengan cintanya.

Yoga tak bisa memaafkannya. Meski tiap bulan ia bertemu dengan kakeknya, tak pernah sekali pun ia bertegur sapa. Yoga akan berpura-pura melakukan sesuatu atau bahkan mengabaikan kakeknya secara terang-terangan.

"Apa lo masih akan bersikap seperti itu kalau tahu apa yang sebenarnya kakek lakukan buat lo?" Yoga tidak merespon apa-apa dan membiarkan udara yang menyahut pertanyaan Kenzo. Kakinya terus melangkah hingga hilang di balik pintu ruangan kenzo. ...

Semilir angin menerbangkan debu-debu di jalan yang dilalui Yoga. Meski tidak banyak debu, tetapi masih bisa mengganggu hidungnya. Cuaca hari itu tidak terlalu terik dan membuat Yoga memilih jalan kaki menuju rumah makan langganannya di dekat perusahaan. Tomatoz, rumah makan yang dikelola oleh sepupunya Regan dan Hana.

Yoga memang tidak terlalu dekat dengan mereka. Meski rata-rata keluarganya menganggap Yoga adalah sesuatu yang aneh, dan lebih memilih menghindar, tidak begitu dengan mereka. Kepribadian mereka pun bisa dibilang sangat baik. Padahal ayah dan ibu Regan sangat keras. Mereka sering menyapa Yoga, meski Yoga tidak peduli. Bahkan mereka juga selalu mengajak dirinya mengobrol ketika perkumpulan keluarga diadakan.

Hanya beberapa langkah sebelum pembelokan seseorang menepuk pundaknya dan membuat Yoga tersentak. "Mas Yoga?"

Yoga berbalik dan mendapati Nayla di hadapannya tengah menyengir. Yoga benar-benar tak menyangka akan bertemu gadis itu di dekat kantornya. Dan entah dari mana datangnya, Yoga menganggap bahwa semesta ingin menghiburnya dengan kehadiran Nayla.

Penampilan gadis cantik namun tomboy itu sekarang berbeda. Ia memakai almamater universitasnya.

"Kebetulan banget Mas." kata Nayla sekali lagi menyengir.

"Kok kamu bisa di sini?"

"Aku gak ngikut loh." Lagi-lagi Nayla menyengir ketika menjawab Yoga. Nayla benar-benar senang bertemu Yoga. Dan, ia jadi membayangkan kalau pertemuan mereka adalah rencana semesta.

Bukan tanpa Alasan Nayla berpikir begitu. Pasalnya kebetulan semacam itu benar-benar sering mereka alami.

Dimulai dari tahun baru, kemudian semalam ketika pulang dan ia berencana pergi ke rumah sakit, dan terakhir adalah di waktu sekarang. Kalau bukan takdir, apa namanya? Yah, kecuali laki-laki itu penguntit. Tetapi, tentu saja tidak mungkin. Selain karena mereka tak pernah bertemu sebelumnya, Yoga juga tak menunjukkan tanda-tanda seperti seorang penguntit.

Pertama karena wajah Yoga sangat tampan. Hanya dengan menunjuk, ia bisa mendapatkan perempuan dengan mudah. Dan yang kedua adalah, ekspresi ketika mereka bertemu. Nayla tak pernah melihat wajah Yoga berseri-seri atau senang. Laki-laki itu justru selalu menunjukkan ekspresi kebalikannya. Mana ada penguntit begitu?

Seperti saat ini, Yoga seperti punya beban yang sangat berat di punggungnya. Padahal tadi dia sudah memanggil laki-laki itu beberapa kali, tetapi Yoga tak menyahut dan lebih memilih berjalan sambil melamun.

Yoga terkekeh melihat tingkah Nayla seolah tersinggung dengan kata-katanya.

"Bukan saya loh yang bilang."

"Ih beneran."

"Iya... iya... saya percaya."

"Tapi, kita sering ketemu secara kebetulan. Jangan-jangan..."

"Iya, kita jodoh."

"Eh..."

Dan Yoga kembali terkekeh, seolah ia tak memiliki masalah tadi.

 Kendari, 22 Maret 2024

Mickey139



SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA




Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com