Fly with your imajination

Monday, October 20, 2014

fanfict Naruto : Happy For Ending (2)

cerita sebelumnya : baca [chapter 1]


Pair: Ryuta, [Sasuke dan Sakura]
Rate: T
Genre: Family & General
NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
WARNING: AU,OOC, typo, alur GaJe cerita se-mau-gue.
Story by
Mickey_Miki

________________________________________

Ryuta adalah seorang anak yang tumbuh tanpa didampingi oleh sang ayah. Walaupun ia bahagia bersama dengan ibunya, namun ia masih merasa kurang. Kebahagiaan yang ia rasakan tidaklah cukup hanya bersama dengan sang ibu. Ryuta ingin merasakannya juga dengan ayahnya. Ryuta memiliki rencana untuk menyatukan kembali kedua orang tuanya dalam waktu seminggu. Ia berbohong kepada ibunya agar ia dapat menjalankan rencananya. Akankah semua rencananya berhasil?

.

.

.

.

HAPPY FOR ENDING

~happy reading~

.

.

.

.

.

Kebahagiaan akan terasa saat kita merasakannya bersama. Bersama dengan ayah dan ibu.

::

::

::

::

::

::

::

Timbul perasaan aneh, yang entah kenapa membuatnya tak suka. Dia seakan tidak suka ketika orang yang disukai ibunya seakan-akan menyukai sahabatnya orang yang ibunya percayai. Ientah mengapa ia sepertinya merasakan bagaimana perasaan ibunya saat itu. Digenggamnya dengan erat buku harian itu, sambil terus membacanya. Ia terlalu focus membaca buku itu dan tak mendengar langkah yang menuju ke arahnya. Ketika ia akan membuka halaman berikutnya,...

Krieeeet…!


OoOoOoOoOoO


Chapter 2 : Identitas Ayah



Krieeet....!

Pintu kamar berbahan kayu jati coklat tua dengan ukiran-ukiran di tiap pinggirnya itu berdecit, manandakan bahwa seseorang telah membukanya. Perlahan pintu itu terbuka dan menampakkankan seorang wanita dengan rambut berwarna senada dengan permen kapas dan sangat dikenalnya. Sakura-ibunya dengan perlahan memasuki kamarnya. Dengan wajah kebingungan wanita itu menghampirinya.

Ryuta yang memang pada dasarnya belum siap dan masih dalam proses mengumpulkan nyawanya sendiri, terperanjat dan sedikit terlonjak. Ia hampir saja terlihat oleh ibunya jika ia sedang sangat kaget akan kedatangannya, namun untung saja saat itu ibunya mengalihkan sedikit perhatiannya pada cemilan yang ia makan. Dan tentu saja ekspresinya berhasil disembunyikannya dengan baik dengan topeng wajah datarnya.

“Ryuta-kun!” langkah kaki Sakura semakin mendekat, tanpa mengetahui jantung orang yang ia panggil akan segera melompat keluar dari tubuhnya karena dirinya yang datang.

Akan tetapi, Ryuta yang dipanggil oleh ibunya, hanya bisa diam dan menatap ibunya seperti orang bodoh. Terlalu bingung dengan apa yang terjadi atau mungkin terlalu takut karena kedatangan ibunya yang menurutnya secara tiba-tiba dan tanpa ia sadari

Rohnya seakan ingin berpisah dari tubuhnya. Masih dalam posisi duduk bersandar ia terus melihat ibunya yang melangkah menuju ke arahnya. Entahlah ia masih belum bisa menafsirkan apa yang baru saja dialaminya. Ini adalah yang pertama baginya. Aneh memang orang jenius sepertinya bisa seperti itu.

Dari awal memang dia sendiri yang salah, tak bisa menyadari kedatangan ibunya. Ia terlalu keasikan membaca sehingga tak memfokuskan pendengarannya dan terus saja menatap buku diary ibunya, sehingga tak mendengar langkah kaki yang mengarah kekamarnya, bahkan suara ibunya yang memanggilnya dari luar kamar pun tak ia dengarkan

Keterkejutannya bertambah saat ibunya dengan langkah yang cepat dan buru-buru mendekatinya. Melihat itu, seakan roh Ryuta sudah kembali lagi, segera saja ia menyadarkan dirinya dari keterkejutannya. Entah dari mana kekuatan yang ia dapatkan, dengan reflex yang tinggi, Ryuta segera menyembunyikan buku diary itu di balik bantal yang berada dibelakang-sandaran punggungya tanpa diketahui oleh sang ibu.

“Ryuta!” panggil ibunya lagi dengan nada heran dan bingung.

Ryuta yang dipanggil hanya bisa memandangi ibunya takut-takut. “a.. ya… a..ada apa oka-san?” jawabnya gugup dengan diiringi degupan jantung yang berdetak cepat tak lupa juga dengan bulir-bulir keringat yang menghiasi wajahnya. Aneh. Ia merasa sangat aneh, perasaan takut ketahuan yang baru pertama kali ia rasakan. Walaupun ia bisa menyembunyikan raut takut dan terkejutnya, namun perasaannya bisa merasakan itu semua. Sepertinya hari ini ia mendapat pengalaman pertama yang banyak.

“kau kenapa nak? Kau terlihat pucat. Ada apa? Apa kau sakit? Apa kau salah makan tadi?” sakura memberikan pertanyaan yang bertubi-tubi pada anaknya karena melihat wajah anaknya yang pucat dan penuh keringat. Seakan telah melakukan lari marathon dengan jarak puluhan kilo jauhnya tanpa istirahat. Wajah Ryuta semakin berkeringat seiring langkahnya yang semakin dekat.

Sakura kemudian duduk di samping Ryuta dan memegang kening anaknya itu, memeriksa Ryuta yang terlihat sangat salah dimatanya. “gak panas kok.” Ungkapnya setelah memeriksa Ryuta.

“Ryuta, kau kenapa?” tanyanya lagi, “tidak seperti biasanya kau seperti ini. Ada apa?” lanjutnya
Tak mendapat jawaban Sakura mendekatkan wajahnya dengan wajah putranya berharap bisa mendapatkan jawabannya. Ia pun memicingkan matanya, “Kau tidak sedang menyembunyikan sesuatukan?” Tanya Sakura dengan penuh curiga.

Ryuta yang memang pada dasarnya tidaklah sakit hanya terdiam dan memandang wajah ibunya takut-takut bercampur khawatir. Takut ketahuan berbohong dan khawatir kalau ibunya tahu apa yang tengah disembunyikannya. Semakin ibunya melihatnya rasa khawatirnya pun bertambah.

Seakan sedang mengalami proses eksekusi, sorot mata ibunya layaknya seorang algojo yang siap memenggal kepalanya kapan saja.

Entah kenapa ibunya itu selalu tahu kalau dirinya tengah berbohong. Padahal semua teman-temannya tak seorang pun yang bisa mendeteksi saat dirinya tengah berbohong. Tak ingin sampai ketahuan oleh ibunya, Ryuta pun segera mengalihkan suasana itu.

“o..oka-san, aku baik-baik saja. Aku hanya kepanasan. Ada apa memanggilku?” berusaha mengindahkan perasaan gugupnya ia berbicara dengan nada yang sedatar mungkin, walaupun kalimat yang diucapkannya itu sudah sedari tadi tertahan di ujung lidahnya.

Sakura yang mendengar penuturan anaknya, menghilangkan pandangan menyelidiknya, “ah… iya. Barang belanjaan oka-san kurang. Tas kecil berwarna biru tua dengan motif kupu-kupu berwarna biru langit, tidak ada. Mungkin kau melupakannya di bagasi?” Ucapnya dengan nada yang terdengar sedih.

“sepertinya tidak.” Jawab Ryuta sedikit heran. Sedari tadi sejak ia mengeluarkan barang-barang ibunya, ia tak melihat ada barang yang disebutkan ibunya.

“apa kau sudah memeriksanya? Tas kecil itu isinya kalung oka-san. Padahal itu kalung yang oka-san pesan khusus dari kota Iwa.”

Ryuta menghela nafas, “kalau begitu akan ku periksa lagi.” Ucapnya sambil bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kamar. Dalam hati Ryuta bersyukur. Walaupun ibunya pandai mengetahui kalau dirinya tengah berbohong atau menyembunyikan sesuatu, tapi ia dapat dengan mudah mengalihkan suasana hati ibunya, sehingga ia tak akan ketahuan. Tapi hanya untuk kali ini ia tak ingin ketahuan sampai ia tahu semuanya.

Sakura mengikuti Ryuta di belakangnya. Dia melihat punggung anaknya yang sekarang telah berubah. Menjadi sosok yang lebih dewasa. Anaknya yang dulu masih kecil dan sering minta digendong, sekarang telah tumbuh besar. Punggung anaknya semakin lebar dan terbentuk. Anaknya yang dulu tingginya hanya sepertiga dari tinggi badannya, sekarang malah lebih tinggi darinya.

Sakura terus memperhatikan anaknya yang berjalan di depannya. Samar-samar ia mengingat kenangan masa lalunya bersama pria yang ia cintai, pria yang sampai sekarang masih menempati hatinya. Pria yang menjadi ayah dari Ryuta. Walau pernah disakiti, tapi hatinya tidak pernah bisa berubah untuk mencintai pria itu. Meski mungkin ia tak akan pernah lagi melihat bahkan memiliki pria itu.


FLASH BACK

“Baiklah anak-anak sekarang bapak akan membagi kelompok untuk tugas kelompok dan untuk satu kelompok terdiri dua orang. Yang pertama Kyosuke fujiwara dan Rin yakumo,.... kelompok selanjutnya adalah Sasuke Uciha dan Haruno Sakura. Tugas kalian adalah membuat laporan mengenai penelitian tentang penyakit-penyakit radang perut dan tidak ada yang boleh sama. Kalian boleh mencari tahu di rumah sakit-rumah sakit. Laporan kalian dikumpul minggu depan.” Kata guru Kakashi sebelum meninggalkan kelas.

astaga! Aku berkelompok dengan Sasuke. Berkelompok dengannya, hanya berdua. Kyaaaa....’ batin Sakura girang.

“ano... permisi! Sakura menghampiri Sasuke yang masih berada dalam kelas sambil membaca novelnya. “Aku akan sekelompok denganmu, jadi mohon bantuannya.” lanjutnya. Entah kenapa dia jadi berbicara formal pada laki-laki itu. Tetapi, dia juga senang karena suaranya masih terdengar normal. Awalnya ia takut tak bisa bicara normal dengan laki-laki itu saking gugupnya, namun entah kenapa dia bisa mengatasinya. Ia sangat senang hal itu bisa dilakukakannya. Mungkin itu adalah salah satu keberuntungan lainnya yang dia peroleh hari ini.

“hn” jawab Sasuke singkat. Sasuke merasa aneh, karena gadis itu tak histeris seperti gadis-gadis lain bila berada di dekatnya. Namun, itu juga yang membuatnya senang, karena ia tak perlu lagi mendengar teriakan histeris dari gadis yang menyukainya.

“kalau boleh tahu kapan kita akan melakukan penelitian itu?” Tanya Sakura masih sambil berdiri dengan nada yang sopan. Ia sudah tak sabar ingin melakukan riset itu, karena dengan begitu ia bisa jalan berdua dengan Sasuke.

“terserah kau saja!” jawab Sasuke acuh tak acuh. Ia hanya berharap semua itu bisa selesai dan tak perlu lagi bertemu dengan gadis itu. Ia seperti mendapat firasat bahwa gadis itu akan menjadi salah satu fansnya dan akan histeris bila berada di dekatnya. Entah pikiran itu datang dari mana.

hhh’ Sakura menghela nafas, ‘untung kau laki-laki yang kusukai, kalau tidak aku pasti akan menendangmu.’ Batinnya. Ia merasa sangat kecewa dengan jawaban Sasuke yang acuh tak acuh itu. Seharusnya ini bisa menjadi awal agar mereka dapat saling mengenal dan lebih dekat, tapi Sasuke malah mengacuhkannya.

“kau kenapa?” Sasuke heran melihat Sakura yang sedang nampak berfikir. Dalam hatinya ia merasa curiga dengan perilaku gadis itu yang seakan-akan sedang menyusun rencana-rencana licik untuknya.
“ah... tidak” sanggahnya.

“owh” sekali lagi jawaban yang dikeluarkan uciha itu sangat singkat dan lagi-lagi membuat Sakura kecewa.

“yah sudah aku kembali dulu ke bangkuku, nanti akan kukabari lagi mengenai kapan dan dimana kita akan melakukan riset itu.”

“hn”

Sakura kembali ke bangkunya dengan perasaan yang kecewa, padahal ia ingin bisa berbicara lebih lama lagi pada lelaki itu. namun apa boleh dikata, sikap laki-laki itu terlalu dingin dan susah untuk ditembus olehnya. Laki-laki itu terlalu acuh untuk dijak bicara.
...
...
oOo
...
...

Beberapa hari telah berlalu sejak riset mereka dan waktu pengumpulan laporan semakin dekat. Hubungan Sasuke dan Sakura juga semakin dekat. Sasuke senang dengan Sakura, karena menurutnya Sakura tidak seperti gadis-gadis lain yang sering teriak-teriak kalau berada didekatnya. Ia sempat menyesal karena pernah curiga dengan gadis itu.

“akhirnya laporan ini besok akan dikumpul.” Desah Sakura, ia kemudian melirik Sasuke, “Sasuke!?” panggilnya.

“hn”

“apa kita tidak akan berbicara lagi setelah tugas ini kita kumpulkan?” Tanya Sakura. Ia berharap jawaban Sasuke tidak membuatnya kecewa. Padahal ia masih ingin lebih lama lagi degan Sasuke dan ingin lebih mengenal laki-laki itu. Namun, itu semua hanya angan-angannya saja, karena lusa adalah batas pengumpulan laporan dan hari itu juga adalah hari terakhirnya bisa bersama dengan Sasuke.

“apa maksudmu?” Tanya Sasuke bingung. Aneh rasanya jika seseorang bertanya seperti itu, seakan-akan dirinya adalah seseorang yang terjangkit virus mematikan dan tidak ingin berhubungan dengan orang lain. Ia merasa gadis itu menganggap dirinya terpaksa bersama dengannya karena tugas dan nilai. Yah walaupun awalnya memang begitu, tetapi lama-kelamaan ia merasa nyaman dengan gadis itu, karena menganggap gadis itu berbeda dengan gadis-gadis lain.

“kupikir kau adalah orang yang anti sosial, tidak suka berinteraksi dengan orang lain, jadi kupikir kita tidak akan bebicara lagi.”

Tepat seperti yang dipikirkannya, gadis itu benar-benar menganggapnya orang yang anti sosial. “jangan bodoh Sakura. Aku hanya tidak suka kebisingan. Mereka itu sangat merepotkan. Kau tahu aku tidak suka saat para siswi sekolah kita itu meneriakkan namaku. Itu sangat menyebalkan. Telingaku sampai sakit mendengarnya.”

“tapi aku tidak suka.”


“jadi kau lebih suka dijauhi dan dibenci?”

“jika tidak ada lagi suara siswi-siswi itu yang meneriaki namaku dan tidak histeris bila berada di dekatku, aku lebih pilih itu.”

“kau aneh.”

“yah, seperti itulah. Selain itu, kaukan masih ada di sini. Bersamaku. Aku tidak peduli dengan para gadis-gadis itu.”

Rasanya seperti perasaan Sakura terbalaskan. Senang dan bahagia, mungkin itu adalah salah satu penggambaran dari apa yang ia rasakan. “aku? Kenapa harus aku?” walaupun sakura senang, tetapi dia harus memastikannya sendiri. Apakah perasaannya dengan Sasuke itu sama.

 “memang kenapa? haruskah ada alasan untuk berteman dengan orang?”

jawaban  yang dilontarkan Sasuke membuat Sakura kecewa, 'jadi begitu. Ternyata aku hanya keG-R-an' batinnya.

“memang kau tidak menyukaiku?” 


“mmmm....” Sakura berfikir sejenak. “entahlah. Aku paling tidak suka menunjukkan rasa sukaku pada orang yang kusuka.” jawab Sakura, malas.
“jadi kau menyukaiku?”

iya. Dan asal kau tahu aku sudah menyukaimu sejak lama’ batinnya. “entahlah.” Tidak mungkin dia bilang iya, karena dengan begitu akan membuat hubungannya dengan Sasuke tidak akan sama seperti sekarang.

Jawaban ambigu yang Sakura lontarkan tidak membuat Sasuke puas. Ia ingin bertanya lebih lanjut namun ia juga tidak bisa. Biarlah seperti itu saja. Sasuke tidak ingin membuat pertemanan mereka hancur karena perasaan.

FLASH BACK OFF

hah...’ helaan nafas dari mulut Sakura tak digubris oleh Ryuta. Ryuta ingin segera menyelesaikan urusannya agar ia dapat kembali membaca buku diary ibunya. Ia tak mau membuang-buang waktu kalau harus meladeni ibunya lagi. Ia memang mengkhawatirkan ibunya, namun ia juga sangat penasaran dengan kelanjutan bacaannya.
Selama perjalanan tak ada satupun dari mereka yang membuka mulut hingga mereka tiba di tempat tujuan mereka. Bagasi mobil tempat mobil Sakura disimpan.

Ryuta membuka bagasi dan mencari-cari benda yang ibunya beli. Benda yang dibungkus dengan tas kecil itu ternyata terselip di sudut kanan bagasi dan tertutupi oleh Koran dalam bagasi itu. Ryuta mengambil tas itu dan memberikannya pada ibunya.

“sebetulnya benda ini apa dan untuk siapa sih oka-san?” Tanya Ryuta sambil menyerahkan tas kecil itu pada ibunya.

“kalung kembar dan teman lama oka-san.” Jawabnya singkat.

Tanpa menanggapi lebih lanjut perkataan ibunya, dia membereskan dan menutup pintu bagasi mobil. Ryuta menghela nafas, menumpahkan semua kerisauannya pada hembusan nafasnya.

semoga oka-san melupakan yang tadi!’ doanya dalam hati. Ia kemudian berlalu dan masuk menyusul ibunya, kembali ke dalam rumah. Melihat ibunya yang sudah berbelok di dapur untuk menyiapkan makan malam. Ryuta segera berlari ke arah tangga dan menuju kamarnya.

Ryuta kembali ke posisi semula setelah mengunci pintu kamarnya. Jaga-jaga untuk hal yang tak diinginkannya terjadi lagi. Dia kemudian memposisikan tubuhnya agar lebih nyaman untuk melanjutkan bacaannya yang sempat terhenti. Mengambil buku itu di balik bantal dan mulai membacanya dengan menggunakan sebelah tangan, karena sebelahnya lagi digunakan untuk ngemil.

KONOHA, 20 Agustus

Diary aku sudah terlalu lama memendam perasaanku. Minggu depan saat Sasuke-kun sudah pulang dari pertandingan karatenya, aku akan mengungkapkan perasaanku padanya. Doakan yah…!
“kenapa semua perempuan itu suka memendam perasaannya sama laki-laki yang mereka suka?” gumamnya.

Entah sadar atau tidak, ia tidak merasa bahwa dirinya juga banyak disukai oleh gadis-gadis di sekolahnya. Hanya saja mereka takut untuk mengutarakannya, karena sifat Ryuta yang terlalu cuek dan dingin.

KONOHA, 7 September

Diary, aku sedih… sangat sedih. Ternyata apa yang ku takutkan selama ini akhirnya terjadi. Aku bahkan belum memberitahunya kalau aku mencintainya. Ternyata selama ini dia mencintai sahabatku. Padahal aku akan mengungkapkan perasaanku, tapi dia sudah mengungkapkan terlebih dahulu perasaannya pada Ino. Hatiku hancur, semua usahaku selama ini tidak bergun. Dia, orang yang kucintai tak pernah menganggapku lebih dari pada sahabat. Aku terlalu percaya diri akan semua sikapnya padaku. Ternyata semua sikapnya itu hanya untuk mengetahui semua tentang sahabatku itu. Pantas saja selama ini dia selalu mengajakku keluar dengan mengajak Ino, ternyata itu semua hanya kedok agar dia bisa bertemu dengan Ino dan mengetahui lebih banyak tentangnya. Aku sangat sedih diary, aku gak tau apa yang akan ku lakukan kedepannya. Aku gak tahu sikap apa yang harus aku tampilkan di depan mereka berdua bila bertemu. Mungkin aku tidak akan pernah menemui mereka lagi. Aku tidak ingin merasa sakit.     .....

“hah…” Ryuta menghela nafas, “pasti ibu sedih sekali waktu itu. Aku kasihan pada ibu, tapi siapa ayahku sebenarnya?” dia makin penasaran siapa ayahnya sebenarnya.

KONOHA, 8 Desember

Diary seperti kataku sebelumnya, aku tidak pernah lagi menemui mereka, tiap mereka mengajakku keluar atau menyapaku aku tidak terlalu memperdulikannya lagi bahkan peduli. Yah sebetulnya aku tahu bagaimana perasaan mereka saat kuperlakukan seperti itu. Tapi jujur hatiku masih sakit melihat mereka berdua, aku masih mengharapkan Sasuke.

Konoha, 6 Juli

Diary, gak terasa yah sudah dua tahun terlewat dan aku sekarag sudah bekerja di rumah sakit, walaupun masih magang, tapi aku tetap senang, setidaknya aku diterima dan bisa mempelajari semua teknik-teknik yang belum aku praktekkan sewaktu kuliah dulu. Hehehe…. Oh ya, kalau masalah Sasuke dan ino aku gak tau, sudah lama aku gak berkomunikasi dengan mereka.

Konoha

Diary, apa yang harus aku lakukan?....

Tiba-tiba jantung Ryuta berdetak cepat. Pegangan tangannya pada buku dieratkan. Entah kenapa jantungnya terasa sakit. Rasanya seperti ketahuan oleh sang ibu kalau dirinya tengah berbohong, namun yang dirasakannya itu lebih sakit lagi.

Orang yang selama ini aku cintai datang dengan keadaan yang sangat berantakan. Baju kusut, rambut acak-acakan, dan mulutnya bau alcohol. Dia tidak seperti dulu, penuh dengan wibawa sekarang dia terlihat menyedihkan. Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Diary aku akan menolongnya.
Konoha

Diary, apa aku salah sudah menolongnya? Kenapa dia melakukan ini padaku? Aku sedih diary. Aku membenci diriku sendiri, walaupun dia sudah memperlakukanku seperti ini, aku bahkan tak bisa membencinya. Diary maafkan aku! Aku akan meninggalkan konoha, meninggalkan semua kenanganku di sini. Meninggalkan orang yang kucintai.

Ryuta semakin mengeratkan genggaman tangannya pada diary ibunya. Ia marah dan juga sedih, sesak di dadanya semakin terasa perih. Memang selama ini ia tak mempercayai perkataan ibunya mengenai ayahnya yang seorang tentara dan mati di medan pertempuran. Ia adalah anak yang pintar kebohongan seperti itu, jelas dapat dibacanya dengan mudah. Namun satu hal yang membuatnya bimbang, apakah ayahnya benar-benar telah meninggal, walau bukan di medan pertempuran. Ia sudah bertekad, ia akan mencari tahu semuanya, kebenaran tentang ayah dan ibunya, juga tentang keberadaannya di dunia ini tanpa sepengetahuan ibunya. Ia teringat mengenai kejadian tadi siang, untuk pertama kalinya ia melihat ibunya ketakutan juga sedih terlihat dari mata dan tubuhnya yang bergetar.

Tok… tok… tok…

“Ryuta-kun ayo makan malam dulu!” panggil ibunya dari balik pintu kamar.

Ryuta melihat pintu kamarnya sambil menjawab panggilan ibunya, “haik oka-san, 5 menit lagi aku akan turun ke bawah. Oka-san duluan saja.”

“baiklah, oka-san tunggu di bawah yah!?.”

“haik.”

Ryuta kemudian menyimpan buku itu di dalam laci meja nakas samping tempat tidurnya dan membereskan cemilan-cemilan yang tadi dimakannya. Setelahnya, ia kemudian turun dan berjalan menuju meja makan. Di sana ia melihat ibunya yang tengah duduk menunggunya untuk makan bersama. Ia kemudian mengambil nasi yang sudah disiapkan ibunya di atas meja dan memakannya dengan lahap.

Selama mereka makan, tak satupun dari mereka yang membuka suara. Kebisaaan Ryuta saat makan adalah tidak berbicara, kecuali jika ditanya oleh ibunya. Akan tetapi, kali ini berbeda ibunya tak bertanya padanya dan dia juga tak banyak bicara seperti biasanya.

15 menit mereka habiskan untuk makan, setelah membantu ibunya membereskan meja. Kemudian kembali ke kamarnya untuk memulai pencaharian mengenai ayahnya. Dimulai dengan mencoba-coba mencarinya di pencarian google. Aneh memang, tidak mungkinkan orang yang kita cari akan dengan mudah kita dapatkan digoogle, jika diingat kembali bahwa nama SASUKE itu bukan hanya satu, tapi lebih banyak.

Ryuta membuka laptopnya dan mengaktifkan WIFI yang ada di rumahnya. Kemudian mensearch sebuah nama. Nama ayahnya-Sasuke yang ingin ditemukannya dengan aplikasi firefox. Tanpa marga, yang memang tak ia tahu, karena tak disebutkan dalam buku diary ibunya. Banyak nama SASUKE yang mucul beserta gambarnya. Ia mulai menyamakan wajahnya dan wajah pria-pria di dalam pencariannya.

Pencariannya memuahkan hasil ia melihat setidaknya ada tiga nama Sasuke dengan marga yang berbeda dan memiliki ciri-ciri bentuk wajah yang mirip dengannya. Robert Sasuke, Uchiha Sasuke, dan Sasuke Mugiwara. Ia mengklik nama-nama itu dan ia mulai membaca profil mereka semua.

Di antara ketiga pencarian nama itu, hanya Uchiha Sasuke yang tinggal dan menetap di Jepang. Juga pernah kuliah di universitas yang sama seperti ibunya. Selain itu, ia juga tinggal di Jepang tepatnya di kota Konoha tempat semua kenangan-kenangan indah maupun sedih ibunya. Entah mengapa ada perasaannya yang menganggap bahwa pria itu adalah ayahnya. Ia terus mencari tahu tentang pria itu lewat internet. Biodata maupun berita-berita lainnya yang bisa ia peroleh. Pada dasarnya Sasuke yang ia cari tahu itu adalah orang yang sangat terkenal, jadi untuk mendapatkan informasi umum mengenai orang itu pastilah mudah. Ia juga mendapatkan satu informasi lagi, ternyata pria itu juga pernah bertunangan dengan seorang gadis bernama Ino Yamanaka. Akan tetapi, sampai sekarang ia juga belum pernah menikah.

Ryuta semakin yakin bahwa pria itu adalah ayahnya karena nama Ino Yamanaka tertera di profil ayahnya dan wanita itu adalah sahabat ibunya.


Ino Yamanaka adalah sahabat ibunya yang pernah ibunya certakan. Entah sadar atau kecoplosan, saat itu ibunya menceritakan tentang masa lalunya dengan sahabatnya itu saat mereka sedang santai di ruang keluarga.

Ryuta senang mendapatkan informasi itu. Ia kemudian mencari tahu tentang tempat tinggal pria itu dan lagi-lagi ia bisa mendapatkannya dengan mudah. Mungkin ini adalah sebuah keberuntungan untuknya atau Tuhan memang sengaja memudahkannya mendapatkan informasi itu, karena rasa rindu akan sosok sang ayah.

Ia sangat ingin tahu bagaimana rasanya memiliki seorang ayah. Ia tersenyum bahagia akan informasi itu. senyum yang bahkan tak pernah ia tunjukkan pada orang lain selain ibunya tentu saja. Ryuta mencatat informasi itu di buku catatan kecilnya. Dia merebahkan tubuhnya di atas kasurnya setelah mematika komputernya. Ia berharap semoga ia dapat bertemu dengan ayahnya secepatya dan membuat keluarganya menjadi lengkap. Ayah, ibu juga dirinya. Betapa senangnya ia memikirkan itu semua.



.
.
.
.
.
.
Tbc

[next chapter 3]
Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:

0 komentar:

Post a Comment

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com