Fly with your imajination

Sunday, October 18, 2020

FAKE N FATE : PROLOG

SELANJUTNYA CH LENGKAP

...


...
...
...

PROLOG

“Lepas!"

Alena menghentikan langkah kakinya ketika mendengar teriakan seseorang dari arah gang gelap di seberang jalan yang ia lalui.

“Apa yang kalian inginkan? Menjauh dariku brengsek. Tolong...?!”

Lagi, Alena mendengar suara teriakan itu. gadis itu bergegas menghampiri suara yang sepertinya adalah milik seorang perempuan di lorong gang gelap di dekatnya.

Di sana Alena melihat beberapa orang bertopeng tengah menghadang seorang gadis, dua dari mereka mencoba mengambil barang-barang gadis itu sedang dua yang lain hanya tertawa melihat ketakutan gadis itu dan seorang lagi hanya memperhatikan dalam diam. Tidak lama kemudian Alena melihat salah satu dari penjahat bertopeng itu mengeluarkan pisau dan mengancam.

“Serahkan tasmu dan kami akan segera membunuhmu!?”

DEG

Jantung Alena berdetak tak kalah dari gadis di depannya. Bukan rasa takut tapi rasa marah yang perlahan meluap dalam dadanya. Ia tidak tahu, ternyata di dunia nyata ini benar-benar ada orang sejahat mereka yang bisa menghilangkan nyawa orang lain demi harta benda.

Benar-benar sampah masyarakat yang perlu dibasmi.

Perlahan Alena melangkah menuju mereka. Suara langkahnya terdengar bagai ular melata di pasir, bergema di antara dinding lorong dan membuat kelima orang itu serempak menatapnya.

“Cih, apa kau ingin menjadi pahlawan, Bitch?” salah satu di antara mereka bertanya dengan suara serak yang menjengkelkan.

Sedang Alena yang dikatai bitch, emosinya semakin meluap. Kurang ajar, selama dua puluh enam tahun ia hidup, tidak ada seorang pun yang berani memanggilnya dengan sebutan itu, sekali pun hanya bercanda. Dan sekarang manusia busuk seperti mereka malah mengatainya.

“Bereskan dia!”

Salah satu dari keempat orang penjahat itu memerintahkan rekannya yang lain. Sepertinya dialah yang menjadi pimpinan dari para penjahat itu.

Tanpa menyahut, orang yang disuruh untuk membereskan Alena segera maju dan melayangkan pukulan di wajah Alena, namun dengan luwes Alena menghindari pukulan itu lalu membalasnya dengan tendangan telak yang tepat mengenai selangkangan laki-laki malang itu.

“Arrrrgh... brengsek.”

“Satu yang perlu kau pelajari, Brengsek.” Alena memberi tendangan susulan di perut pria malang itu yang masih memegang selangkangannya, hingga terjengkang ke belakang. “Jangan pernah meremehkan orang lain, terutama seorang wanita, Bastard.” maki Alena kembali memberikan tendangan tepat di wajah lalu menatap tiga orang yang masih berdiri di posisinya.

“Kalian, tangani Jalang itu, biar aku yang mengurus gadis itu.”

Pimpinan mereka kembali mengarahkan anak buahnya untuk kembali menyerang Alena.

Tiga laki-laki kemudian maju menyerang Alena. Beberapa pukulan dan tendangan mereka berikan pada Alena yang untungnya sebagian banyak bisa dihindari walaupun beberapa berhasil menciptakan lebam dan rasa sakit. Meskipun begitu, Alena tetap bertahan. Ini semua demi keselamatan dirinya dan gadis yang ia tolong.

Keringat sudah mengucur banyak dari pori-pori Alena membuat luka-luka yang ia dapatkan sedikit terasa perih. Namun, itu bukanlah masalah. Lawan Alena belum ada yang tumbang, meskipun mereka juga terlihat kewalahan melawan Alena.

Laki-laki yang tadi berhasil dia tumbangkan kini sudah pulih. Dia menatap Alena dengan penuh kebencian. Tak terima sudah dikalahkan oleh gadis yang lebih kecil darinya.

“Berikan Jalang itu padaku. Aku benar-benar ingin menghabisinya.”

Ketiga laki-laki yang tadi menjadi lawan Alena serempak mundur dan membiarkan laki-laki yang lebih besar dari pada mereka maju untuk melawan gadis itu.

“Aku akan menghabisimu, Bitch.”

Nafas Alena sudah mulai habis lantaran perkelahian yang tadi ia lakukan dan sekarang laki-laki yang tadi ia tumbangkan sudah pulih dan berniat balas dendam padanya.

Alena melihat sekelilingnya termasuk dengan gadis yang berusaha melawan pria yang menjadi pimpinan kelompok itu. Gadis itu tengah melemparkan benda-benda yang ada di dekatnya hingga membuat pria itu sedikit kewalahan dan semakin emosi.

Alena bisa melihat kesempatan mereka agar bisa melepaskan diri dari keadaan sulit. Ketika laki-laki yang dendam padanya melayangkan pukulan Alena hanya menghindar sambil mengarahkan pria itu pada pria yang menjadi pimpinannya agar ia bisa menarik gadis yang berusaha ia tolong lalu segera kabur dari sana.

Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya Alena berhasil mendekatkan dirinya pada gadis itu. Tidak mau buang waktu, Alena berlari menghampiri gadis itu dan menarik tangannya agar mereka bisa berlari bersama. Beberapa benda yang mereka temukan di dekat mereka dilemparkan pada para penjahat yang sedang mengejar mereka termasuk tong sampah yang beratnya melebihi berat mereka.

Kurang dari dua puluh meter, jalan keluar gang bisa mereka lihat, namun para penjahat itu semakin dekat dengan mereka.

Jantung Alena semakin berdetak cepat. Selain karena kelelahan berlari dan berkelahi juga karena para penjahat itu semakin mendekat.

“Aku akan memperlambat mereka, kau cari bantuan!” kata Alena dengan nafas ringkih.

“Tidak. Itu sangat berbahaya. Lebih baik kita terus berlari dan mencari pertolongan. Jalan keluar gang hanya beberapa meter lagi.” tolak gadis itu. Dia sadar jika dia membiarkan Alena dengan rencananya itu, bukan tidak mungkin ia akan dilukai, bahkan dibunuh. Bagaimanapun juga Alena sudah menolongnya, tidak mungkin ia bertindak egois dengan meninggalkannya sendiri dengan para penjahat itu.

“Tidak bisa. Mereka sudah semakin dekat. Jika kita terus berlari seperti ini, mereka akan menangkap kita berdua. Jika aku memperlambat mereka, kau bisa mencari pertolongan. Dan kemungkinan besar, kita berdua akan selamat.”

“Tapi─”

“Tidak pakai tapi. Lakukan sekarang. Cepat cari bantuan.”

Dengan terpaksa gadis itu mengangguk, walau hati kecilnya tidak rela. Ia kemudian berlari secepat mungkin agar bisa mendapatkan bantuan, “Berhati-hatilah dan jangan sampai mati sebelum aku kembali.”

“Aku tahu.”

Alena memperlambat larinya dan meraih balok yang berada di dinding dan mengarahkan pada mereka. “Berhenti, atau balok ini akan melubangi kepala kalian!” ancamnya sambil menatap awas keempat pria itu.

“Kau pikir bisa menang melawan kami semua, hah?” balas salah seorang dari mereka mencela.

“Jangan banyak bicara dan habisi Jalang itu!” kata pemimpin mereka.

Sekali lagi perkelahian terjadi. Tetapi bukan perkelahian seperti tadi. Kali ini mereka langsung menyerang Alena secara bersamaan, bukan satu lawan satu. Beberapa pukulannya berhasil mengenai mereka, namun karena ia kalah jumlah juga kondisinya yang tidak memungkinkan, mereka berhasil menjatuhkan Alena.

Beberapa pukulan dan tendangan Alena dapatkan. Dan satu pukulan di kepala gadis itu benar-benar berhasil menumbangkannya. Darah mengucur dari sela-sela rambut Alena hingga mengaburkan penglihatan. Ia menyeka darahnya dan bangkit kembali melawan namun pukulan yang Alena berikan tidak lebih kuat dari pukulan anak-anak berusia lima tahun.

Salah seorang dari mereka mengeluarkan pisau lipat dan menusuknya tepat di perut. Darah kembali mengalir dari tubuh Alena dan kali ini rasa sakit yang sangat ia rasakan.

Alena terdiam beberapa detik melihat perutnya yang sudah banyak mengeluarkan darah sebelum tersungkur di atas permukaan tanah di dalam gang itu. Ia memegangi perutnya seraya merintih kesakitan.

“Itu akibatnya bertindak seperti pahlawan. ”

Bulan bergerak di atas langit hingga memberikan pencahayaan di gang sempit itu. Alena masih merintih ketika sorot bulan menyinari mereka dan sebelum matanya benar-benar tertutup, ia melihat wajah pemimpin mereka membuka penutup wajahnya. Laki-laki itu memiliki wajah oriental dengan rahang tegas dan mata tajam setajam elang melihatnya. Laki-laki rupawan tetapi sayang hatinya seburuk kotoran.

Alena tidak tahu harus bersyukur atau merutuki nasibnya sekarang. Dia adalah seorang pengangguran (baru saja beberapa jam yang lalu dia mengundurkan diri dari tempatnya bekerja karena ketidak-bagusan dalam managemen tempatnya kerja juga gajinya yang terlampau sedikit untuk statusnya dalam perusahaan itu dan diumurnya yang sudah menginjak angka dua puluh enam dia akan pergi menjumpai Sang Pencipta karena menjadi pahlawan untuk gadis yang tidak ia kenal.

Alena jadi teringat semua kenangan-kenangannya. Ada yang baik, buruk, canda teman-temannya, tangis kebahagiaannya ketika wisuda, juga wajah sedih saat orang tuanya pergi meninggalkan dirinya sendiri.

‘Tenyata benar, jika kita akan meinggalkan dunia, semua kenangan kita akan terlintas dan mengingatkan kita akan kita yang dulu. Selamat tinggal dunia, sampaikan salam sayangku pada orang-orang yang merasa kutinggalkan.’


tbc 


SELANJUTNYA CH LENGKAP
Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:
Comments
Comments

2 comments:

  1. Eh, ini cerita yang pernah di publish di wattpad kan? Wah senangnya, muncul lagi. Semangat yah Author ����. Dan tolong ditamantakan ��

    ReplyDelete

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com