Fly with your imajination

Sunday, June 6, 2021

NOT PERFECT#14

 Sangat dianjurkan memberi saran dan kritik.

Terima kasih 😊.

SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA


...

Yoga berdiri menatap lampu jalan yang sudah menyala. Tak menyangka jika hujan turun sampai malam. Padahal ia berencana pulang cepat setelah melaksanakan perintah sang bos.

Menghela pelan, Yoga kembali bergerak. Terlihat banyak pasangan muda-mudi yang nongkrong di sekitaran taman. Mungkin karena suasananya romantis.

Sayang, Yoga hanya sendiri.

Tiba di pembelokan menuju tujuan, kening Yoga mengkerut karena suasana jalan nampak berbeda dengan jalan yang ia lewati sebelumnya. Lebih redup dan ia harus menggunakan lampu ponsel untuk berjalan.

Apa memang di jalan menuju tempat tujuannya yang berbeda sendiri? Tetapi, dulu ketika masih bertempat di kompleks dekat situ, seingat Yoga jalan itu suasana tidak menakutkan. Atau jangan-jangan Yoga kesasar?
Masa sih?

Tiba-tiba Yoga merinding sendiri. Apalagi mengingat cerita-cerita yang ia dengar kalau di situ banyak pembegalan.

Tak mau lebih pusing dan membuat dirinya parno sendiri, Yoga mengambil ponsel dan menghubungi orang yang sudah membuatnya berada dalam keadaan sekarang. Dan tidak sampai dering kedua, ada sapaan yang menyambutnya.

"Yog, kenapa?"

"Alamat yang tadi kamu kasi, bisa lebih spesifik?"

"Lo kesasar?"

Kata-kata yang tepat sasaran itu membuat Yoga tambah dongkol, tapi ia menenangkan diri dengan cepat.

"Alamatnya yang lebih lengkap." tandasnya.

"Lah yang tadi gue kasi itu sudah lengkap kali, kan lo juga pernah tinggal di sana."

Yoga menahan diri untuk tidak meneriaki orang itu. Bagaimana bisa ia bilang lengkap sementara ia hanya memberi tahu nama jalan saja tanpa RT atau RW, bahkan nama kelurahan pun tidak.

Oke, Yoga memang pernah tinggal di daerah ini, tapi masih agak jauh dari alamat tujuannya. Kompleks ini pun jarang sekali ia lewati kalau tidak untuk pergi kerja kelompok dengan temannya ketika sekolah dulu.

"Itu sudah lebih lima tahun yang lalu. Di sini banyak yang berubah. RT, RW saja kalau begitu."

Terdengar suara tawa di ponsel tapi, Yoga mengabaikan hal itu.

"RT juga gue gak tahu sih, cuma dia bilang kalau sudah ketemu Meimart, lo tinggal masuk di lorong kecil di samping kirinya. Kalau malam emang gelap di sana, karena baru dibuat tu jalan. Kalau sudah sampai pertigaan, lo tinggal belok kanan, masuk jalan besar. Rumah ke empat warna hijau daun, nomor tiga."

"Oke." setelah menyahut begitu, Yoga langsung mematikan poselnya. Ia mengalihkan pandangan, memastikan lokasi tempatnya berada dan mencari mini market Meimart lewat aplikasi di gawai. Dan akhirnya Yoga tahu. Saat ini ia memang kesasar.

Menghela nafas, Yoga kembali bergerak sesuai petunjuk. Tetapi, baru beberapa langkah saja ia bergerak di belakangnya sudah terdengar suara beberapa langkah kaki dan membuat dirinya lebih waspada. Tiba-tiba saja ia teringat kembali cerita pembegalan yang beberapa menit lalu ia lupakan.

"Permisi, mas."

Tubuh Yoga menegang. Suara yang ia dengar seperti berasal dari perempuan, tetapi rasanya ada yang aneh dengan suara itu. 

Bukan hal aneh jika ia menemukan lelaki cantik dengan suara merdu. Ada artis yang juga seperti itu, kan? Tetapi, beda dengan artis itu yang menginginkan ketenaran, kalau di kompleks gelap seperti ini tentunya mereka punya niat tidak baik.

"Mas..."

Astaga, suaranya semakin mendekat. Yoga ingin sekali berlari, tetapi ia tak mau salah jalan dan nanti bertemu dengan orang yang lebih parah.

Lalu tiba-tiba saja pundaknya disentuh. Wajahnya pucat pasi, tetapi ia memaksakan tubuhnya bergerak. Mengarahkan tangannya untuk melawan dan sayangnya tangannya dengan mudah ditepis.

"Aduh mas kok lari sih. Emang kita nyeremin yah?"

Yoga berpaling dengan gerakan kaku. Melihat orang itu membuat Yoga semakin ketakutan. Mereka bahkan lebih mengerikan daripada begal. Tanpa berpikir lagi, Yoga lari terbirit.

Astaga, Yoga mimpi apa semalam. Kenapa makhluk jejadian itu bisa ia temui di sini?

Sialan.

Dan sekarang, ia berada di mana?

Menatap sekeliling, tak ada satu pun yang Yoga tahu. Bertanya juga tidak bisa karena tidak ada siapa pun di sana.

"Mas ...."

Mampus. Ia terkejar.

"Mas Yoga, kan?"

"Eh?"

Sepertinya Yoga kenal dengan suara itu. Ia berpaling dan menemukan penolongnya dulu. Dia adalah Nayla. Dan akhirnya Yoga menghela lega. "Ngapain di sini?"

Meski pencahayaan tempat itu agak redup, tetapi senyum Nayla masih mampu membekukan Yoga. Masih bisa memaku pandangan Yoga untuk tetap menatapnya.

"Saya cari alamat." Karena tidak mungkin Yoga menyahut bahwa ia kesasar.
Nayla menggeleng lalu terkekeh, "Oh benarkah? Bukan kesasar lagi?"

Dan senyum Yoga menghilang berganti ringisan memalukan. Boleh tenggelamkan ia sekarang juga?
...
Mickey139


SEBELUMNYA CH LENGKAP SELANJUTNYA
Bagaimana pendapatmu dengan cerita ini?
Share:
Comments
Comments

1 comment:

TERBARU

Copyright © 2014 - SUKA SUKA MICKEY | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com