Hallo minna balik lagi dengan Mickey. Mungkin ada beberapa di antara kalian yang pernah baca fict ini sebelumnya. Hehehe... Yap, karena dulu gaya bahasa fict ini sangat membosankan, jadi mickey menghapusnya dan sekarang merepublishnya kembali dengan gaya bahasa yang berbeda.
Fict ini sendiri terisnpirasi dari film Oz the Great and Powerful, Harry Potter, dan anime-anime yang bertema sihir juga film-film yang bergenre fantasi yang lain. Tapi ceritanya gak ada yang sama, alurnya juga beda sekali. Mungkin hanya ada beberapa saja. Hehehe.... dan lagi mungkin aka saya bagi ke dalam beberapa part. Part I, tentang perjalanan Sakura untuk belajar ilmu sihir., part II, tentang Tim Sakura yang mengikuti pertandingan, dan part III, Akhir. Pertempuran dan perpisahan.
Semoga cerita ini dapat memuaskan. Mickey juga minta maaf karena beberapa fict Mickey belum diselesaikan (karena ada sedikit masalah) dan saya sudah mempublish cerita yang lain lagi.
.
Maaf jika ada kesamaa cerita saya dengan cerita yang lain, tapi ini benar-benar asli karangan Mickey dan berasal dari imajinasi Mickey sendiri.
.
DON’T LIKE DON’T READ
.
.
.
Pair : Sakura.
Rate : M
Genre: Fantasy, Adventure, & Friendship
NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
WARNING: AU,OOC, OC (sedikit) typo (mungkin banyak), alur GaJe
Story by
Mickey_Miki
.
.
.
.
________________________________________
Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi ketika kita tidur. Kita juga tidak akan tahu apakah kita masih berada di tempat kita tidur atau di tempat lain.
.
.
.
.
.
Hoam....Sakura bangun dari tidurnya. Membuka mulutnya lebar untuk menguap. Dia lalu merentangkan tangannya kuat-kuat meregangkan semua otot-ototnya yang kaku karena efek tidur.
“Silau sekali.” Gumamnya ketika matanya terbuka sedikit. Mengangkat salah satu tangannya untuk menahan intensitas cahaya yang berlomba memasuki kedua matanya. Beberapa kali dia kedipkan mata agar membiasakan matanya untuk menerima cahaya.
Matanya masih belum terbuka sepenuhnya saat Sakura beranjak berusaha mencari pintu kamar mandi─ well, itu adalah kebiasaannya saat bangun tidur, menuntaskan hasrat yang sedari tidur dia tahan. Beranjak dengan tangan yang berusaha dia tumpukan pada dinding kamar.
“Mana dindingnya?” Gumamnya merasa heran namun tetap melangkahkan kakinya. “Aneh. Perasaan kamarku tidak seluas ini. Lagi pula, ada apa dengan lantainya─seperti tumpukan daun-daun kering? Kasar sekali. Apa ini yang disebut efek bangun tidur..?”
Aneh. Satu kata yang menggambarkan apa yang dirasakan saat ini. Rasanya dia tidak lagi berada di dalam kamarnya, udara pagi yang berhembus dalam kamarnya terlalu sejuk, bahkan AC pun kalah dengan kesejukannya. Badannya menggigil hingga membuat giginya menggemeretak. Bau aneh yang keluar dari tempat itu sangat berbeda dengan bau kamarnya yang didominasi bau cerry blossom. Bau tanah bercampur lumpur dan samar-samar ada bau busuk yang tercium seiring dengan hembusan angin.
Sakura memaksa matanya agar terbuka sepenuhnya, sedikit menguceknya agar dapat melihat dengan jelas. Ia merasakan angin berhembus menerpa wajahnya dan memainkan rambutnya yang tergerai.
Sakura berhenti melangkah ketika sadar jika dirinya memang sudah tidak lagi berada di dalam kamarnya, rumahnya, bahkan mungkin tidak lagi berada di sekitar rumahnya. Akal sehat dan otaknya tidak lagi sejalan. Sangat sulit mempercayai keadaannya saat ini. Melihat apa yang ada di depannya yang belum pernah sekalipun dia dapatkan. Tanaman-tanaman merambah di pohon-pohon besar dengan bentuk yang aneh dan diselimuti oleh lumut-lumut hijau. Seperti pohon-pohon yang sengaja dirangkai untuk menakut-nakuti orang─seperti pohon hias yang terdapat dalam rumah hantu, namun dalam ukuran yang jauh lebih besar, berwarna hitam seperti habis terbakar dengan kulit epidermis yang banyak terkelupas.
“Apa aku masih bermimpi?” Kata Sakura meneliti keadaan hutan itu. Tak ada suara burung yang menyambut pagi hari atau pun suara binatang lain, tak ada bunga-bunga cantik yang bermekaran hanya ada tumbuhan menyerupai pakis kecil juga alga warna-warni berlendir yang menjijikkan─merah hati dan hijau toska dengan bentuk aneh dan langkah yang baru pertama kali dilihatnya─dihiasi oleh tetesan embun pagi yang tumbuh di sudut pohon besar itu, “Aku pasti masih bermimpi. Tidak ada tumbuhan seperti ini di dunia nyata.” Mencoba meyakinkan dirinya namun ketika udara berhembus lagi, seketika itu keyakinannya pudar. Bukan karena hembusan pagi yang beradu dengan udara disekitarnya yang menyebabkan daun-daun bergesekan dan menghasilkan suara desisan aneh yang membuat rambut-rambut di tubuhnya merinding tapi seperti perasaan saat kau sedang nonton film horror tengah malam, bahkan lebih tidak tenang lagi seakan sesuatu mencoba menarikmu ke dalam sesuatu yang tidak diketahui.
Takut, kalut, dan tidak tenang adalah perasaannya saat ini. Pikiran-pikiran negatif mulai merambah. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Mencoba menenangkan diri pun percuma, sebab hanya ketakutan yang dirasanya saat ini.
Wush....
Angin kencang tiba-tiba menerpanya, ia menyilangkan kedua tangan di depan wajahnya agar matanya tidak sampai dimasuki kotoran, juga untuk melindunginya. Pertahanan sia-sia. Angin itu seolah sengaja menyerangnya karena menganggap dirinya adalah seorang penyusup. Tubuhnya kemudian di terbangkan jauh dan terhempas hingga menabrak pohon besar di belakangnya.
Dia mencoba menggerakan tubuhnya, namun tidak berhasil. Seluruh tubuhnya sakit dan beberapa bagian seperti mati rasa, tak bisa digerakkan. Tulang-tulangnya seakan telah remuk. Apalagi tulang bagian belakangnya.
Dia hanya bersandar dengan posisi yang tidak mengenakkan untuk tubuhnya yang habis menubruk pohon besar. Menunggu akan ada orang yang datang untuk menolongnya. Namun beberapa lama dia sadar tidak akan ada orang yang akan datang menolongnya. Itu adalah hutan dengan aura yang sangat tidak biasa, mencekam dan menakutkan mana ada orang yang akan menelusuri daerah hutan seperti itu. Air mata keluar dari pelupuk mata, mengaliri pipinya dan akhirnya dia hanya pasrah sampai kegelapan menariknya untuk turut serta kedalamnya.
.
.
.
.
.
.
.
‘Gelap. Apa yang terjadi? Kenapa gelap sekali? Di mana aku? Kenapa aku bisa berada di sini?’ Tanya Sakura pada dirinya sendiri.
“Bangunlah!” Sebuah suara masuk ke gendang telinganya
‘Siapa? Siapa itu?’ tanya Sakura pada suara itu.
“Bangunlah! Buka matamu!” Titah suara itu lagi.
Perlahan Sakura membuka kedua matanya. Tidak ada rasa sakit pada tubuhnya seperti tadi. Tak ada rasa silau yang ia rasakan ketika kedua matanya dipaksa menerima cahaya. Dia berusaha bangkit untuk melihat sosok yang memiliki suara itu, namun lagi-lagi tidak bisa. Tubuhnya tak bisa digerakkan seolah tubuhnya tengah diikat dengan rantai besi tak kasat mata lalu dimasukkan ke dalam peti mati. Kepalanya hanya bisa menengok ke arah suara tersebut.
Samar-samar ia melihat sebuah sosok hitam berwujud seperti manusia. Tubuhnya tertutupi oleh kabut putih dan tudung yang ia pakai hingga wajahnya pun slit terlihat. Tak ada rasa takut yang ia rasakan pada sosok itu yang ada hanya rasa penasaran. “Siapa kau?” Tanyanya pada sosok itu.
Sosok itu berjalan mendekat. Tapi Sakura tidak bisa bergerak. Dia hanya menatap sosok itu yang semakin mendekatinya. “Aku? Kau sangat mengenalku Saku.” sosok itu membuka tudung yang menutupi wajahnya.
“Si...⎯”
Sakura tak melanjutkan perkataannya setelah melihat sosok di balik tudung itu. Jantungnya berpacu layaknya sedang tanding lari dengan kuda. Nafasnya memburu, kedua bola mata emeraldnya membulat sempurna. Perasaannya campur aduk antara kaget, senang, bahagia, rindu, juga sedih.
Air mata kembali mengalir ke kedua pipinya sebagai luapan perasaannya. Dia rindu dengan sosok itu. Sosok yang selama beberapa tahun telah menghilang entah kemana, sosok yang sering menyanyikannya lagu pengiring sebelum tidur, sosok yang selalu membuatnya tersenyum dan tertawa. Sosok yang akan membuat keluarganya kembali lengkap. “Ayah.” ucap Sakura serak berusaha menggapai sosok itu.
“Sakura!” Ujar Kisazhi seraya membantu Sakura untuk duduk. Menghapus titik-titik air di kedua pipi Sakura. Entah apa yang dilakukannya sehingga Sakura dapat bergerak dan bisa memeluknya.
Sakura meluapkan segala perasaannya─perasaan yang selama ini ia tahan karena kepergian ayahnya itu. “Ayah.” ucap Sakura di sela-sela tangisnya. “Kenapa... Kenapa... Ayah ada di sini? Aku dan Ibu sangat merindukanmu... Ayah selama ini... Kau pergi kemana? Kenapa tidak memberikan kami kabar?” Tanya Sakura sesengukan karena tangisnya.
“Maafkan aku, saku!? Aku tidak bisa memberitahumu. Saku ingat pesan ayah...! Ini...” Jeda sejanak. Kisazhi memberikan Sakura sebuah buku yang cukup tebal dengan sulur-sulur akar yang melingkupi dan mengunci buku itu seperti induk yang melindungi anaknya hingga tidak membiarkan seorang pun bisa membukanya, ditengah-tengahnya terdapat tonjolan dengan bentuk segi lima dengan lambang aneh di setiap sudut segi lima itu dan ditengah-tengahnya terdapat gambar abstrak warna-warni yang selalu berubah-ubah, seperti aurora yang menyala indah. “Buku ini⎯ Kau.. Harus menjaganya, Saku! Apapun yang terjadi jangan sampai ada orang yang mengambilnya darimu. Jaga ini seperti kau menjaga nyawamu sendiri. Kau mengertikan, Saku!?” Kisazhi tak menghiraukan raut bingung Sakura.
“Tapi... Ini buku apa ayah?” Tanya Sakura bingung sambil melihat ayahnya.
“Berjanjilah, Saku!?” Kata Kisazhi , memegang kedua tangan Sakura. Sorot matanya menunjukkan kesedihan dan keputus-asaan. Berbeda dengan sorot matanya yang dulu, tegas namun lembut. Sakura seakan merasakan kesedihan dan keputus-asaan itu.
“Ta..tapi...⎯”
“Berjanjilah saku!?” potong Kisazhi. Perlahan membebaskan genggamannya pada tangan Sakura.
Sakura mengangguk, ia memegang buku itu kuat. “Baiklah, Ayah” jawab Sakura dengan rasa penasaran yang belum terjawab. Ia menunduk memperhatikan buku itu. Buku dengan sampul aneh dengan tulisan yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
“Saku, aku harus pergi sekarang.” Sakura mendongak memperhatikan ayahnya dengan raut tak percaya. Dia baru bertemu dengannya tetapi ayahnya akan meninggalkannya lagi. Sakura masih masih ingin melepas rindu masih banyak pertanyaan yang ingin ia diajukan pada ayahnya. Ia tak mau lagi kehilangan ayahnya untuk yang kedua kalinya. Sakura menggelengan kepalanya, menolak agar ayahnya pergi lagi. Namun ayahnya tak menghiraukannya, ia tetap berdiri dan menegakkan tubuhnya.
“Ayah... Tunggu! Ayah....! Ayah..!” Teriak Sakura. Air mata yang telah kering kini kembali lagi dengan jauh lebih deras. Perlahan kabut putih datang dan menyelimuti ayah Sakura hingga tak ada ruang untuk melihat sosok dihadapannya itu. sosok itu kemudian menjauhi Sakura yang masih duduk dan tak bisa bergerak.
“Aku selalu menyayangi kalian berdua” setelah kalimat itu terlontar, ayah Sakura pun menghilang.
.
.
.
.
Hah... hah... hah...
Sakura membuka matanya dengan paksa. Nafasnya memburu, biji-biji keringat keluar melalui pori-pori tubuh. “Jadi, itu semua hanya mimpi. Ah... sial, badanku sakit semua.” Kata Sakura memegangi punggungnya yang terasa keram dan sakit.
Sakura rasa ada yang aneh dengan punngungnya. Punggugnya jadi lembab dan basah, lengket dan terasa menjijikkan, tapi bukan karena keringatnya. Bau busuk juga perlahan menusuk di indra penciumannya seiring dengan tangannya yang mendekati wajah.
Emeraldnya membulat. Perasaannya kini campur aduk, kaget, takut, dan tidak percaya. Entahlah. Sulit untuk mendeskripsikan perasaannya saat ini.
Sakura mengedarkan pandangannya ke seluruh arah. Masih sama, sebelum mimpi bertemu dengan ayahnya.
Hutan yang sama dengan pohon-pohon yang tumbuh menjulang tinggi dengan lumut dan tumbuhan rambat yang menghiasinya. Tanaman pakis juga masih setia menemani poon-pohon itu.
“Hahahaha...” tawanya garing, “Apa-apaan ini? Masa mimpinya sama. Astaga aku pasti sedang berhalusinasi. Halusinasi saat baru bangun tidur sering terjadi pada banyak orang, bukan?. Mmmm... yah... Lebih baik aku tidur lagi...!” ucapnya sambil menutup mata kemudian. Namun usaha yang dilakukannya itu sia-sia karena matanya tak bisa di tutup. Lagipula aura mencekam dan bau busuk yang semakin kuat mau tidak mau menampar kesadarannya jika apa yang sedang terjadi saat ini bukanlah sebuah mimpi─bunga tidur yang selalu datang setiap kali tidur.
“Oh Tuhan, apa-apaan ini?” Ucapnya putus asa sambil menjambak rambutnya sendiri. Air mata sudah menggenang dipelupuk mata yang siap tumpah kapan saja. Ia tak pernah menduga sesuatu seperti itu terjadi padanya. Hanya dalam waktu satu malam ia berpindah tempat tanpa dia ketahui. Tempat yang belum pernah ia datangi ataupun lihat sebelumnya.
Sakura yakin, sangat yakin. Ia semalam tidur di atas tempat tidurnya. Dan lagi ia juga tidak memiliki penyakit yang bisa membuatnya jalan sambil tidur jadi tidak mungkin ia dengan sendirinya bisa berada di tempat itu. Lagi pula tidak mungkin juga ada orang yang sengaja memindahkannya, ibunya, apalagi. Itu lebih mustahil. Ibunya sangat menyayanginya, dan lagi hanya dirinya yang dimiliki oleh ibunya karena ayahnya menghilang sejak beberapa tahun silam. Kalau orang lain pun itu adalah sesuatu yang paling tidak mungkin, banyak satpam dikompleks tempatnya tinggal dan berjaga selalu selama dua puluh empat jam.
Tak ingin terlalu berlarut, Sakura memaksakan tubuhnya berdiri dan berjalan berharap menemukan seseorang untuk di Tanya dan sepanjang perjalanan ia hanya menemukan pepohonan besar yang tumbuh menjulang tinggi dengan akar yang timbul juga merambat sampai kedaun dan menjuntai juga semak belukar dengan berbagai macam bentuk dan warna.
Srak... srak... srak...
Sakura tersentak mendengar suara semak-semak yang beradu. perlahan langkahnya berjalan mendekati semak itu.
“Ha.. Halo...! Apa ada orang di sana?” Tanya Sakura takut-takut. Hutan itu saja sudah membuatnya merinding dan kini ditambah dengan suara semak-semak itu. Sakura jadi ingat saat menonton film horror dulu dan kini dialah yang menjadi korban dalam film itu. Rasa takut yang sangat mendominasi dan rasa penasaran yang akan menentukan jalan nasibnya.
“Ha... Haloo...!” Sekali lagi dia bertanya. Kali ini dia menaikkan satu tingkat oktaf suaranya barangkali saja mereka tidak mendengarnya.
Srek... Srek... Srek...
Tak ada sahutan, suara semak malah makin banyak terdengar. Tidak hanya di depannya saja, kiri dan kanannya pun bergerak-gerak dan menghasilkan bunyi. Tubuhnya gemetar, keringat dingin bercucuran dari wajahnya. Seolah di depannya kini berjalan malaikat maut yang siap menariknya dan membawanya bersama. Ini mungkin efek dari kebanyakan nonton film horor. Dalihnya. Namun tetap saja rasa takutnya tidak hilang.
Well, biasanya rasa penasaran akan lebih dominan dan mengalahkan rasa takut. Tapi Sakura malah sebaliknya, dia lebih memilih berlari dan menghindari apapun yang berada di sekitarnya. ‘Sial gara-gara film horror itu aku jadi penakut’ rutuknya dalam hati.
Tanpa sadar langkahnya membawa dia semakin jauh memasuki hutan. di depannya kini terdapat tumbuhan menjalar dari atas ke bawah dan membentuk seperti tirai besar dengan dahan pohon besar sebagai tiang penyangganya. Ditiap-tiap tumbuhan ada bunga putih yang berbau menjijikkan seperti bekas air pel yang dicampur dengan blerang. Padahal bunganya indah, tapi baunya menjijikkan, gumamnya.
Sakura memberanikan diri menghampiri tumbuhan itu, menutup hidungnya dengan sebelah tangan dan tangan lainnya mencoba melerai. Mungkin ia akan menemukan peri lucu dan imut yang bisa diajak bermain atau bahkan membantunya pulang ke rumah seperti di film-film fiksi, bau busuk ini bisa saja hanya sebagai kamuflase supaya rumah mereka tidak diganggu. pikirnya.
Akan tetapi, itu hanya ada dalam bayangnya saja, ketika melihat makhluk buruk rupa di depannya. Sakura jadi sulit menghirup udara, seolah oksigen enggan memasuki paru-parunya dan membuat jantungnya terasa sakit seakan diikat oleh rantai tak kasat mata hingga menyebabkan peredaran darahnya tidak sampai di kepala. Warna wajahnya berubah total. Pucat pasi, bahkan serupa dengan warna mayat dalam lemari pendingin.
Tubuhnya melorot jatuh ke tanah. Air matanya kini mengalir lagi dan dia harus membungkam mulutnya agar isakannya tak sampai terdengar oleh makhluk yang ada di depannya.
Kali ini apa yang dilihatnya benar-benar tak bisa ia percaya, bahkan dalam mimpi sekali pun tak pernah ia lihat kecuali dalam buku-buku dongengnya. Bukan peri kecil nan imut yang ia temui namun peri yang lebih besar dan mengerikan. Goblin. Memang salah satu bangsa peri. Akan tetapi, ukuran tubuhnya lebih besar, dengan tinggi berkisar 50 cm sangat berbeda dengan penggambaran pada buku-buku. Kulit mereka berwarna hijau dan bertelinga runcing. Banyak bentolan-bentolan ditubuhnya seperti kutil yang dipelihara.
sumber : argankencana.blogspot.com
Ia tentu tahu dongeng tentang makhluk itu, karena ia sering membaca cerita fiksi dengan imajinasi luar biasa. Makhluk itu adalah termaksud makhluk yang buas dan ganas juga merupakan makhluk jahat dan petarung yang brutal. Mereka juga dikisahkan kadang menculik bayi dan memangsa manusia. Lagi pula mereka seoalah sedang merayakan sesuatu, terbukti dari darah yang berceceran di tanah dan banyak tulang serta tengkorak bekas mereka makan.
Sakura diam bergeming, tubuhnya tak bisa ia gerakkan. Seolah tubuhnya telah dikutuk menjadi batu dan tak bisa digerakkan barang sesenti pun. Ia tetap diam di tempat sambil mengawasi gerak-gerik makhluk itu.
Sakura semakin panik ketika salah satu makhluk itu berjalan ke arahnya. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Di dalam kepalanya tak ada ide yang bisa ia pakai, pikirannya buntu akibat ketakutannya sendiri. Ia kemudian menutup matanya, berdoa dalam hati agar keberadaannya tak sampai diketahui.
.......
....
....
a/n : semoga memuaskan. kalian pastitahukan kalau cerita ini sudah berulang kali ku publish. Nah kali ini saya publish ulang karena saya merasa penuisan seelumnya sangat buruk-sebenarnya saya juga kurang yakin dengan penulisan ceritaku kali ini. Mungkin banyak terdapat TYPO atau pun ppenulisan EYD yang buruk.
saya harap kalian menyukainya.
Bagian 2 : Pemuda Tanpa Nama (Anynomous)